Kemarahan di Pagi yang Dingin

95 13 15
                                    

"Guk guk! "

Antara sadar dan tidak sadar bayangan anjing kesayangannya seolah menjadi kenyataan. Taerae berusaha membuka matanya dan saat itu ia sadar bahwa Bleki benar-benar dihadapannya. Suasana tidak lagi gelap dan suram. Sekarang semuanya seolah bercahaya dihadapannya.

"Bleki, Bleki, aku sangat merindukanmu!"

Anjing hitam itu meloncat ke arah Taerae dan Taerae memeluknya dengan erat. Seolah rasa sakitnya hilang, dia berhasil berdiri tegak sambil menangis terharu memeluk anjing kesayangannya itu.

Hanbin terharu melihat pemandangan mengharukan itu. Hingga tiba-tiba Pak Kepala datang menghardik Taerae yang masih memeluk anjingnya erat.

"Berani-beraninya kau keluar dari gudang itu! Cepat masuk kedalam dan kembalikan anjing itu ke pemiliknya! "

Pak Keita yang ada dihadapannya kaget dengan ucapan yang dilontarkan Pak Kepala kepada muridnya itu. Ia pun naik pitam dan ikut menghalang Pak Kepala yang mencoba menarik anjing itu dari pelukan Taerae.

"Hentikan, jangan coba-coba kau sentuh anjingku. Dan apa maksud semua ini?! Kau mendidik murid dengan mengurungnya disini! Aku bisa memanggil warga desa jika kau semakin semena-mena kepada manusia! "

Pak Kepala terdiam dan melangkah mundur saat mendengar ucapan Pak Keita. Ia sadar Pak Keita termasuk orang yang disegani di pasar.

Segera ia menyuruh Taerae untuk kembali ke asrama. Pak Keita pun harus menyaksikan anjingnya yang kembali berpisah dengan Taerae. Dan pada akhirnya, semuanya kembali ke asrama.

Disaat semuanya hendak pergi ke kamar, Pak Kepala tiba-tiba datang kehadapan Pak Parhan.

" Semua ini terjadi akibat ulah Anda, termasuk dengan makanan-makanan dan selimut baru ini. Ini sudah melanggar aturan sekolah ini. Mulai besok, kau sudah tidak menjadi guru disini. Silahkan berkemas-kemas dan tinggalkan tempat ini esok pagi. "

Hanbin dan teman-temannya shock mendengar ucapan Pak Kepala. Penderitaan seolah terus-menerus menimpa mereka. Seluruh anak asrama menangis tidak terima saat tahu Pak Parhan harus berangkat esok pagi meninggalkan mereka semua.

Anehnya, Pak Parhan tampak diam dan tenang. Tidak ada yang bisa menebak apa yang dipikirkan guru itu. Hanbin pun hanya diam melihat guru kesayangannya itu dipeluk satu per satu oleh anak-anak asrama sebagai tanda perpisahan.

Banyak pikiran yang mendatanginya, Hanbin membayangkan bisa saja Pak Parhan membawanya kembali ke Seoul. Tapi, tidak! Tidak bisa! Hanbin tidak akan meninggalkan teman-temannya disaat kondisi asramanya sekacau ini! Hanbin memutuskan untuk tetap tinggal apapun yang terjadi.!

Pak Parhan mendatangi Hanbin yang sendirian di sudut kamar.

"Bagaimana, Hanbin? Pak Parhan memeluk pelan bahu Hanbin, seolah menyadarkan anak itu dari lamunan.

" Aku tidak akan ikut, Pak. Ada janji yang harus kutepati, tolong jaga Paman Hui dengan baik ya, Pak. Saat anda kembali ke kota. "

"Baiklah, tapi kau harus berjanji untuk terus mengabariku. Kau harus ingat kalau aku akan terus menjagamu walau harus dari jauh. "

"Terima kasih, Pak. "

Pak Parhan menatap Hanbin dengan haru. Dia kembali mengelus-ngelus bahu Hanbin dengan lembut.

"Aku yang berterima kasih kepadamu, Hanbin. "

Esok pagi, Pak Parhan pamit kepada semua orang yang ada di sekolah. Tampak murid-murid yang melambaikan tangan mengiringi kepergian Pak Parhan kembali ke kota asalnya. Banyak yang menangis terutama Taerae yang sempat berkata kalau ia sudah menganggap Pak Parhan seperti keluarganya sendiri.

Setelah kepergian Pak Parhan, anak-anak menjalani kehidupan seperti biasanya. Bersekolah, bekerja, dan kembali patuh kepada aturan Pak Kepala. Mereka tidak ingin kejadian perginya Pak Parhan kembali terulang kepada teman-temannya.

Tidak lama, selang beberapa hari, terdengar bunyi mobil klinik desa yang mendatangi asrama. Anak-anak senang, Ricky temannya akan kembali kesekolah.

Awalnya, Pak Kepala tidak mau menerima anak itu kembali ke sekolahnya. Namun semua berubah, saat ia keluar ke halaman depan dan terkejut melihat Pak Keita, Pak Jay, Pak Kamden, dan beberapa bapak majikan dari anak-anak asrama yang dari kebun dan pasar ada didepan gerbang. Mereka ikut menemani Ricky kembali ke sekolahnya. Pak Kepala kaget dan tidak berkutik.

"Tolong jaga anak ini dengan baik atau kau akan tahu akibatnya! " Pak Keita yang berbadan kecil muncul dan bertindak seolah ia ketua kerumunan.

Dengan beraninya ia pergi kehadapan Pak Kepala untuk membuat Kepala Sekolah itu ketakutan.

Pak Kepala benar-benar diam tak berkutik. Hingga tiba-tiba sebuah truk kecil tiba-tiba datang ke sekolah. Pak Keita yang ada di depan rombongan terkejut ketika Pak Seungeoun, si pengepul barang, tiba-tiba tanpa alasan jelas datang ke asrama.

Pak Seungeoun keluar dari truknya, dan Pak Keita langsung mencegatnya.

"Permisi Pak, kenapa pagi-pagi anda datang ke sekolah ini? "

"Oh bukan apa-apa. Pak Kepala menawarkan selimut baru dengan harga yang murah untukku. Tentu aku ingin mengambilnya pagi ini. "

"Apa! "

Terdengar teriakan marah dari Pak Jay. Dia tahu apa yang akan terjadi. Pak Kepala akan menjual selimut tebal yang baru kemarin ini dibeli Pak Parhan untuk anak-anak asrama dengan tujuan agar anak -anak malang itu tidak kedinginan dimalam hari.

Pak Parhan sempat bercerita tentang rencananya itu disaat Pak Jay diam-diam singgah ke sekolah untuk melihat kondisi anak-anak asrama yang serba kekurangan. Pak Jay pun bercerita tentang niat baiknya selalu dicegat oleh Bapak Kepala.

Dan pagi ini, Pak Jay terkejut dan naik pitam. Kebaikan Pak Parhan seolah tidak berarti di mata Pak Kepala. Bahkan dengan kejam, dia malah hendak menjual selimut-selimut itu kepada Pak Seungeoun, si tukang pengepul barang.

Pak Jay benar-benar marah. Nampak guratan kasar muncul di wajahnya. Sedangkan Pak Keita bingung karena tidak mengerti dengan situasi yang terjadi. Yang ia lihat, sekarang Pak Kepala tambah tampak ketakutan.

"Benar-benar mengerikan! Bisa-bisanya orang sepertimu menjadi Kepala sekolah! " Suara lantang penuh amarah itu kembali menggelegar diantara kebingungan orang-orang yang ada disana.

The Savior (End) [SUNG HANBIN]Where stories live. Discover now