Sebuah Perlawanan

111 14 7
                                    

"Bagaimana Hanbin, apa kau tertarik masuk lebih dalam ke kelompok ini? "

Hanbin terdiam dan berpikir dalam, tawaran Kim Jiwoong tampak terlalu indah di matanya. Audisi di pulau terpencil ini. Apakah benar Pak Lee Jeong benar-benar akan datang? Namun disaat itu dia teringat ayahnya yang bisa merubah nasibnya karena ayah angkat yang menemukan bakatnya disini, Hanbin pun tersentak bagaikan dejavu seolah melihat ayahnya di masa lalu yang ditemukan oleh orang pencari bakat. Dan kandidat yang terpilih saat ini adalah Jiwoong dan Yujin. Ini benar-benar menarik.

"Baiklah, aku bersedia. "

Dibalik jawaban singkat Hanbin. Tidak ada satupun orang yang tahu kalau dia adalah pemain akrobatik sirkus yang sering dipasangkan ayahnya dan sudah keliling dunia. Tapi dari sini Hanbin sadar dan harus menyelidiki apakah agensi pencari bakat itu ada masa lalu dengan ayahnya.

"Ini masih panjang, tapi inilah saatnya aku bisa mencari tahu siapa orang berjasa kepada ayahku selama ini karena semasa hidup ayah hanya fokus bekerja bahkan tidak pernah bercerita tentang orang yang menemukannya dan membantunya menjadi bintang." Ujar Hanbin dalam hati.

" Baiklah, aku akan memperlihatkan caraku menari. "

Hanbin lalu tambah dengan lincah ditambah dengan gaya akrobatiknya. Semua orang yang ada di markas itu terpana. Bahkan Zhanghao sebagai Leader memutuskan Hanbin menjadi pengajar utama tari bagi kelompoknya.

"Baiklah, demi pertunjukan kita maka aku mengusulkan Hanbin menjadi   guru tari di kelompok kita. Bagaimana setuju? "
"Setuju! "

Di tempat lain, Taetae pulang ke asrama. Saat tiba di kamarnya ia terkejut melihat kondisi Ricky yang tergeletak dikamar asramanya.

"Ricky, Ricky. Sadarlah! "

Taerae panik tidak karuan. Anak-anak diasrama belum ada yang pulang. Terpaksa dia pergi ke ruang Pak kepala untuk meminta pertolongan.

"Bapak, Ricky pingsan. "

"Beri saja dia minyak angin ke hidungnya. Sebentar lagi paling fia juga sadar. "

"Tapi, Pak.. "

"Tidak ada tapi-tapian. Aku sibuk! "

Taerae kecewa, dia pun segera berlari untuk mencari pertolongan ke tempat terdekat disaat berlari, Pak Jay dengan mobil tuanya melihat Taerae yang tampak panik dan tergesa-gesa.

" Hei, ada apa?! "

"Bapak, Bapak bisa membawa Ricky? Dia teman selararku dan sekarang tergeletak tak sadarkan diri! "

"Baiklah, ayo kita segera kesana! "

Dengan cepat Pak Jay dan Taerae pergi ke asrama. Begitu sampai, suara kaki mereka yang berlari sepanjang asrama akhirnya disadari oleh Pak Kepala. Tak disangka disaat Pak Jay membohongi Ricky, Pak Kepala sidang berdiri didepan pintu gerbang.

"Kau dari dulu selalu mencampuri urusan anak-anak sekolahku. Kau bisa saja kulaporkan ke polisi dan, hei,, anak nakal! "

Taerae mendorong Pak Kepala hingga jatuh tersungkur lalu menyuruh Pak Jay untuk segera membawa Ricky ke rumah sakit.

"Cepat pergi Pak Jay demi Ricky! "

Pak Jay dengan cepat memasukkan Ricky ke mobilnya dan dengan cepat membawanya. Sedangkan Pak Kepala yang gendut tergopoh-gopoh tidak sanggup mengejar mereka.

"Kau benar-benar anak kurang ajar. Mulai hari ini kau kuhukum untuk tinggal di gudang! "

Taerae pasrah dengan hukumannya. Dia rela dikurung demi keselamatan nyawa Ricky. Di asrama ini bahkan nyawa anak-anak tidak ada harganya di mata Bapak Kepala. Taerae pun rela tidur dalam gelap dan dinginnya gudang asal nyawa Taerae selamat.

Saat anak-anak kamar 10 pulang, mereka berkumpul didalam kamarnya. Namun, disaat Matthew berkunjung ke sebelah. Dia menyadari bahwa Taerae dan Ricky tidak ada di asrama mereka.

"Apa yang terjadi?"

Segera dia menanyakan ke kamar-kamar lain. Semuanya tidak tahu karena mereka semua baru lualng seperti dirinya. Disaat itu Matthew langsung berlari menemui Hanbin.

"Hanbin, apakah kamu tadi bertemu dengan Taerae? "

" Iya, hari ini di sekolah dan terakhir aku menemuinya di toko buku sampai aku bertemu dengan Zhanghao di pasar. "

"Dia tidak ada, sebentar lagi kita makan malam. Aku khawatir dengannya! "

Hanbin terdiam dan bingung dengan situasi ini sampai tiba-tiba jendela mereka diketuk dari luar. Itu Pak Jay.

" Ada apa Pak? " tanya Kim Jineoong penasaran.

" Ricky sudah selamat setelah di beri pertolongan oleh dokter. Sekarang dimana Taerae? Aku mengkhawatirkannya. "

"Apa maksudmu Pak Jay? Ricky dirumah sakit?! "

Pak Jay menceritakan semua yang telah terjadi. Disaat itu Hanbin langsung marah tak kepalang.

"Ini tak bisa dibiarkan. Kita harus mencari Taerae sebelum jam makan malam! Ini pasti gara-gara Pak Kepala! "

Disaat Hanbin hendak keluar dari kamarnya, langsung Yujin mencegahnya keluar.

"Jangan kak, nanti kau bisa di pukul. Atau kau bisa bernasib sama seperti Taerae. "

"Aku tidak peduli! "

Disaat Hanbin dicegat oleh Yujin. Tiba-tiba datang Pak Parhan dengan dua karung besar yang dibawanya dari pasar.

Pak Parhan bingung melihat Hanbin yang tampak berkelahi dengan Yujin. Segera dia melerai mereka berdua.

"Hentikan! Sudah jangan bertengkar! Bapak membawa selimut tebal dan makanan untuk anak-anak yang ada di asrama ini! Seharusnya aku dan anak-anak muridku bersenang-senang malam ini! "

" Tapi,! "

" Tidak ada tapi-tapian Hanbin, sekarang bantu Bapak membagikan selimut dan kita akan makan enak malam ini!

Semuanya berjalan lancar sampai Pak Parhan menyadari Taerae dan Ricky tidak ada di asrama.

"Dimana Ricky dan Taerae? "

Yujin maju kedepan dan dia menceritakan kejadian yang diceritakan Pak Jay kepada mereka. Sedangkan Hanbin, dia masih kecewa dan duduk termenung disudut kamarnya.

"Ini benar-benar kacau! Aku akan menemui Pak Kepala segera. Tenang anak-anak semua masalah ini akan Bapak selesaikan! "

The Savior (End) [SUNG HANBIN]Where stories live. Discover now