"Zee? Kamu melamun?."
Si empunya nama pun menolah pada ibunya yang bertanya. Yang di tanya tadi memang tengah melamun di samping kolam renang.
"Ngga kok."
Jawab Zee cuek.Sang ibu yang bernama Shani pun duduk di sebelah sang anak. Membelai rambut anaknya yang telah di cukur pendek beberapa waktu lalu.
"Kenapa hem? Mau cerita sama mama?."
kata Shani lembut. Dirinya meski telah berumur 40 tahunan masih saja terlihat muda. Jiwanya pun masih sangat muda. Sayang saja angka pada umurnya telah mencapai 40 an tahun."Zee cuma lagi cape. Di sekolah Zee dapet temen sebangku yang bawel banget. Cape Zee nanggepinya."
Curhat Zee.Setelah 5 hari bertemu Marsha, baru kali ini Zee bisa mengeluh cape. Kemarin dia masih bisa sabar, bisa menahan, tapi hari ini dia tidak bisa lagi menahan amarah. Marsha terlalu op hari ini.
Shani tahu siapa orang yang anaknya ceritakan ini. Jelas Shani tahu siapa dia karena Shani juga ikut campur memasukan Marsha ke sekolah Zee.
"Emang dia bawel banget? Se bawel itu?."
Ujar Shani pura pura kaget."Bawel nya udah level atas deh. Banget nget nget. Bisa ngga sih dia di keluarin aja? Cape aku."
"Ya ngga bisa gitu dong. Dia kan niatnya sekolah, masa baru masuk udah di keluarin."
"Mama kok tahu dia baru masuk?."
Zee menatap Shani heran."Lah, kan tadi kamu cerita."
"Ngga. Aku cuma bilang temen sebangku, kok mama tahu dia murid pindahan?."
Zee mulai curiga. Shani pun terlihat kebingungan sendiri."Ah,, tadi mama cuma nebak aja sih. Emang bener ya?."
Shani terkekeh kecil untuk menghilangkan kegugupannya."Ya gitu. Mana anaknya aktif lagi. Sepanjang pelajaran dia nanya mulu. Sampai guru juga heran."
Zee kembali bercerita tanpa melihat wajah lega Shani."Kok bisa gitu?."
"Ya mana Zee tahu."
"Tapi dia manis kan? Lucu?."
Zee lantas menolah pada mamanya. Mengernyitkan dahinya bingung.
"Kenapa? Kok gitu banget natepnya?."
"Maaa...dia sama sekali ngga manis, apalagi lucu. Yang ada dia itu ngeselin pakai banget."
Zee pun bangkit meninggalkan Shani yang kini bisa tertawa melihat wajah kesal Zee.
Sedangkan Marsha tengah duduk di meja belajarnya. Memandang jendela kamar yang menyajikan pemandangan kota pada malam hari. Sambil melihat dia juga membayangkan wajah kesal Zee hari ini.
"Kok makin lucu aja. Makin suka deh."
"Suka apa?."
Cindy masuk membawa nampan berisi cemilan untuk anaknya.
"Hehehe. Mama."
Marsha kembali fokus menulis di bukunya. Pura pura sibuk supaya sang mama tak bertanya apa apa.
"Kenapa? Kok ngga di lanjutin tadi? Mama kan mau denger."
Cindy duduk di atas ranjang menghadap sang anak yang tiba tiba salting."Ngga kok. Tadi cuma ngomong asal aja."
"Mana ada, mama denger dengan jelas banget anak mama muji temennya yang katanya makin lucu dan bikin suka."
Cindy berhasil membuat pipi bakpau anaknya memerah seketika. Marsha pun gak bisa menghindari tatapan jahil sang mama yang mulai kepo itu.