6. cinta?

32 35 0
                                    

Kala itu, Samuel pulang kerumahnya lebih awal. Mamanya terperangah melihat kedatangan putra sulungnya.

"Kamu udah kelas 12 bukannya belajar malah keluyurann mulu," kritik mama.

Samuel dengan gemuruh hatinya tersulut emosi. Bagaimana tidak mamanya selalu memanjakan adik bungsunya. Selalu menganggap semua hal yang Samuel lakukan salah.

"Bukan urusan mama. Muel mau ngapain kek, mau mati kek. Mama urusin aja tu anak mama tukang males," lirih Samuel.

Mama hampir saja melayangkan sebuah tamparan yang ingin mendarat di pipi Samuel. Sebagai seorang singgle parent, ia harus adil terhadap dua anaknya.

Samuel kemudian pergi dari sana meninggalkan mamanya. Dia masih jengkel dengan kepulangannya yang seakan tidak diterima disana.

"Memangnya ada yang dibanggakan dari kamu?" tanya mama pada Samuel.

Pria itu sontak menghentikan langkahnya. Ia sempat terpaku sejenak lalu berputar haluan menghadap mamanya. Emosinya kini sudah di ambang puncak menara eifel.

"Mama mana pernah ngertiin Muel, mama selalu manjain Dhio. Dia beli apa aja mama terima. El beli apa-apa sendiri---" perkataannya dipotong oleh mamanya.

"Tapi mama berusaha untuk adil, El," jawab mama mulai menangis.

"Adil? adil darimana? Dhio mau mobil mama beliin sedangkan El sendiri? El beli apa-apa pake keringat El. Dhio mah bebas tinggal minta. El pulang ga disambut, Dhio pulang di kecup. Lucu banget rotasi dunia berputar, Mah. Itu yang mama sebut adil?" awan kelabu di hati Samuel turut membuatnya semakin berani mencurahkan hatinya.

Samuel langsung pergi dari sana menuju kamarnya yang berada di lantai 2. Membanting pintu kamar dan mengurung dirinya disana.

Ia mulai mencari chat atas nama "Davina" di handphonenya. Ia lupa sedari tadi gadis tersebut telah mengontaknya untuk bertukar nomor.

Setelah mengetik pesan tersebut, El langsung membuang ponsel nya jauh ke sisi kasurnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Setelah mengetik pesan tersebut, El langsung membuang ponsel nya jauh ke sisi kasurnya. Ia berusaha untuk meratapi betapa pecundangnya dirinya.

Begini udah jadi pecundang ga gue?
Keluhnya dalam hati seraya terus mengacak-acak rambut cepaknya.

      ===================================

Pagi itu matahari terbit mengintip dari balik jendela kamar Dhio seakan malu-malu untuk menampakkan dirinya.

Tak seperti biasanya ia menjadi seorang melankolis. Dia menolak apabila yang ia alami adalah gejolak cinta. Wanita secantik Clarissa aja ia tolak apalagi gadis penyandang disabilitas. Hal itu sukses berkecamuk dalam kepalanya.

Saat hendak ke kamar mandi, Dhio melihat Samuel hendak berangkat sekolah. Ia melihat arlojinya masih pukul 6 pagi.

"Mau kemana lu?" tanya Dhio diiringi dengan alisnya yang tersentak bersama-sama.

Laut dan RahasianyaWhere stories live. Discover now