1. mimpi buruk (revisi)

158 54 7
                                    

Seorang laki-laki berambut cepak yang memiliki tinggi 185 cm yang dijuluki sebagai tiang berjalan oleh teman-temannya dikelas. Laki-laki tersebut adalah Dhio Mahendra Dewantara, laki-laki cool kelahiran 2001 jakarta tersebut sukses membuat para wanita mabuk kepayang.

"Ah sial," keluhnya ketika bermain sebuah mobile game.

Terdengar suara samar dari seorang wanita paruh baya yang memanggilnya dari kejauhan. Dhio kesal dan sedikit mengerutkan keningnya.

"Dhio, Dhio!" teriak seorang wanita paruh baya padanya.

Dhio memberatkan dirinya berjalan menuju ruang tamu. Entah kenapa gravitasi di kamarnya lebih banyak daripada gravitasi diluar. Gravitasi dikamarnya seakan menarik Dhio untuk tetap tinggal.

"Iya, mah." Dhio dengan cepat beranjak dari kamarnya menuju ruang tamu.

Wanita paruh baya tersebut dari balik pintu melirik Dhio seraya memperkenalkan seorang gadis berambut hitam pekat yang rambutnya terurai sampai ke pinggangnya.

"Ini ada neng geulis datang kerumah."

Dhio mendongkol sebal. Hatinya merasakan ada hal buruk yang akan terjadi. Dhio memicingkan matanya sejenak lalu mendengus pelan. Ia kemudian menghela nafasnya, membuang seluruh perasaan sebalnya.

"Terus hubungannya sama Dhio apa, mah?" tanya Dhio yang sudah merasakan firasat ga enak.

"Yah mama rasa kamu sama dia cocok." Wanita tersebut tersenyum tipis.

"Mahh, Dhio masih kelas 2 SMA loh. Jangan mikir yang engga-engga lah," rengek Dhio.

Andara menyeringai menatap Dhio dan mengalihkan topik karena takut membuat orang tua gadis tersebut merasa kecewa.

"Masuk dulu buk, neng," tawar Andara.

Andara menyiapkan beberapa makanan ringan serta air minum kepada tamunya tersebut.

Lah? Dia lumpuh ternyata.
Lirih Dhio dalam hatinya seraya mengarahkan pandangannya ke gadis tersebut.

"Dhio, kenalin ini anak ibu namanya Davina." Wanita sepantaran Andara yang berada di seberang memperkenalkan anak perempuannya pada Dhio.

Dhio memutar bola matanya ke arah gadis itu sejenak. Bukan menatap karena cinta melainkan menatap karena merasa terusik akan kedatangan mereka seperti tamu yang tidak diundang.

"Dhio." Pria berambut cepak tersebut mengulurkan tangannya pada sang gadis.

"Davina." Gadis anggun tersebut membalas jabatan tangannya.

Setelah perkenalan singkat itu, Dhio memilih untuk masuk kembali ke kamar daripada ibunya akan memutuskan hal yang disesali Dhio nanti.

"Maaf ya, buk. Maklum anak saya baru puber. Dari dulu gakenal cinta-cintaan. Otaknya cuma game doang," ungkap Andara.

Andara tersenyum simpul. Pipinya merona harus menahan malu perlakuan anaknya tersebut. Sementara Dewi hanya geleng-geleng kepala seraya tertawa kecil.

"Gapapa, bu. Saya maklum aja namanya juga anak muda," sambung Dewi, orang tua Davina.

"Kalo masalah sekolah anak ibu bisa kok satu sekolah sama Dhio," tawar Andara.

Dhio yang sedari tadi tidak sengaja nguping terkejut mendengar pernyataan Andara yang hampir mengenai kalbunya.

Waduh, bisa berabe nih kalo gue disuruh jagain cewe lumpuh. Mama kurang kerjaan banget sih!

"Duh ngerepotin bu, gausah deh." Dewi seakan tahu isi hati Dhio.

Laut dan RahasianyaWhere stories live. Discover now