24. Bolos [End]

45 9 0
                                    

Sinar mentari sudah berada di ufuk timur, menyinari makhluk hidup yang ada di dunia. Silaunya tak membuat orang-orang mengeluh, mungkin karena masih pagi dan masih bersemangat untuk melakukan aktivitas.

Salah satu remaja membuka matanya, sedikit silau karena cahaya matahari sudah masuk ke sela-sela. Setelah beberapa menit menetralkan pandangannya ia terkejut, pasalnya hari sudah semakin siang.

"Mampus, gue telat!" Gatha menghela nafas, sepertinya hari ini ia akan bolos sekolah. Percuma juga jika bersiap-siap, pasti di sana akan mendapat hukuman.

Tak tau ingin melakukan apa lagi, Gatha memilih tidur kembali. Mengistirahatkan diri dari ketidakadilan dunia.

---

Setelah berjam-jam berkelana dalam mimpi, pukul 12 ia terbangun. Merasa lapar karena sedari pagi tak ada asupan nutrisi.

Ia perlahan duduk, menyesuaikan kondisi yang sudah semakin panas.

Gatha berjalan ke arah dapur, mencari sumber makanan yang dapat di masak. Setelah mendapatkan apa yang dibutuhkan, ia segera membuat satu porsi makanan untuk mengganjal perutnya sementara.

Sesuai demi sesuap berhasil ia makan, piring yang semula berisi nasi goreng kini sudah habis tak tersisa.

Setelah merasa dirinya kenyang, Gatha membersihkan diri. Ia berencana untuk keluar mencari angin.

Mengetik beberapa kalimat di ponselnya, sehabis itu dirinya langsung meluncur dengan motor hitam itu.

Jalanan kota di siang hari cukup panas, mampu membuat semua orang mengeluh. Pasalnya tidak ada tumbuhan di sekitar sini, alhasil suasananya menjadi gerah.

Hanya membutuhkan waktu beberapa menit saja, Gatha sudah berada di dekat sekolah.

Memilih menunggu di luar, agar guru-gurunya tidak tau bahwa dirinya bolos.

Melihat para murid yang berjalan ke luar dari gerbang, Gatha segera menghubungi salah satu temannya.

"Gue di deket warung Bu Tejo. Lo langsung ke sini ya?" Setelah itu telfon ia matikan, menghemat kuota yang mulai menipis.

Melihat keberadaan Casey membuat Gatha menyengir, apalagi tatapan tajam itu yang seolah-olah siap untuk menghunus matanya.

"Lo berdua kenapa bolos? Mana ga ada kabar lagi. Guru-guru pada nanyain tau," omel Casey dengan raut muka kesal.

"Si Alaska lagi sakit, dan dia di rumah ortunya. Sedangkan gue kesiangan." Gatha memilih berbohong, agar keberadaan Alaska tidak diketahui oleh siapapun.

Mendengar kalimat pertama itu membuat Casey khawatir, ia jadi teringat percakapannya kemarin.

"Alaska sakit apa?"

"Sakit rindu." Seketika pukulan itu melayang ke bahu Gatha, sang empu yang melakukan itu hanya memutar bola matanya malas.

"Ya pokoknya dia sakit, udah cepet naik!" Akhirnya Casey memilih untuk naik ke atas motor Gatha. Setelah Casey sudah nyaman dengan tempat duduknya, Gatha melajukan motor itu dengan kecepatan rata-rata.

"Lo kenapa jemput gue? Mana dadakan lagi ngomongnya. Untung hari ini gue ga bawa kendaraan ke sekolah." Suara Casey sedikit terendam oleh angin, untung saja Gatha bisa mendengarnya.

𝐋𝐨𝐧𝐞𝐥𝐲 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang