JBKS 12

132 13 2
                                    

Jam kuliah pertama berjalan dengan baik. Dosen datang tepat pada waktunya--tipikal dosen muda--dan sesi presentasi dari dua kelompok, selesai tepat waktu.

Setelah dosen muda itu mengucap salam, Kinan langsung meregangkan tubuh untuk sekadar melepas penat setelah hampir dua jam duduk di bangku yang tidak ada empuk-empuknya sama sekali.

Ardina yang menjadi salah satu anggota kelompok yang maju tadi langsung berkutat dengan ponselnya. Kinan sudah hafal betul kelakuan temannya itu. Ia pasti akan mem-posting kegiatannya tadi. Benar saja, beberapa detik kemudian ponsel Kinan berdenting dan memunculkan notifikasi kalau Ardina sedang menyiarkan siaran langsung di Instagram.

"Update teroooss..!!" Ejekku sambil terus scroll explore Instagram. Karena Ardina, Kinan jadi tergiur untuk melihat-lihat apa yang ada di social media dengan logo lensa kamera berwarna pelangi itu. 

"Biarin. Sirik aja. Sini sini, bilang aja lo mau ikutan live sama gue kan?" Ardina langsung menarik leher Kinan dan mendekatkan kepala mereka hingga wajah mungil Kinan terpampang di layar ponsel 16 inch milik Ardina.

"Dinaaa... Lepasin ih. Gue gak mau terkenal." Kata Kinan sambil berusaha melepaskan diri dari rangkulan Ardina. Kemudian ia melirik lagi layar ponsel sahabatnya itu, "Lo ngapain live-live segala sih? Liat tuh, yang nonton aja kagak ada. Yang ada malah buang-buang kuota."

"Anak sultan bebas." Kata Ardina sambil menumpukan kepalanya di tangan dan berkedip genit. Tak lupa dengan senyum yang dibuat-buat.

"Eh ngomong-ngomong lo udah kerjain tugasnya Bu Mirna belum?"

"Yang mana dah?"

"Epid PTM(1)."

Ardina yang sedang memegang ponselnya langsung meletakkannya di meja hingga menimbulkan bunyi. "Kebanyakan tugas, gue jadi lupaaa... Gimana dong, Nan?"

"Santai aja sih. Gue juga belum. Lagian deadline nya kan masih tiga Minggu lagi." Kata Kinan sambil menyeringai.

Buk! bahu Kinan dipukul pelan oleh Ardina. "Lo santai banget, mau tiga minggu juga tetep harus buru-buru dikerjain. Lo tau sendiri kan kalo Bu Mirna tuh perfect nya melebihi lagunya one direction."

"Yaelah, suami gue dibawa-bawa." Kinan dan Ardina tertawa bersama, "yaudah kelar jam terakhir, kita kerjain yuk." Kinan memberi usulan.

"Gue ada rapat gak ya? Kayaknya sih gak ada. Bentar gue tanya Gilang dulu," Ardina langsung membalikkan badannya ke arah tempat duduk Gilang. Semua cowok di kelasnya memang menjadikan kursi belakang sebagai tempat favorit mereka. "Woy, Lang. Nanti kagak jadi rapat kan ya?"

Ternyata Gilang sedang mabar dengan Dio dan cowok yang lain. "Kagak jadi." Sahutnya dengan pandangan yang masih tertuju ke layar ponsel.

Saat anak cowok sedang mabar, kelas langsung rusuh. Banyak sekali umpatan yang keluar, teriakan yang menyebut hewan di kebun binatang juga turut launching. Dasar cowok.

Ardina langsung melemparkan senyuman penuh kemenangan ke Kinan. "Gak ada tuh. Jadi fix ke perpus ya. Lo bawa laptop kan?"

"Gue pake komputer perpus aja."

"Oke deh."

Obrolan mereka harus terhenti saat Pak Ikhsan datang lewat pintu belakang dengan setelan biru mudanya

"Astaga. Setan ganteng!" Dio yang tadi masih fokus bermain, memekik kencang saat tangan Pak Ikhsan menyentuh pundaknya. Alhasil semua mahasiswa tertawa mendengarnya.

Emang ada ya setan yang ganteng?

❤️❤️❤️

Berhubung gedung FKM masih dalam proses pembangunan, untuk perpustakaan nya sendiri, masih bergabung dengan fakultas kedokteran dan kesehatan. Jadi setiap anak FKM yang mau ke perpus, mereka harus ke gedung FKK terlebih dahulu.

Jangan Bilang Kita Sahabat (COMPLETED)Where stories live. Discover now