Bab 27

42 3 0
                                    

Pagi yang cerah untuk berteriak pada dunia, "Terimakasih tuhan... gue dapat cowok yang spek gue banget!!" 

Kalian iri gak sih? Mau juga gak sih punya cowok yang sayang ibu nya, iya. humble, iya. social butterfly, gak usah ditanya. Pastinya sayang sama kita juga. Itulah yang sedang dirasakan oleh Kinan. Gilang seperti hadiah paket lengkap yang dikirim Tuhan untuk dirinya. Setiap hari ia selalu bersemangat untuk membuka chat dari Gilang. Seperti hari ini, Gilang mengajak Kinan untuk bimbingan bersama. Kebetulan, dosen pembimbing mereka berdua sama. Jadi, jadwal bimbingan pun disamakan karena dospem mereka ini, langsung memberikan bimbingan pada semua anggota kelompoknya.

Beda dospem beda kebijakan. Ada dospem yang susah sekali untuk bertemu, dan sekalinya bertemu beliau tidak mau bimbingan dengan keroyokan. Maksudnya adalah, beliau merasa lebih efektif kalau bimbingan per orang. Seperti Ardina, dospem nya memilih untuk memberi bimbingan secara personal, sejak itu Ardina jadi takut bimbingan karena dospem nya ini terkenal sangat kritis. Metode masing-masing dospem pasti ada kelebihan dan kekurangannya, dan sebagai mahasiswa bimbingannya hanya bisa manut dengan kebijakan itu asalkan skripsi lancar, everything is fine.

Pada skripsinya, Kinan mengambil topik perubahan iklim pada kejadian demam berdarah. Dibanding dengan teman-temannya yang mengharuskan mengambil data primer*, Kinan hanya menggunakan data sekunder** yang diperoleh dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dan Dinas Kesehatan Kota. Terkait data dari BMKG, Kinan mengambil data tentang suhu, kelembaban udara, kecepatan angin, dan intensitas cahaya di sebuah Kota, sedangkan untuk data dari Dinas Kesehatan Kota, Kinan mengambil data tentang penyakit demam berdarah. Pada metologi penelitian (metlit), Kinan sempat ragu, penelitian ini menggunakan metode apa, mengingat penelitian di kota ini belum dilakukan. 

Gilang yang cukup pandai tentang metlit, menjadi teman diskusi Kinan. 

"Kalau kohort gak bisa ya, Lang?" sambil menunggu jam bimbingan, Kinan dan Gilang sepakat untuk menunggu di perpustakaan. 

Gilang menggelengkan kepalanya. "Gak bisa lah, Nan. Kan lo pakai data lampau, kalau kohort itu untuk ngeliat ke beberapa tahun ke depan. Kita lihat dampaknya nih, gimana. Kalau skripsi lo kan meskipun ambil jangka waktu beberapa tahun, tapi jatohnya bukan ngeliat dampak yang akan terjadi."

Kinan memang lemah di bidang metlit, ia mengangguk paham. "Terus gue pakai apa dong? beneran deh, bab metlit gue belum diisi. Nanti gue bilang apa ke dok dwi?" dokter dwi ini adalah dosen pembimbing Kinan dan Gilang.

"Lo ada jurnal pembanding nya kan?"

Kinan mengangguk. "Ada nih, tapi di kota lain."

Gilang menjentikkan jarinya, "yaudah samain aja metlit nya. Selesai"

Sudah dapat diprediksi jawaban Gilang, Kinan hanya menghela nafas. "terus ngapain gue tanya sama lo ya, Lang?"

Gilang menyoretkan kalimat di lembar kerja Kinan. 

Biar kita bisa ngerasain library date. Kinan membaca kalimat yang ditulis Gilang itu, ia hampir saja memuntahkan makan siangnya. 

"Geli, anjir!" Gilang hanya tertawa melihat reaksi Kinan.

Ssssssssstttttttt...

❤️❤️❤️❤️

"Lo udah daftar sidang?" teriak Kinan. Saat ini mereka sedang  di motor, Gilang mengantar Kinan pulang setelah pergi jalan bersama. 

Akhir bulan lalu mereka sudah melakukan bimbingan final sebelum sidang. Skripsi Kinan sudah 98% selesai, 2% nya adalah membuat power point untuk pemaparan saat sidang. 

Jangan Bilang Kita Sahabat (COMPLETED)Where stories live. Discover now