22. Rencana

24 9 0
                                    

Udara malam yang dingin sesekali membuat bulu kuduk merinding, membuat para penikmat malam merasa kedinginan.

Malam hari ini, suhu udara menurun. Mungkin karena efek cuaca yang silih berganti.

Gatha yang baru saja mengantarkan Sasha pulang ke rumah kini sudah berada di depan pintu kost.

Disaat dirinya ingin masuk ke dalam, sayup-sayup suara tangisan terdengar. Gatha yang penasaran pun langsung masuk ke dalam, mencari sumber suara yang sedikit mengerikan itu.

Perlahan langkah kaki itu menelusuri berbagai tempat, hingga ia berhenti di depan kamar milik Alaska.

"Masa iya si Alaska nangis?" Gatha perlahan membuka pintu itu, sedikit mengintip ruangan yang belum ada penerangan cahaya.

Ia berinisiatif untuk menyalakan saklar lampu. Disaat itulah, Gatha melihat seorang Alaska yang menangis tersedu-sedu karena sebuah drama.

"Gue kira setan anjir! Nangis malem-malem kayak cewe," umpat Gatha yang melihat Alaska yang tengah berbaring menghadap laptop.

"Kan dramanya sedih, tokoh utamanya mati ketabrak." Alaska menghapus air matanya yang masih meluncur deras, hal itu membuat Gatha geleng-geleng kepala.

"Sejak kapan lo suka nonton drakor?"

"Tadi, soalnya ga sengaja lewat fyp. Eh, pas gue nonton malah sad," ucapnya sembari membersihkan lendir yang ke luar dari hidungnya.

Gatha langsung menatap dengan jijik. "Jorok lo!" Ia langsung menutup pintu itu dengan keras, membuat sang empu tertawa.

"Ini bukan tentang drama Tha,"

---

Di pagi hari, matahari perlahan naik. Bergabung dengan langit biru yang cerah dan awan-awan yang menggumpal.

Alaska yang baru saja bangun tak langsung beranjak dari tempat tidurnya, ia masih memikirkan perkataan Casey kemarin. Jujur saja pernyataan itu membuat kepalanya terasa pusing.

Menit demi menit ia memikirkan itu semua, sampai-sampai ada sebuah ide yang menyangkut di kepalanya.

"Apa gue ke Jerman aja ya? Nyelidikin kasus beberapa tahun yang lalu?" Alaska bermonolog, kembali berpikir dengan ide gilanya itu.

Setelah memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi, Alaska memilih untuk izin selama dua Minggu. Menyelesaikan sebuah kasus yang masih terasa abu-abu di benaknya.

Perlahan tubuh itu beranjak, menemui sang sahabat yang nampaknya tengah sibuk dengan motor kesayangannya.

"Tha," panggilnya. Gatha yang merasa namanya di panggil pun langsung menoleh.

"Ada apa?"

"Gue mau ke Jerman, lo bisa izinin gue ga? Dua Minggu aja kok," ucapnya dengan santai. Gatha yang mendengar itu langsung melotot lebar.

"Lo mau ngapain ke sana? Mana lama banget lagi. Gimana gue izin ke guru coba?"

"Tinggal bilang sakit aja kok. Gue ke sana mau nyelidikin kasus beberapa tahun yang lalu." Gatha yang sedikit tau pun mengangguk ragu.

"Tapi emang guru-guru bakal percaya? Dua Minggu anjir. Itu lama banget lah!" Alaska berdecak, sulit juga keadaannya.

"Ya lo cari ide kek, gue ada acara keluarga atau apalah itu." Gatha hanya geleng-geleng kepala.

𝐋𝐨𝐧𝐞𝐥𝐲 ✓Where stories live. Discover now