Marsha POV.
Terlahir memiliki kembaran memanglah menyenangkan bagi sebagian orang, tapi tidak denganku yang selalu merasa sangat kesal pada kembaranku. Tidak sekali pun aku merasa beruntung, sejak kecil aku selalu merasa sial terlahir bersama kakaku.
Memang kita tidak bisa memilih mau lahir dimana, dilahirkan oleh siapa, keluarga mana dan dengan siapa, tapi bolehkan aku mengeluh jika aku terlahir barengan dengan dia?. Huh!.
Terkadang dia baik, perhatian, dan juga orang pertama yang akan membelaku jika aku di bully. Tapi dia juga yang selalu menjadi alasanku untuk menangis setiap hari. Dia jahil dan dia juga sering kali mengumpankan aku jika dia dalam bahaya.
Hah!. Andai saja ada jasa menukar kembaran, akan aku bawa abangku itu kesana dan ku tukar dengan perempuan yang pastinya akan sangat menyenangkan memiliki kembaran perempuan.
Ya, kembaran ku berbeda jenis kelamin denganku. Dia laki-laki dan aku perempuan. Itu yang selalu menjadi alasan kenapa aku selalu bertengkar dan tidak pernah akur dengannya. Karena kita beda prinsip!.
Sudahlah, mengeluh pun tak akan ada hasilnya. Kita bahkan sudah menjalani hidup 17 tahun di bumi. Dan sepertinya aku sudah terbiasa memiliki kembaran aneh seperti dia. Yang selalu gagah mengatakan dia lahir duluan, dia abang dan harus di hormati. Apa apaan itu.
"Marsha!!."
Tuh! Orangnya datang. Dia pasti ingin menganggu ku.
Ceklek.
"Marsha...."
Aku memutar bola mataku malas. Panggilan lembutnya pasti ada unsur di sengaja.
"Apa?!."
Jawabku ketus.Kaka, eh abang, ehh...udahlah curut aja. Itu masuk ke kamarku.
"Aku minta tolong boleh?."
"Apaan?."
"Tolong bilangin ke mama sama papa kalau nanti cari aku ya? Bilang ke mereka kalau aku kerja kelompok ke rumah Christian. Bisa kan?."
Pintanya. Tuh! Selalu aku yang harus berbohong. Dia mah bisa bebas pergi, nah aku harus nanggung kebohongan nya."Aslinya mau ke mana emang?."
"Ya mau kesana, tapi habis itu cabut. Hehehe."
Tuh kan. Paling mereka mau ke rumah Aldo. Main billiar sampe malem.
"Ngga ah. Terakhir aku bohong aku kena getahnya."
Jawabku.Ya mana mau aku bohong lagi. Terakhir aku bantuin dia itu aku ikut kena semprot papa. Kita sama sama di suruh jalan kaki ke sekolah yang jaraknya lumayan jauh. Mana ngga di kasih ongkos jajan, kurang menderita apa aku punya kembaran kaya tuyul itu.
"Kali ini janji ngga pulang malem. Sore aku udah di rumah sebelum papa mama pulang."
"Ngga! Izin aja kenapa sih? Cuma main kan?."
"Aku di hukum sama mereka. Ngga boleh pergi sabtu ini. Plisss, bantuin Marsha...ya ya ya? Aku janji pulang bawain kamu makanan buat tikus kamu."
"Dia bukan tikus! Hamster!."
"Iya itulah. Ya? Bantuin ya?."
"Emang mau apa sih kesana? Besok senin aja pulang sekolah."
"Ngga bisa. Kita ada acara."
"Acara apaan?."
"Pacarnya Aldo ultah dan di rayain disana."
"Lah...kenapa ngga di rumah pacarnya aja? Kenapa di rumah Aldo?."