11. cinta semu

29 28 1
                                    

Samuel tersadar kembali. Ia mencoba melupakan kilas balik yang terus menghantui Samuel. Perasaan bersalah menyelimuti tubuhnya setiap hari. Perasaan benci antara mamanya dengan dirinya berkecamuk dalam hatinya.

Senja mulai menyapa di langit sebagai kode untuk Samuel bahwa ia harus segera meninggalkan tempat itu. Samuel meletakkan beberapa perahu kertas yang barusan ia buat. Di perahu itu ia menuliskan beberapa kalimat pernyataannya.

"Yah, Muel kangen," tulisnya dalam surat tersebut.

Ia mendorong perahu kertas tersebut menujunya menuju ombak yang akan menghanyutkan perahu kertas itu.

Samuel malam itu tidak ingin pulang kerumahnya. Ia memilih untuk beristirahat di rumah keduanya, markas Bramsel.

Anggota Bramsel memang sepenuhnya anak broken home. Mereka tidak memiliki arti hidup sebelumnya sampai Samuel datang memberikan mereka kebahagiaan yang sebelumnya. Mereka bekerja bersama untuk sekolah, makan, dan bertahan hidup. Samuel mengajarkan mereka bagaimana caranya untuk hidup di dunia yang penuh dengan teka-teki ini.

"Tumben nih nginap di markas, ada apa?" tanya Aaron di pintu markas Bramsel.

Samuel melepas helmnya. Jacket jeansnya ia letakkan melingkar di spion motornya. Ia berjalan dengan lunglai ke depan Aaron tepatnya didepan markasnya.

"Entahlah," jawab Samuel.

Samuel langsung masuk ke dalam markasnya tidak memperdulikan teman-temannya yang masih berada di luar. Dia meraih sofa empuk yang ada didalam sana untuk merebahkan tubuhnya. Dengan cepat gravitasi di sofa sukses membuat dirinya tertidur pulas.

Besok pagi adalah hari libur. Samuel terbangun di sofa markasnya. Ia masih mendapati teman-temannya disana. Ia berduka tidak dapat bertemu dengan Vina hari ini.

Kalo gue chat dia ngajak jalan, dia mau ga sih?
Lirih Samuel dalam hatinya.

Dhani terbangun melihat Samuel yang sedang termenung di sofa entah apa yang pria itu pikirkan. Ia mengusap kedua matanya dan sesekali menguap. Ia juga meregangkan ototnya tak mampu bangun melawan gravitasi dari tidurnya.

"Ngapa lu, baru pagi dah ngelamun," sindir Dhani seraya melirik Samuel dari bawah.

Samuel seketika tersenyum cengar-cengir. Bukan karena gila tapi karena terlintas senyuman Vina yang membuat hatinya membara. Ia kemudian melirik balik Dhani yang sudah bangun dari tidur pulasnya semalam.

"Lo tau gak sih kalo bahagia itu sesederhana ini," ungkap Samuel.

Dhani bingung pada Samuel jangan-jangan dirinya sudah kelainan jiwa karena memiliki pacar baru. Tidak sepertinya ia melihat Samuel bertingkah laku aneh selama mengenalnya.

"Lu sehat?" tanya Dhani mengernyitkan keningnya.

Samuel menimpali perkataan Dhani dengan tawa. Ia lupa kalau semua temannya adalah jomblo ngenes yang tidak bisa merasakan perasaan hatinya yang sedang berbunga-bunga. Ia hanya tersinyum simpul ke arah langit-langit.

"Kalau gue belum ngerasain sehat, mana gue tau gimana rasanya sehat," celoteh Samuel seraya cengar-cengir tidak jelas.

Dhani merasa ada yang salah dengan Samuel. Ia kemudian bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menuju sofa tempat Samuel cengengesan.

"Gue serius, kayak ada yang beda dari lo. Kalo ada masalah lo bisa cerita ma temen-temen lo," cemas Dhani.

Samuel yang sedang tersenyum simpul mendadak kembali berubah menjadi melankolis. Ia mengernyit menatap datar Dhani. Kepalanya berputar pelan melirik Dhani.

"Cowo cupu mana yang suka ngeluh ma orang lain terlebih ma temennya." Samuel memandangi langit-langit.

Samuel tahu dia hanyalah manusia. Setiap manusia pasti memiliki masalahnya masing-masing. Namun, Samuel enggan untuk menyatakan setiap masalah yang ia hadapi. Ia memilih untuk menghibur lukanya dengan senyuman simpul khas Samuel yang menurun dari ayahnya.

"Gue bakalan ngeluh kalau gue kehilangan orang-orang hebat kayak kalian. Gue gamau lagi ngerasa kehilangan apalagi kehilangan diri gue," curhat Samuel.

Seketika Samuel merunduk. Ia menahan setiap air mata yang ingin tumpah. Entah kapan ia dapat menuangkan air mata itu untuk jatuh membasahi pipinya. Ia ingat kapan terakhir kali ia menangis yaitu sejak ayahnya meninggalkannya selamanya.

"Bro, ngeluh ga buat diri lo terlihat cupu men. Apalagi sama kita-kita yang notabenenya temen lo sendiri," ujar Dhani menepuk pundak kiri Samuel.

Benar kata Dhani, tidak selamanya Samuel harus menyembunyikan lukanya sendirian. Tapi ia tidak ingin membagikan bebannya kepada teman-temannya. Ia hanya ingin mengajarkan mereka ber 4 bagaimana caranya ikhlas.

"Ngeluh cukup sama diri sendiri, dalam doa, kepada Tuhan. Gaperlu sama orang lain, toh  yang ngerasain kan kita bukan orang lain," ungkap Samuel.

Dhani hanya menggelengkan kepalanya. Ia tahu bahwa Samuel adalah orang yang keras kepala. Tapi dibalik itu semua, Samuel  adalah orang yang baik hati. Dia rela berkorban demi temannya siapapun yang berani mengusik salah satu bagian hidupnya.

"Inget, lo harus tetap jadi Samuel yang gue kenal. Kerasnya bukan cuma dikepala tapi juga di kekuatan. Ngeluh sama Tuhan boleh, tapi jangan salahin Tuhan buat apa yang udah terjadi ama diri lo," papar Dhani.

Dhani tertawa kecil pada sahabatnya itu. Meskipun ia tidak tahu apa yang terjadi padanya, ia dapat merasakan isi hatinya yang bergemuruh. Awan kelabu dalam hatinya tidak dapat menipu teman-temannya. Mungkin sekarang Samuel bisa menipu dengan topengnya tapi tidak dengan hatinya yang menjerit kencang seakan sudah tidak kuat lagi menahan setiap pergumulan.

*****
Samuel meraih handphonenya dan mencari kontak atas nama 'Vina' disana seraya mengisap sepuntung rokok.

Ia kemudian berpamitan kepada teman-temannya di markas untuk pulang kerumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ia kemudian berpamitan kepada teman-temannya di markas untuk pulang kerumah. Berat rasanya meninggalkan surga yang menjadi tempat Samuel pulang. Namun, ia tidak bisa jika harus berlama-lama disana.

Samuel kemudian mengambil kunci motornya dan menyalakan motornya. Ia meraih helm dan jacket yang ia gantung di kaca spion motornya. Ia mengenakan jacket jeansnya dan masih menggunakan pakaian sekolah. Entah sudah berapa lama Samuel tidak mandi tapi dia hendak melupakan itu.

Samuel tiba di neraka yang ia sebut rumah. Tanpa mengetuk pintu, pria itu langsung serempangan masuk ke dalam layaknya pencuri. Ia mengambil handuk yang tergantung di sisi tangga dan kemudian masuk ke dalam kamarnya. Sebelum ia mendengar omelan mamanya, lebih baik Samuel memilah pakaian yang akan ia kenakan.

Ia membuka lemarinya dan mengacak-acak baju yang bertumpukan disana. Ia mencoba satu persatu jenis outfit terbaik. Sudah 5 atau 10 jenis yang ia kenakan, tapi tetap saja ia memilih yang pertama ia kenakan.

Pas banget. Bukan Samuel ini mah melainkan aktor ganteng.
Gumamnya dalam hati. Ia memandangi cermin dan tertawa kecil. Entah apa yang ia tertawakan yang jelas disana hanya ada dirinya.

Ia kemudian mengambil handuk yang sudah sempat ia ambil di sisi tangga. Samuel kemudian membasuh dirinya dalam kamar mandi.

Laut dan RahasianyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang