JBKS 18

142 8 2
                                    

"Oke. jadi udah ditetapin kalo kita bakal adain makrab pas liburan semester genap ya. Gilang sama Kinan yang bakal cek ke lokasi dulu." Dio mengakhiri kesimpulan rapat hari ini dengan lantang.

"Setujuu...!"

Sejujurnya, Kinan senang dengan keputusan itu. Karena ia bisa sekalian melepas stress. Apalagi dengan Gilang, dia bisa puas ditraktir, ya ... meskipun pasti akan canggung. Apalagi dengan confess nya pada Kinan tempo lalu, dan yang baru saja terjadi itu pesan singkat yang membuatnya bingung setengah mati.

Rencananya, cek lokasi untuk makrab akan dilakukan seminggu lagi. Otomatis, Gilang dan Kinan harus siap semuanya, mulai dari waktu, tenaga, dan dompet. Iya, betul. Kegiatan itu harus pakai uang pribadi, makanya Kinan mengharapkan traktiran Gilang. Tipikal anak gratisan ya seperti Kinan itu.

"Naik apa?" tanya Kinan saat mereka sedang di motor perjalanan pulang.

"Gue bawa mobil. Biar lu nya juga nyaman. Soalnya perjalanan jauh."

Helm Gilang disundul dari belakang, "tumben jalan otaknya, habis makan apa?"

"Gue kan paham banget sama lo, Nan. Lo itu paling gak bisa kalo naik motor jarak jauh. Katanya nanti bisa bikin tambah tepos."

Lagi-lagi, helm Gilang disundul dari belakang, "Sialan, kalo ngomong suka gak difilter."

"Tapi bener kan?"

Kinan cengengesan, "Iya sih."

Di tengah keramaian hilir mudik manusia yang kembali ke rumahnya masing-masing setelah mencari nafkah, tanpa Kinan sadari, kedua sudut bibir Gilang tersungging ke atas.

Dia ikut senang melihat Kinan yang bahagia. Se-sederhana itu cinta Gilang pada Kinan. 

❤❤❤

Hari ini weekend. Waktunya Kinan untuk me time... Bangun siang, marathon drama bareng Kinar, pesen cemilan di grab, haha hihi sepuasnya--Selagi Ibu tidak ngomel.

Jam sembilan lewat lima belas, Kinan baru bangun tidur. Ia bergegas ke dapur untuk melihat makanan yang tersaji di meja. Kentang mustofa dan sayur lodeh ala masakan ibunya. Sang ibunda benar-benar hafal masakan kesukaan putri sulungnya.

Ibuku memang yang terbaik.

Kinan makan dengan lahap sambil bermain handphone. Ia mengecek linimasa aplikasi dengan logo burung berwarna biru itu. Selagi asyik tertawa melihat tingkah laku netizen, ada pesan masuk yang muncul di notifikasi whatsapp nya. 

Ammar
Lg sibuk?

ngapain nanya begini ya? tanya Kinan dalam hati. Jujur saja, ada rasa penasaran dan ge-er yang membuncah di hati Kinan.

Kinan
Enggak. knp?

Ammar
Temenin yuk.

Njir ... temenin kemana nih? Demi Tuan Puteri Elsa frozen, jantung Kinan berdegub kencang.

Kinan
Aduh lupa, Mar. Kayaknya gue ada urusan deh.

Fix! Kinan mati kutu.

Ammar
Boong banget lu, Nan.
ayo lah temenin gue.
rumah lo dimana? biar gue jemput.

Baru saja Kinan mengetik balasan untuk Ammar, sang empunya nama langsung menelpon.

"H-halo...?" Jawab Kinan dengan suara terbata-bata.

Jangan Bilang Kita Sahabat (COMPLETED)Where stories live. Discover now