Sebuah Pertolongan

154 27 2
                                    

"Hanbin, Matthew?Apa yang sebenarnya sudah terjadi! "

Kim Jiwoong menatap seisi ruangan dengan penuh kemarahan. Lagi-lagi ia memegang kerah baju Zhanghao.

"Kenapa kau malah mengajak orang asing kesini! Kau tahu bukan, markas ini adalah rahasia terbesar kita! "

"Hentikan!"

Suara teriakan Sung Hanbin membuat Jiwoong langsung mengalihkan perhatiannya kepadanya.

"Kau tahu Zhanghao, sebentar lagi kita akan merasakan kebebasan dan aku tidak akan segan menghancurkan orang asing  yang bisa menghancurkan impianku! "

Kim Jiwoong mendorong Zhanghao dengan kasar dan dia berjalan ke arah Hanbin dengan tatapan tajam. Tak disangka, Sung Hanbin juga menatapnya dengan tatapan yang lebih tajam.

"Apa yang akan kau lakukan kepadaku ha! Kau akan membunuhku?!"

"Diam! "

Jiwoong dan Hanbin menatap Matthew yang tiba-tiba menyuruhnya diam. Matthew menatap semua yang ada diruangan itu dengan tatapan marah yang penuh air mata.

"Jiwoong, jangan pernah sekalipun berpikir untuk menyakiti Hanbin dan,,"

"Tapi Matthew, "

"Tolong dengarkan semua penjelasanku hyung dan jangan memotongku! "

Jiwoong memilih diam dan Matthew akhirnya membuka suara.

"Seharian tadi aku sudah keliling menjual permen di beberapa kapal termasuk di pelabuhan. Aku sudah putus asa dan hampir menyerah. Namun demi bisa mengantar Yujin berobat, aku berdoa kepada Tuhan agar pertolongan datang kepadaku. Dan kamu tahu Jiwoong? Dialah yang menolongku bahkan dia memberi makanan yang banyak untukku. Kamu sempat memakan kue dari nya kan tadi? "

Jiwoong menatap Hanbin dengan perasaan tidak enak. Sedangkan Hanbin menatap Matthew dengan tatapan kaget tak percaya.

"Dia bahkan berharap bisa bertemu denganku suatu saat nanti. Siapa sangka aku bertemu lagi denganmu Hanbin. Bahkan ditempat ini. Bisakah kau menjelaskan kepadaku tentang kejadian yang terjadi setelah pertemuan kita? "

Hanbin menatap Matthew dengan penuh haru. Kemudian dia menatap Jiwoong dan Zhanghao dengan tenang.

"Tidak disangka, aku akan bertemu dengan kalian sebelum menuju sekolah teladan. Aku akan bersekolah disana sekaligus tinggal di asrama. Pamanku telah mendaftarkan aku sekolah didaerah sini. Sebelum aku dijemput Pak Jay, Zhanghao bertemu denganku di kantor pos dan dia menceritakan tentang kepala asrama yang menyita barang berharga milik anak-anak yang mau masuk asrama. Siapa sangka dia menawarkan untuk menyimpan barang-barangku disini dan tiba-tiba kalian muncul dihadapanku. "

Kim Jiwoong maju kedepan dan melihat koper kuning dan sebuah tas dokumen kecil.

"Apa isinya? Apa boleh kubuka?! "

"Tidak usah Jiwoong, ini hanya! "

"Tolong dibuka Zhanghao! Jika dia mau menitipkan barang maka kita harus tahu apa yang dititipkannya."

Zhanghao menatap Hanbin. Hanbin dengan tenang mengangguk kepadanya.

"Biar aku buka! "

Hanbin membuka koper kuning dan tas dokumennya. Hambin dan Matthew terkejut melihat jam, baju, dan yang paling mengagetkan adalah tumpukan uang yang ada diatas dokumennya.

"Kenapa kau bersekolah disini? Dengan uang sebanyak itu kau lebih baik kabur dari sini dan bersekolah di kota daripada ditempat seperti ini! "

Hanbin teringat pesan Pak Parhan kepadanya. Dia memilih untuk tidak terlalu transparan kepada Jiwoong jadi dia memilih jawaban lain.

"Pamanku yang mendaftarkannya. Tepatnya setelah ayah meninggal, pamanku memutuskan untuk mengirimkan kesini dan bersekolah disini. "

Jiwoong menghela nafas panjang.

"Kau sama sepertiku, setelah orangtuaku meninggal. Bibiku juga mengirimku kesini dan sampai sekarang dia tidak ada kabar. Aku seolah sudah dibuangnya. "

Hanbin sedih mendengar ucapan dari anak yang ada didepannya. Dia pun ikut bersuara.

"Aku tidak menyangka pertemuan tak terduga ini terjadi. Tapi aku bersyukur bisa bertemu dengan Matthew di kapal dan siapa sangka pemberian kecilku dianggap sebagai pertolongan yang berharga baginya. Dan aku juga tidak menyangka bisa bertemu dengan Zhanghao. Dia menceritakan tentang kehidupan yang susah di asrama. Tanpa segan, dia menawarkan bantuan untukku juga. Siapa sangka sebuah pertolongan bisa terbalaskan dengan begitu cepat."

Tiba-tiba terdengar suara ketukan keras dari depan.

"Hei, kalian lama sekali. Ayo cepat, sebentar lagi asrama mau ditutup. "

"Ayo kita segera pulang Jiwoong, ah tunggu sebentar ini uang titipan untuk membawa Yujin berobat besok. Aku dan Jiwoong harus segera pergi lewat jalan potong menuju asrama. Bisa bahaya kepala asrama tahu kami telat pulang. "

"Baiklah! "

"Ayo Hanbin, segera pergi berangkat dengan Pak Jay. Saran dariku berpura-puralah tidak kenal dengan kami dan jangan ceritakan pertemuan yang terjadi diantara aku, Jiwoong, dan Matthew kepada siapapun. Terutama kepala asrama. Mengerti! "

"Iya, aku mengerti!" Hanbin mengangguk sambil takut membayangkan apa yang akan terjadi padanya saat bertemu kepala asrama nanti.

Di sepanjang perjalanan Hanbin mencoba mencerna apa yang telah terjadi kepadanya dan Hanbin akhirnya mengambil sebuah kesimpulan yang jelas.

" Sepertinya kepala asrama di sekolah ini bukan orang yang baik. Aku harus menjaga sikap dan berhati-hati kepadanya."

"Tenangkan dirimu Hanbin. " Pak Jay bersuara seolah mendengar suara hati Hanbin.

Hanbin menatap diam Pak Jay lewat kaca mobil. Sedangkan Pak Jay membalas dengan senyuman.

"Anak-anak asrama adalah anak yang baik. Mereka pasti akan baik jika kamu baik kepadanya. Yang penting kau harus menjaga sikap kepada kepala asrama. "

"Terima kasih atas nasihatmu, Pak Jay. "

Mobil melaju dan perlahan sekolah teladan terlihat.

"Dan terima kasih atas bantuanmu hari ini, Pak. " Hanbin mulai mengemasi barang-barangnya yang tersisa dan bersiap-siap untuk memulai kehidupan barunya disana.





The Savior (End) [SUNG HANBIN]Where stories live. Discover now