I did it

1.6K 173 29
                                    

Marsha hanya duduk terdiam sambil membaca buku novelnya. Meski matanya menuju gambar demi gambar yang dia buka, namun tidak dengan pikirannya yang terbawa kesana kemari oleh obrolan dua orang yang duduk tidak jauh dari Marsha.

Dua orang itu merupakan teman sekelas Marsha, dan salah satunya adalah sahabat Marsha sejak smp dulu. Tapi, seakan kehadiran Marsha tidak ada di sekitar mereka. Mereka asik berbincang menceritakan semua hal lucu itu sembari terus tertawa jika menemukan obrolan yang seru.

"Hah."
Marsha pun menghela nafas. Baginya sungguh berat berkonsentrasi di kala berada di lingkungan yang berisik. Sebenarnya bukan soal berisik, tapi soal iri. Iri karena kini sahabatnya telah menemukan teman yang se frekuensi dengannya. Sedih karena kini kehadiran nya tidak di butuhkan lagi.

Karena terlalu bosan hanya mendengar obrolan mereka, Marsha memutuskan untuk keluar kelas dan duduk di bangku depan kelas. Sisa hari ini dia habiskan disana sebelum akhirnya bel pulang berbunyi.

"Marsha?."

"Hem? Kenapa?."

"Aku pulang bareng Christy gapapa kan? Kamu bisa pulang sendirian kan?."

"Oh. Iya. Gapapa."

"Kalau gitu, kita duluan ya?."

"Hemm."

"Bye Marsha! Sampai bertemu besok lagi."

Marsha hanya mengangguk menanggapi ucapan Christy.

Lagi dan lagi Marsha harus mengalah. Jika memang sudah berubah, dia rasa dia harus sadar diri.

Marsha memang gadis yang pendiam, meski terkadang bawel jika sudah bertemu tempat yang nyaman untuknya. Dia baik, ramah dan juga begitu peduli pada sahabatnya.

Sahabatnya bernama Azizi. Mereka kenal sewaktu pertama kali masuk ke sekolah di jenjang SMP. Azizi banyak sekali membantu Marsha untuk beradaptasi di lingkungan baru. Berkat Zee sapaan akrabnya juga Marsha bisa tumbuh jadi gadis yang periang.

Tapi, mungkin saat ini bukan saatnya lagi Zee membuat Marsha nyaman. Karena sejak kehadiaram Christy, Zee seakan lupa tentang Marsha.

Saat perjalanan pulang, langkah Marsha terasa hampa. Tidak ada suara Azizi yang selalu mengajaknya berbicara. Tak ada obrolan random sepanjang jalan, tak ada pertanyaan aneh dari Zee dan masih banyak lagi.

Baru satu bulan, namun Marsha sudah amat kehilangan sahabatnya.

"Aku gapapa. Aku bisa."
Gumam Marsha. Meski mengatakan tidak apa apa seratus kali pun, hati Marsha tetap merasakan sedih dan kecewa.

"Marsha,..."
Panggilan itu menghentikan langkah Marsha. Dia menoleh dan melihat Flora berjalan ke arahnya.

"Sendirian? Zee mana?."
Tanyanya. Flora merupakan teman SMP nya juga, namun dia tidak terlalu dekat dengan Marsha dan Zee.

"Dia pulang duluan tadi."
Jawab Marsha.

"Tumben kalian ngga bareng."

"Hemm. Dia pulang sama Christy soalnya."

"Oh. Kenapa ngga bareng aja?."

"Mereka naik motor berdua, masa aku harus ikut juga. Lagian kan aku ngga harus sama dia pulangnya. Aku bisa sendiri kok."

"Iya sih. Cuma aneh aja."

"Gapapa Flora."

"Kita kan searah, kalau mau pulang bareng aku juga ngga masalah."
Tawar Flora.

"Boleh."

Keduanya pun berjalan bersama menuju rumah masing-masing.

Rumah Marsha dan Zee berjarak tidak terlalu jauh. Sebelum sampai di rumah Marsha, Marsha harus melewati rumah Zee. Dan dari jarak yang tidak terlalu jauh, Marsha melihat Zee tengah duduk di teras bersama Christy. Mereka terlihat mengobrol dan tertawa.

One shoot (ZeeSha)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang