Setelah hampir tiga jam saling bergulat, mereka akhirnya menyerah. Kalian pikir apa tentang mereka? Berbuat yang tidak tidak? Big no!. Mereka cuma berciuman! Ngga lebih! Ya kali.
"Makasih."
Zee mengusap bibir ranum Marsha yang merah akibat ulah nya.
Setelah mendapat anggukan dari Marsha, Zee pun terkekeh. Merasa dia baru saja gila karena berbuat seenaknya pada Marsha yang notabene adalah ibunya juga.
"Maaf juga."
"Aku gapapa."
"Kamu keren."
"Kamu juga."
Zee hanya bisa tersenyum. Masa bodo apa kata dunia. Dia terlalu mencintai Marsha.
"Kamu mau mandi sekarang?."
Zee menyelinapkan helaian rambut Marsha ke belakang telinga dengan lembut."Nanti aja, kamu dulu mungkin."
"Aku juga nanti."
Tak lama terdengar dering ponsel Marsha.
"Papa telfon, angkat aja."
Zee memberikan ponsel Marsha pda pemiliknya."Aku angkat?."
"Iya dong, itu suami kamu."
Marsha meringis. Melupakan suaminya sendiri saat bersama Zee.
"Morning sayang, kamu baru bangun?."
"Morning to, iya ini."
"Bangun, cuci muka terus sarapan ya?."
"Siap komandan."
"Kamu kuliah ngga?."
"Hari ini aku libur."
"Kalau libur kamu bisa pergi jalan jalan aja, masih ada Zee kan?."
Marsha menatap Zee yang masih setia melihat wajah Marsha.
"Iya kayaknya."
Marsha terpaksa berbohong seperti itu karena takut suaminya curiga.
"Kalau gitu minta Zee anterin kamu jalan aja. Dia di sogok duit pasti mau, aku transfer uang ya buat kamu jalan sama Zee. Okey?."
"Kamu kasih aku izin pergi? Sama Zee?."
"Iya. Cuma dia yang bisa anter kamu. Aku kan ke rumah sakit. Malam ini aku juga nginep di rumah Mila lagi, dia rewel."
"Oke."
"Oke kalau gitu, aku mau pergi dulu ke rs, see you sayang."
"To..."
Marsha melepar asal ponselnya.
"Kenapa di banting?."
Zee terkekeh melihat wajah misuh misuh Marsha."Gapapa. Aku jahat ngga sih?."
"Jahat kenapa?."
"Bohong sama suami sendiri?."
"Yaaaa...jahat sih."
"Ka Zee ih!."
"Ya emang kan? Kamu selingkuh juga. Nanti aku laporin ke papa."
Umbar Zee sembari meledek Marsha."Laporin aja, aku ngga takut. Kan selingkuh juga sama anaknya suami aku, lagian kan kamu yang mulai."
"Tetep aja nanti kamu yang kena marah."
"Biarin.."
"Rela di marahin ya demi aku..?."
"Iya lah. Kalau perlu di ceraiin sekalian."