JBKS 16

134 10 0
                                    

Jantung Kinan terasa berhenti sedetik. Ia mengernyitkan dahinya. Apa maksud pria di hadapannya ini?

"Lang, kita sahabat kan?"

"Jangan bilang kalo kita cuma sahabat setelah apa yang gue lakuin ke elo, Nan. Gue yakin, selama ini lo sadar itu. Elo cuma gak mau meyakini itu. iya kan?"

"Lang, Lo kayaknya kecapekan habis demo deh, makanya ngomong ngelantur kemana-mana kayak gini."

"Gue serius, Nan. Awalnya gue cuma mau di dekat elo. Ngejagain lo dari dekat. Tapi gue gak bisa bohongin perasaan gue. gue mau ngakuin perasaan gue ke elo. Gue gak nuntut lo bales perasaan gue. Gue cuma mau kasih tau perasaan gue." Gilang menggaruk tengguknya sambil cengengesan

"Lang?"

"Terlepas dari pengakuan gue malam ini, gue gak mau hubungan kita jadi renggang. Besok kita bakal tetep kayak biasa, gak ada yang canggung, gak ada yang lebih dan kurang. Mau itu elo nerima gue atau enggak."

"Lang? Bisa gue ngomong sekarang?"

Gilang menganggukkan kepalanya.

"Gue masih laper. Pesen lagi, boleh?"

Sisa malam itu, dihabiskan dengan kebahagiaan. Biarlah semua kebahagiaan itu terlepas dari kata 'status' sebagai sepasang kekasih atau sepasang sahabat. Karena sejatinya, kebahagiaan muncul dari orang-orang yang membuat kita nyaman antara satu sama lain.

Di sisi lain Kinan bingung, siapa yang memberikan Gilang ide untuk menyatakan perasaan ke seseorang di sebuah angkringan?

♥️♥️♥️

Sesampainya di depan rumah Kinan, Gilang langsung mengambil helm yang disodorkan oleh Kinan.

"Makasih ya." Kata Gilang.

Jujur saja, meskipun Gilang berpesan kalau jangan sampai ada yang berubah di antara mereka berdua, tapi tetap saja Kinan merasa canggung.

"Gue yang makasih. Udah sana pulang."

"Habis rapih-rapih, lo langsung minum vitamin ya. Gue takut lo kumat lagi."

"Njir, dikata gue penyakitan banget ya. Hush hush... Dah balik sana."

"Oke deh. Inget kata gue ya, jangan sampe Lo jaga jarak sama gue. Paham?"

Kinan tak menggubris pertanyaan Gilang dan langsung melenggang pergi. "Bye!"

Saat pintu sudah tertutup sempurna dan suara motor Gilang semakin menjauh, Kinan langsung bersandar di daun pintu dan memegang jantungnya.

"Masih aman kan?" Gumamnya.

"Kok lama banget, Kak?"

Pertanyaan sang ibunda langsung membuat jantung Kinan berdetak lebih cepat dua kali lipat dibandingkan saat dirinya mendengar pengakuan Gilang. 

"Ibu! Kok belum tidur sih?"

"Assalamualaikum..." Sindir sang ibu.

Kinan cengengesan, "wa'alaikumussalaam..." Tangannya langsung tersodor untuk mencium tangan.

"Dianterin sama Gilang kan?" Tanyanya.

Kinan mengangguk sambil mengambil segelas air yang sudah tersuguh di meja. "Ibu kok belum tidur sih? Biasanya yah gini udah ngigo aja." Tanyanya lagi.

"Nungguin lilin."

Tawa Kinan seketika meledak. "Ah ibu bisa aja candanya."

"Ya nungguin kamu lah. Kok bisa malam banget?"

Jangan Bilang Kita Sahabat (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang