16. cemburu? tidak

20 27 0
                                    

Mereka berdua memasuki aula tempat dimana pesta itu sedang berlangsung. Clarissa menyambut Dhio, tidak dengan Davina. Davina tersenyum datar melihat Clarissa begitu centil pada Dhio.

"Lo mau ga dansa bareng gue Dhi?" tanya Clarissa kepada Dhio.

Dhio sempat berfikir sejenak. Tidak mungkin dia meninggalkan Davina sendirian disana. Di satu sisi ia juga ingin berdansa tapi bukan dengan Clarissa melainkan dengan wanita lain yang lebih cantik darinya. Tapi sejauh ini, ia belum menemukan wanita yang cantik selain Davina.

Clarissa menggandeng tangan Dhio lalu mendekatkannya ke tubuhnya. Sebenarnya Davina sudah tidak tahan lagi namun dia sadar kalau Dhio bukan siapa-siapa untuknya. Clarissa tersenyum puas seakan senang melihat ekspresi yang dilukiskan Davina.

"Vina bisa nunggu di atas, kalau memang Dra pengen dansa," tutur Davina.

Dhio sejenak melepas gandengan tangan Clarissa dan melirik ke arah Davina. Ia berniat untuk mengantarkannya ke tempat duduk. Kondisi di pesta juga ramai orang berlalu-lalang. Bahaya untuk membiarkan Davina sendirian berpergian disana.

"Gue anterin." Dhio memegang tangan Davina dan mereka berjalan maju ke aula atas.

Rasa cemburu membara di hati Clarissa. Ia menyeringai kecewa bercampur jengkel. Rasa jemu membuat gadis itu pergi menuju altar.

Dhio dan Davina sampai di aula atas. Dhio membantu Davina untuk duduk dengan gaunnya yang panjang dan heelsnya membuat Davina harus membutuhkan bantuan ekstra.

"Gue ke altar duluan, lo jaga diri lo baik-baik. Kalau sekiranya lo mau pulang order taxy atau chat gue. Kalau perlu telfon gue sampe satu aula denger," pekik Dhio.

Dhio langsung pergi dari sana tanpa mendengar balasan dari Davina. Ia berlari menuruni tangga menuju aula bawah.

Dansa pun dimulai, seluruh pasangan berdansa dengan mesra. Begitu pula Clarissa dan Dhio. Rasa gusar menyelimuti diri Davina. Wajahnya berubah warna menjadi merah padam. Ingin sekali rasanya ia pulang saat itu juga. Hawa malan yang dingin membuat rasa gusar Davina semakin membara.

Tiba-tiba seorang laki-laki datang dan mengenakan jacket jeans di pundak Davina. Davina melirik ke arah laki-laki tersebut. Laki-laki itu menggunakan blazer berwarna hitam dengan kemeja merah serta pita kupu-kupu di dadanya.

"Udah tau malam dingin, malah gak bawa jacket. Pakai baju sexy pula," gumam pria tersebut.

Pria itu adalah Samuel. Davina tidak menyangka kalau Samuel juga ikut hadir dalam pesta tersebut. Kalaupun dia hadir, ia berpikir kalau Samuel tidak akan peduli dengannya. Samuel lalu duduk di samping Davina untuk sekedar berbincang-bincang padanya.

"Kamu kenapa sendirian?" tanya Samuel kepada Vina.

Bibir Vina sempat terkatup. Ia mengerutkan keningnya. Dia sedikit menunduk kebawah ditutupi oleh rambutnya yang terurai. Karena Davina bungkam, Samuel melihat ke arah altar yang dimana Dhio sedang bermesraan dengan Clarissa.

"Kamu sedih? Maafin El ya." Samuel menggeser perlahan rambut Vina yang menutupi wajahnya yang sedang menunduk.

"Iya Vina sedih. Tapi Vina gatau sedih kenapa," jawabnya seraya melirik tajam Samuel.

Samuel tersenyum simpul. Ia kemudian menghadapkan dirinya ke arah Vina.

"Jangan sedih. Kalau Vina sedih Tuhan lebih sedih ngeliat Vina sedih." Bibir Samuel melukiskan senyuman.

Vina kemudian menatap Samuel dengan seksama. Hatinya seperti sudah memilih kemana ia akan berlabuh. Tapi tetap saja perasaannya pada Dhio lebih besar dibandingkan pada Samuel.

"Samuel kenapa peduli banget sama Vina yang udah nyakiti Samuel?" tanya Vina kepada pria itu.

Seketika senyuman di wajah Samuel perlahan menghilang. Ia sempat berfikir keras untuk mencerna perkataan Davina barusan. Entah itu fakta atau mitos tapi yang tahu ia benar-benar mencintai Vina.

"Vina nyakiti El? Gak terasa tuh. Lagian peduli gak mandang orang kan?" Samuel melukiskan kembali senyumannya.

Fajar, Dhani Aaron, Farel datang menghampiri Samuel. Begitu juga dengan beberapa gadis yang menyukai dirinya.

"Bung Sam. Mau fotbar," ucap beberapa gadis pada Samuel.

Para gadis tersebut menarik Samuel ke dalam kelompok mereka. Samuel hanya bisa pasrah dikerumuni oleh wanita yang menyukainya.

"JAGAIN CANTIKNYA GUEE!!" Samuel berteriak kepada 4 anggotanya.

Mereka ber 4 tertawa melihat Samuel yang habis dikerumuni oleh para gadis. Rasanya tidak cukup melihat guess star yang ada di altar makanya mereka memilih untuk mencari Samuel.

"Bung, kadang gue heran ama tingkah laku dia," papar Fajar seraya tertawa kecil.

Aaron tertawa lebar seakan puas melihat Samuel. Memang dia sudah biasa melihat Samuel dikerubungi gadis namun kali ini paling lucu.

"Gue gatau dari dulu lucu aja wkwkwkw." Aaron tertawa puas.

****

Setelah 30 menit lamanya akhirnya massa berhenti mengeroyok Samuel. Samuel terlihat lunglai. Bajunya juga terlihat banyak sekali noda. Ia sedikit jengkel namun ditutupi oleh senyum simpulnya.

"Nama lengkap El apa?" tanya Vina kepada Samuel.

Samuel kemudian kembali duduk disamping Vina. Ia tersenyum lalu menghembuskan nafasnya.

"Samuel Wijaya. Orang paling ganteng di Jakarta," canda Samuel.

Ke 4 anggotanya tertawa lebar. Samuel hanya tersenyum tipis. Ia merasa jengah kalau temannya meledek ketika dia sedang bersama gadis.

"Kan cewe lain manggil El 'Bung Sam', kalau Vina mau manggil El 'Bung Jay'." Vina tersenyum simpul.

'Bung Jay', Samuel berfikir nama tersebut tidak terlalu buruk. Nama yang indah bahkan lebih indah dari setangkai bunga. Ia kemudian membelai kepala Vina.

"Boleh," ucap Samuel.

Mereka ber 6 kemudian bercanda bersama disana. Aaron dan Samuel mendominasi dengan candaan. Sementara yang lainnya menimpali dengan tertawaan. Mereka juga terkadang membalas satu sama lain.

Tiba-tiba tangan laki-laki menarik Vina. Laki-laki itu dalam perasaan jengkel. Entah apa yang membuatnya begitu.

"Aww tunggu, Dhio. Sakit." Davina merintih kesakitan.

Samuel kemudian melepaskan cengkraman tangan Dhio dari Vina. Samuel terlihat gusar melihat Vina yang diperlakukan seperti itu.

"Woi lo pelan-pelan beg*," lirih Samuel.

Dhio melepas cengkraman tangannya. Ia kemudian menatap tajam Samuel. Bisa saja dia memukuli Samuel disana namun ini adalah pesta terlebih lagi Davina ada disana.

"Biar dia pulang bareng gue," ucap Dhio.

Kemudian Samuel mendekap Vina ke dalam pelukannya. Gadis itu terlihat gemetar. Ia bahkan sedikit meneteskan air mata.

"Gue aja yang anter. Lo mending pulang duluan." Samuel membelai rambut Vina yang masih dalam dekapannya.

Dhio meninggalkan mereka ber 6 disana dalam keadaan tidak senang. Namun di satu sisi ia juga terlepas dari bebannya terhadap gadis tunadaksa tersebut. Ia memilih untuk pulang bersamaan dengan Samudra dan melupakan apa yang terjadi pada malam itu.

Laut dan RahasianyaWhere stories live. Discover now