JBKS 8

153 11 0
                                    

“Lo apa-apaan sih, Lang?” Kinan mencubit perut Gilang dari belakang.

Gilang berpura-pura mengolengkan motornya yang sedang melaju cepat.  “Jangan nyubit, Nan! Ini lo mau kita jatoh berdua?”

Sejak tadi, rengekan Kinan menjadi suara yang sangat Gilang benci. “Kalo Ammar beneran ngira gue pacar lo gimana, Lang?”

Bahunya mengedik. “Ya biarin. Lo jangan bilang-bilang ke dia kalo kita cuma temenan. Gue udah nyelametin lo, Nan. Bilang makasih kek.”

“Iya, makasih! Makasih karena udah bikin gue kehilangan kandidat pacar terkeren bin terindah.”

Terdengar decakan dari Gilang, Kinan mendengus sebal. “Katanya gak mau pacaran sama cowok yang ngerokok. Gimana sih, Nan? Plin-plan banget orangnya.”

“Lah emang si Ammar gak ngerokok kan!” bantahnya.

“Gak ngerokok dari Hongkong?!” bahkan suara Gilang melebihi suara klakson dari motor belakang karena saat lampu sudah berubah menjadi warna hijau, Gilang tak kunjung melajukan motornya maticnya.

“Emang Ammar ngerokok, Lang?" Tanyanya sekali lagi.

“Iya! Lo baru tau?” Kinan mengangguk meskipun ia sadar kalau Gilang tak akan bisa melihat anggukan kepalanya yang terasa berat. Padahal Kinan sudah berharap lebih pada Ammar, namun karena prinsip hidupnya untuk tidak berpacaran dengan perokok, maka Ammar hanyalah sebuah angan-angan belaka bagi Kinan.

“Masih mau sama dia?”

“Gak tau.”

Tak terasa mereka sudah sampai di rumah Kinan. Dengan segera, Kinan turun dari motor lalu menyerahkan helm bergambar Doraemon ke Gilang.

“Udah ... Gak usah galau. Kayak gak ada cowok lain aja.”

“Tapi gue udah mupeng banget sama Ammar, Lang.”

Lagi-lagi Gilang mendesah. “Nan, gue kasih tau ke lo ya. Cewek tuh gak usah ngejar-ngejar cowok, jangan jadi cewek yang asal mau sama cowok modal tampang. Prinsip lo yang anti rokok itu bagus, jangan sampe prinsip lo pindah gara-gara cowok model begitu. Masa belajar kesehatan dan sembuhin orang sakit, tapi justru habitnya ngerusak kesehatan dia sendiri. Sama tubuhnya sendiri aja udah gak sayang, gimana nanti sama pacarnya sendiri.”

Kinan terasa tertampar dengan ucapan Gilang. Ia hanya membalas dengan senyuman lalu melenggang masuk ke rumah setelah mengucapkan terima kasih.

❤️❤️❤️

Pagi ini Kinan sudah di stasiun Pondok Ranji untuk menunggu kedatangan Ardina. Dua hari yang lalu, Mas Ikhsan mengajak mahasiswanya untuk mengikuti charity trip mengelilingi Jakarta, khusunya sekitaran daerah Cikini. Jadi sambil menikmati sisi berbeda Cikini, mereka juga bisa memberi sedikit rezekinya bagi yang membutuhkan.

Sejak Kinan duduk di bangku panjang yang tersedia di peron 1 sekitar lima belas menit yang lalu, sudah ada dua rangkaian kereta commuter line yang sudah melintas menuju Tanah Abang. Ardina tinggal di daerah Bintaro, Tangerang Selatan jadi Kinan berinisiatif menentukan stasiun pondok Ranji menjadi meeting point

Sebenarnya Kinan tidak terlalu keberatan untuk menunggu, karena sejak tadi ia disuguhkan pemandangan yang sangat membuatnya semangat pagi. Karena hari ini tanggal merah, jadi banyak yang berlibur dengan tampilan sangat santai. Bahkan laki-laki sekitar umur pertengahan 30 yang sedang menggendong anak balitanya tak luput dari perhatian Kinan. Hal itu ditambah dengan lokasi stasiun yang dekat dengan sekolah tinggi akuntansi negara atau STAN, jadi banyak mahasiswa berbaju putih dengan nametag khas STAN berkeliaran di peron yang sama dengan Kinan.

Jangan Bilang Kita Sahabat (COMPLETED)Where stories live. Discover now