09. Menjadi dekat

37 12 0
                                    

Halo halo

Tanpa basa-basi langsung cuss aja ke bawah


Happy reading



Di Minggu pagi yang cerah ini, sepasang remaja tengah melakukan aktivitas olahraga. Mereka berlari mengitari alun-alun kota.

Sesuai janji mereka kemarin sore, akhirnya keduanya berhasil memutari beberapa putaran. Walaupun salah satunya mengadu kelelahan.

"Gatha, aku capek," keluhnya sembari berjongkok mengatur pernafasan.

"Masa gitu doang capek sih?" Cia memandang tajam orang yang berada di sampingnya.

"Ya kamu kan udah terbiasa, lah aku?" Gatha seketika tertawa, hal itu membuat Cia mendengus kesal.

"Makanya jangan rebahan mulu. Bandel sih!"

"Nyenyenye."

Gatha hanya geleng-geleng kepala, sifat Cia memang seperti ini. Jika sudah kalah telak, kalimat itu akan keluar.

"Makan bubur yuk, pasti kamu laper kan?" Cia langsung mengangguk lesu, ia memang belum sarapan sebelum ke sini. Untung saja Gatha peka mengajak dirinya memakan bubur.

Setelah percakapan singkat itu, keduanya langsung bergegas ke penjual bubur terdekat. Untung saja pelanggannya mulai sepi, mungkin efek hari yang semakin siang.

"Bang, bubur dua porsi ya!"

Gatha dan Cia memilih tempat duduk yang tak terkena sinar matahari. Kasian jika melihat Cia yang kepanasan, pikir Gatha.

"Tau aja kamu kalo aku lagi pengin bubur," ucap Cia sembari cengengesan. Hal itu membuat Gatha mengacak-acak surai hitam itu.

"Gemesin banget sih!"

"Ihh, jadi berantakan kan?!" Gatha tertawa, entah sudah berapa kali ia tertawa jika berhadapan dengan Kalea Vellyncia.

"Iyaa maaf, gih makan buburnya. Nanti keburu dingin," ujarnya ketika melihat abang-abang penjual bubur meletakkan pesanan mereka.

"Makasih bang!"

Sebelum memakan buburnya, Cia melihat aktivitas Gatha yang tengah mengaduk-aduk bubur itu. Seketika ia berkomentar.

"Ihh, emang enak ya kalo diaduk buburnya?" tanya Cia sedikit bergidik, pasalnya ia tim bubur tidak diaduk.

"Enak lah, bumbunya jadi tercampur rata. Lah kamu... ga diaduk gitu emang enak?"

"Enak lah, selain enak juga menambah nilai ke estetikan," sewot Cia sembari memakan sesuap buburnya.

"Iyaa, terserah Cia aja."

Gatha pasrah jika Cia sudah sewot begitu, pasalnya ia akan susah membujuk jika mood Cia anjloy.

Akhirnya mereka saling diam untuk menghabiskan bubur masing-masing.

---

"Kamu sering banget ya ke makam Sherly?" tanya Cia setelah mengantarkan Gatha ke tempat pemakaman.

𝐋𝐨𝐧𝐞𝐥𝐲 ✓Where stories live. Discover now