Seventeen

984 164 18
                                    

2000

Zee mengucek kedua matanya. Perasaan dia baru saja memejamkan matanya, tetapi kenapa terasa dia sudah tidur begitu lama. Suara ketukan pintu dan panggilan dari seseorang baru saja membangunkan dirinya. Dan dari suaranya Zee tahu siapa orangnya. Tapi ada yang aneh...karena seseorang itu seharusnya sudah tidak lagi ada disini.

Zee pun membukan mata lagi setelah berfikir apa yang sedang terjadi. Kedua matanya spontan terbuka lebar hampir saja meloncat melihat apa yang ada di depannya. Bagaimana tidak, dia bangun di ranjang kamar lain! Bukan di sofa kamarnya di Jakarta! melainkan di kamar jaman dia masih SMA! Ya! Di kamar masa remaja Zee dulu!.

Ceklek

"Azizi Azizi! Mama bangunin dari tadi ya! Ngga bangun bangun! Kamu mau telat ke sekolah? Iya! Biar bu Sisca masukin kamu ke ruang Bk lagi? Itu mau kamu?."

Saat keterkejutan tentang dimana dia sekarang masih membuat dirinya hampir pingsan, tiba tiba muncul sosok yang sudah lama pergi dari dunia ini. Itu ibunya! Benar ibunya! Ibunya yang telah lama tiada.

Zee menatap ngeri pada wujud ibunya. Ibu yang telah melahirkan dia seharusnya sudah tiada dari sejak lama. Harusnya tidak ada di hadapannya, tapi kenapa sosok Ibunya ada di hadapannya? Dan terlihat masih sangat muda? Masih sangat lincah malahan. Seperti ibunya disaat dirinya masih remaja dulu.

Otak Zee di bawa bekerja ekstra kali ini. Mencerna semuanya dengan perlahan.

Melihat wajah pucat Zee, Gracia pun khawatir.

"Hey hey...kamu kenapa? Kok keringetan begini? Kamu sakit? Mau mama izinin kamu ngga sekolah?."
Ujar Gracia penuh kekhawatiran sebab wajah Zee sudah sangat pucat dan keringat pun mulai bercucuran. Itu akibat dari memakasa otak bekerja keras.

"Mama? Mama masih hidup? Ini mama?."
Kata Zee sedikit gemeteran.

"Yeee...malah ngelawak. Iyalah! Ini mama! Kamu kira mama udah meninggal? Kamu mau mama meninggal ya?."
Sontak saja ucapan lantang dari Gracia di sambut hangat oleh Zee. Dia pun memeluk mamanya.

"Ma, Zee kangen. Kangen banget."

"Ck! Baru tidur 7 jam yang lalu, udah bilang kangen. Kamu mimpi apaan sih? Kok jadi aneh?."

Zee hanya diam menikmati pelukan hangat dari ibunya yang sudah cukup lama dia rindukan.

"Zee? Udah ih! Mama gerah ini."

Zee terpaksa melepaskan pelukannya.

"Ma? Mama ngga kangen Zee?."

"Dih...yang ada mama muak liat kamu terus. Kapan kamu bisa dewasanya kalau bangun tidur aja masih di bangunin."

"Tapi Zee seneng."

"Mama ngga!."

"Zee seneng ketemu mama lagi, udah lama ngga liat wajah cantik mama, Zee bahkan kangen suara mama yang cerewet ini. Ternyata Zee telat ya sadar bahwa mama itu segalanya. Maafin Zee yang selama ini selalu bantah mama dan ngga mau nurut."

Gracia mengernyitkan dahinya. Merasa aneh melihat anaknya meminta maaf seperti ini.

Dia pun menempelkan punggung tangannya pada dahi Zee.

"Ngga panas, kok anaknya melantur."
Gumam Gracia.

"Zee sehat kok."

"Iya kamu sehat, tapi otak kamu bermasalah. Dari tadi ngomong ngga jelas. Iya mama akui kamu nakal, bandel dan ngga suka mama omelin. Tapi baru kali ini kamu minta maaf dan seolah olah kayak kamu bangun tidur dan mimpi mama meninggal."

"Zee sayang mama."

Semakin lama Gracia semakin takut.

"Shami!! Anak kamu nieh! Aneh!."
Teriak Gracia.

One shoot (ZeeSha)Where stories live. Discover now