10. Accident

35 11 0
                                    

Di jalanan yang ramai, terdapat seorang pemuda yang tengah menjalankan motornya dengan kecepatan sedang.

Ia seperti tidak fokus, dikarenakan kejadian beberapa menit lalu yang menimpanya di rumah.

Memang dirinya baru saja pulang ke rumah, tetapi disaat membuka pintu--suara bentakan sudah menggema di telinga.

"Mas, tutup mulut kamu! Kamu ga berhak menilai diriku seperti itu!" Seorang wanita setengah baya membentak sang suami, ia merasa sakit hati terhadap perkataan yang keluar beberapa detik yang lalu.

"Apa yang ga berhak, aku ini suami kamu! Terserah dong mau berkata seperti apa?" Sang pria nampak terkekeh, ia seperti tidak merasa bersalah telah mengatakan hal itu.

"Cukup, aku muak sama semua omong kosong kamu. Terserah kamu mau apa, toh rumah ini sudah jadi hak milik aku." Mendengar itu membuat sang pria kepalang emosi, tangannya hampir menampar tetapi suara yang tak asing masuk ke dalam telinganya.

"Pertunjukan yang bagus, kalian ga mau daftar jadi pemain sinetron?" ucap remaja laki-laki yang sudah jengah melihat perdebatan ini.

"Oh, masih ingat rumah rupanya?"

Ia membuang ludah dengan kasar, berhadapan dengan sosok yang sialnya menjadi seorang ayah baginya itu membuat emosinya mendidih.

"Sebenarnya Gatha gak mau ke sini, tapi karena Gatha masih menganggap kalian... jadi apa salahnya Gatha berkunjung?"

Sebelum menjawab pertanyaan dari sang anak, Gatha berucap kembali. "Oh ayolah, sampai kapan kalian bertengkar seperti ini? Sudah berbulan-bulan Gatha meninggalkan rumah, tetapi suasana di sini semakin kacau,"

"Apa kalian tidak berniat untuk saling meminta maaf? Lalu setelahnya memperbaiki semua kesalahan yang ada?"

"Semua sudah terlambat, papa sama mama sudah tidak bisa bersatu lagi," ucap sang papa menghentikan langkah Gatha.

"Kalau gitu, kenapa ga cerai sekalian? Buang-buang tenaga aja buat bertengkar!"

"Jaga omonganmu Gatha! Kita bertahan karena kamu!"

"Bertahan karena Gatha? Kalian bercanda?" Gatha terkekeh miris, ia tak tau lagi harus berbicara seperti apa.

"Gatha, mama dan papa bertahan demi kamu nak." Sang mama mendekat, memeluk anak semata wayangnya dengan sayang.

"Percuma ma, kalau akhirnya kalian sudah tidak bisa bersatu ya udah! Ga usah bawa-bawa Gatha ke masalah kalian."

Gatha melepaskan pelukan itu, ia berjalan ke arah sang papa dengan pandangan yang sulit untuk diartikan.

"Pa, Gatha cuma mau bilang satu hal. Jika papa udah ga sayang sama mama, lepaskan. Tapi papa harus ingat, sekarang mama tengah banting tulang buat hidupin keluarga kita."

Setelah mengucapkan itu, Gatha berbalik. Meninggalkan keduanya yang masih terdiam. Karena tak mau suasana semakin mencekam, ia berniat untuk pergi... lagi.

Sepertinya berada di kost lebih baik daripada berada di sini.

Pikirannya berkelana, memikirkan semua serpihan yang mulai bertebaran di dalam otak.

𝐋𝐨𝐧𝐞𝐥𝐲 ✓Where stories live. Discover now