06. Ada yang hilang

52 11 1
                                    

Halo gess

Tak terasa sudah April saja

Sebelum baca, jangan lupa vote ye

Biar saya semangat nulis nie

Happy reading



Jalanan yang padat membuat sebagian orang merasa resah, apalagi di jam kantor seperti ini. Pasti semua jalan akan padat sampai beberapa waktu ke depan.

Disaat seperti ini, ada seorang remaja yang tengah melamun di sebuah taman kota. Netranya melihat air mancur yang tengah dirubungi oleh beberapa anak kecil.

Tak sengaja senyumnya sedikit mengembang, membayangkan masa kecilnya yang seperti itu. Sebelum ada badai yang menerjang tentunya.

Kini ia beranjak, menghampiri motor kesayangannya yang terparkir sendiri di sana. Ia langsung bergegas menjalankan motor itu ke sebuah tempat.

Sebelum sampai, dirinya berhenti di salah satu toko bunga. Ia memesan sebuah buket untuk diberikan kepada sang kekasih--ralat mantan kekasih.

Beberapa saat kemudian, motor yang semula melaju itu sudah bertengger manis di salah satu komplek pemakaman.

Sebelum masuk ke dalam area, ia menghela nafas terlebih dahulu. Menghilangkan rasa sesak yang sudah menjalar di dalam dada.

Ia berjalan, sembari membawa buket yang telah ia beli tadi. Tak lupa air mineral untuk mengguyur malam yang nampak kering.

"Sherly." Remaja itu duduk di atas tanah, tak lupa tangannya meletakkan sebuah buket di samping nisan itu.

"Kamu pasti udah bahagia ya di atas sana." Ia tersenyum, matanya sudah memancarkan sebuah kerinduan yang mendalam.

"Sherly, kamu harus tau. Sekarang aku udah bisa percaya... kalo kamu udah bahagia di sana."

"Maaf ya kemarin aku belum bisa, makanya aku baru ke sini setelah sekian lama."

Gatha--remaja yang baru saja ditinggal oleh sang kekasih. Beberapa minggu lalu memang dirinya belum rela jika Sherly sudah tak ada, tetapi hari ini... dirinya sudah menerima.

"Makasih ya untuk semuanya, kamu udah bersedia jadi 'rumah' untuk aku. Tapi aku yang gagal, ga bisa jadi 'rumah' buat kamu." Gatha tersenyum sendu, ingatannya berputar ke beberapa kejadian di mana sikap Sherly yang tak biasa. Sayangnya waktu itu, Gatha tidak peka untuk sekedar bertanya atau apa.

"Sherly, semoga kamu datang di mimpi aku malam ini yaa. Aku kangen banget sama kamu." Gatha mencium nisan itu, setelahnya ia mengguyur air mineral yang sudah ia bawa.

"Aku pulang yaa, nanti kapan-kapan aku ke sini lagi." Gatha segera beranjak, ia hanya sebentar di sini--karena akan ada kerja kelompok di rumah temen kelasnya.

Baru saja bertengger manis di atas motor, suara telepon dari balik sakunya menggema. Hal itu membuat Gatha sedikit kesal. "Sebentar Ka, gue masih di makam."

Karena tak mau mereka menunggu, akhirnya Gatha segera menjalankan motornya dengan kecepatan rata-rata. Untung saja jarak dari makam ke sana tidak terlalu jauh, jadi dirinya tak akan terlambat.

---

"Ke mana sih lo? Lama banget kesininya," ucap Alaska yang sudah berjaga di pintu depan.

"Makam Sherly." Alaska terkejut, pasalnya baru kali ini Gatha ke sana. Setelah pemakaman waktu itu.

"Lo udah bisa ikhlas?" tanyanya sedikit penasaran.

"Dikit." Alaska mengangguk, setelahnya ia masuk ke dalam.

"Udah lengkap kan personilnya?" tanya Gatha sembari melihat ke arah teman-teman yang tengah duduk melingkar.

"Udah Tha, tinggal langsung kerjain ini tugas kelompok," ucap salah satunya mewakili.

Akhirnya tanpa basa-basi, mereka sibuk dengan tugasnya masing-masing. Hari ini mereka ditugaskan untuk membuat sebuah peta Indonesia, beserta nama di tiap provinsi.

Untuk mempersingkat waktu, semuanya di bagi tugas agar tidak ada yang diam saja. Untungnya semua anak bisa diajak kerja sama untuk kelompok kali ini.

Jadi tidak ada istilah satu kerja semua kelompok.

"Perasaan lo gimana Tha setelah ditinggal Sherly?" Pertanyaan itu membuat atensi Gatha teralihkan, hal itu membuat semuanya berhenti melakukan tugas.

"Lo kenapa nanya gitu sih?" sewot Alaska yang tak terima. Takutnya Gatha sedih lagi mendengar itu.

"Yaa... gue cuma tanya aja. Emang kenapa sih?"

"Tapi pertanyaan lo itu bikin--" Ucapan Alaska terhenti, pelakunya sudah jelas Gatha.

"Udah, gue gapapa." Seolah mengerti, Alaska hanya mengangguk pelan.

"Dibilang ikhlas ya belum, pokoknya ngerasa ada yang hilang di kehidupan gue." Semuanya mengangguk, sedikit paham dengan kondisi itu.

"Maaf ya kalo pertanyaan gue nyinggung lo."

"Sans aja, gue ga masalah kok." Gatha tersenyum maklum, setelahnya ia kembali mengerjakan tugas-tugas yang telah terbagi.

---

"Udah bisa nerima?" Pertanyaan itu keluar dari seorang Alaska. Ia bertanya seperti itu karena kejadian sewaktu kerja kelompok tadi.

Gatha yang tengah memandang langit malam seketika menoleh. "Udah, walaupun kadang ga percaya."

Tepukan itu terdengar pelan di bahunya. "Gue tau lo bisa, buktinya tadi siang lo ke makamnya."

"Sekarang yang terpenting... lo fokus ke masa depan. Inget pesan Sherly kan?" Gatha mengangguk, ia sangat ingat dengan pesan itu. Pesan di mana Sherly yang ingin dirinya semakin semangat untuk mengejar mimpi.

"Gue harap, lo bisa kembali ceria seperti dulu. Memang lo udah bisa nerima, tapi terkadang kesedihan itu masih ada dan terlihat jelas di muka lo."

"Huft, susah Ka. Kehilangan dia tuh serasa kehilangan sosok 'rumah' yang indah di dalamnya." Nafas itu berhembus pasrah, menandakan sang pemilik tubuh merasa lelah.

"Gue tau... karena gue pernah mengalami itu." Gatha menoleh, netranya menangkap raut wajah Alaska yang mulai sendu.

"Ternyata kita berdua kehilangan sosok 'rumah' ya Ka, bedanya 'rumah' lo bener-bener disebut sebagai 'rumah'." Gatha tersenyum pias, ternyata kisah mereka hampir sama. Hanya saja dalam jangka waktu yang berbeda.

"Ini kenapa kita jadi melow gini sih? Bisa-bisa gue ga lakik lagi karena nangis." Seketika Gatha tertawa, dibalik situasi seperti ini pasti Alaska akan melempar candaan agar suasana kembali seperti semula.

"Terserah lo deh Ka."



Jangan lupa vote ye manteman

Bye

𝐋𝐨𝐧𝐞𝐥𝐲 ✓Where stories live. Discover now