JBKS 14

122 10 0
                                    

Semuanya berawal dari Ardina yang mengajak Kinan ke FK untuk menemaninya mengantar surat, hingga akhirnya Kinan bertemu dengan Ammar dan dengan keramahannya mereka berdua bisa akrab satu sama lain sampai hari ini.

Awalnya Kinan ragu untuk bergaul dengan Ammar, ia takut kalau hatinya ikut terlibat dalam persahabatan nya. Namun, Ammar benar-benar teman yang membuatnya merasa nyaman--selain Gilang dan Ardina.

Bicara tentang Gilang, tadi pagi-pagi sekali--sekitar pukul setengah 6, anak itu menyambangi rumah Kinan dan menyuruhnya cepat mandi untuk berangkat ke Senayan.

"Ngapain lo? Mau bersih-bersih rumah gue?" Tanya Kinan sewot.

"Ikut turun yuk."

Kinan bingung bukan main. Ia terus menerka-nerka apa maksud Gilang.

"Turun? Rumah gue cuma satu lantai, boy!"

Kepala Kinan terdorong ke samping karena dorongan ujung telunjuk Gilang. "maksudnya, kita turun ke jalan. Ikut memperjuangkan hak masyarakat."

Senyuman culas muncul di wajah Kinan. "Enggak ah. Gue mau masuk kelas aja."

Gilang berdecak. "matkul Bu Tiara gampang sih. Lagian sekarang itu yang lebih penting, kelanjutan negara kita."

Kinan memutar bola matanya, ia sudah malas kalau Gilang sudah berbicara diplomatis seperti ini.

"Tapi dikasih dispen apa enggak nih? Gue udah bolos 1 kali matkul doi."

Kinan berkata dengan sungguh-sungguh. Waktu itu, satu jatah bolosnya digunakan untuk menonton film dokumenter artis kesukaan Ardina. Karena sahabatnya itu selalu ingin menjadi yang terdepan, makanya Kinan tidak sanggup untuk menolak ajakan itu.

Lalu Gilang menjentikkan jarinya. "Pasti itu. Dosen-dosen justru dukung banget mahasiswa buat turun ke jalan. Lo tau kenapa?"

Kinan menggeleng. Rambutnya yang masih berantakan, menjadi lebih berantakan.

"Katanya biar Instagram nya gak sepi-sepi amat, jadi ada bahan buat insta story"

"Njir! Bener juga ya lo!"

Mereka pun tertawa bersama mengingat realitas zaman sekarang yang kenyataannya memang seperti itu. Lihat saja nanti, saat para mahasiswa dan masyarakat lain yang menyuarakan aspirasinya, pasti ada segelintir orang yang esksis, bahkan mungkin saja ada yang panjat sosial. Mereka menggiring opini publik untuk membuatnya menjadi seseorang yang memiliki kepedulian sosial yang tinggi, namun pada kenyataanya semua hanya untuk kepentingan loves di Instagram.

♥️♥️♥️

Setelah menempuh jalanan di pagi hari yang masih belum terlalu macet, akhirnya Kinan dan Gilang sampai juga di fakultas mereka.

Di sana masih terlihat segelintir orang. Karena di broadcast menyebutkan untuk berkumpul terlebih dahulu di fakultas masing-masing pukul setengah 7 pagi. Sedangkan mereka 10 menit lebih awal dari jadwal.

Dio sudah terlihat dengan almamater nya kacamata hitamnya sudah bertengger di puncak hidungnya yang mancung.

"Woy, Lang!" Dio mengangkat tangan dan menyapa kabem nya itu.

"Cepet banget lo, tumben."

Dio berdecak sambil menggelengkan kepalanya. "Telat salah, kecepetan juga salah. Emang dah, yang paling bener itu cewek dah."

Kinan selaku satu-satunya perempuan di sana, langsung merasa terpanggil. Ia menengok ke arah Dio dan langsung menempeleng kepala Dio. Beberapa menit kemudian, Kinan menjadi lembut dan langsung mengelus puncak kepala teman sekelasnya itu. "aduh, kasian. Sakit ya?"

Jangan Bilang Kita Sahabat (COMPLETED)Where stories live. Discover now