Bertahanlah!

128 10 6
                                    

"Apa ini, Hao? "

Seorang polisi kebingungan saat menerima chip hitam yang diberikan Hai kepadanya.

"Maaf, Bapak. Tapi ini adalah bukti bahwa Bapak Kepala memang mau menjual selimut-selimut baru itu ke Pak Seungeoun yang saat ini diperiksa bersama dengan Pak Jay. "

"Tapi kau menyalahi aturan! Kau tidak bisa seenaknya menyadap ruangan pribadi seseorang dan..! "

"Itu ruangan kerja Pak Kepala, bukan kamar beliau dan berkat chip ku yang tertinggal saat aku piket kemarin aku akhirnya tahu bahwa Bapak Kepala akan menjual selimut-selimut anak asrama pagi ini. "

"Baiklah, ini bisa jadi barang bukti yang kuat. Untuk sementara kau bisa pergi dan mungkin kau akan dipanggil nanti sebagai saksi. "

Esok harinya, Zhanghao kembali bertemu dengan teman-temannya disekolah.

"Bagaimana sih rasanya tidur dengan selimut itu? "

"Hangat, rasanya tidur jadi lebih nyenyak semenjak ada selimut baru di asrama. "

Jawaban Matthew membuat Zhanghao senang. Namun, dia masih cemas tentang nasib Pak Jay disana. Semoga saja bukti itu bisa membebaskan Pak Jay segera.

"Kamu malam ini menginap disini saja, Hao. "

Hao menoleh ke belakang dan ia langsung menggelengkan kepalanya setelah mendengar tawaran dari Jiwoong.

"Malam ini tidak bisa, tapi untuk mengusir kesedihan kita. Mulai hari ini kita harus fokus untuk latihan. Kita harus tampil baik sebagai grup disaat audisi nanti. "

"Baik, Pak guru. " Ujar anak-anak sambil tersenyum bahagia melihatnya.

"Aku berharap di hari-hari yang sulit ini kita bisa mempererat persaudaraan kita.  Walaupun Pak Parhan sudah pergi, kita tidak boleh terlalu terpuruk."

Semenjak perkataan Zhanghao yang berapi-api di pagi hari itu. Anak-anak semakin fokus untuk belajar, bekerja, dan latihan untuk audisi nanti. Semenjak kejadian selimut itu Pak Kepala memilih untuk diam dan membiarkan anak-anak di asrama untuk lebih bebas.

Amukan warga kemarin telah membuat Bapak Kepala untuk beberapa hari ini diam.

"Aku rasa setelah latihan berhari-hari ini kita ada harapan untuk lolos. "

"Aku harap begitu Matthew, tapi entah kenapa saat ini aku merindukan Pak Parhan. " ujar Yujin.

" Akhhh,,,"

Teriakan Hanbin memecah suasana dan tiba-tiba Matthew berteriak sambil memeluknya.

"Hanbin, Hanbin. Kau kenapa?! " Kenapa keluar darah yang banyak dari hidungmu?! Hanbin kau mimisan?! "

Hanbin memegang baju Matthew dengan erat sambil menahan rasa sakitnya. Jiwoong latihan dan langsung menggendongnya keluar kelas.

Semua anak panik, terlebih Hanbin tiba-tiba menggingil seperti orang kedinginan. Jiwoong dan teman-temannya berlari menuju klinik desa, tempat Pak Kamden berada.

"Hanbin, bertahanlah. Aku mohon bertahanlah! " Zhanghao menangis sambil memegang tangan Hanbin yang terasa dingin.

"Hanbin, bertahanlah. Kau anak yang baik. Kau selalu menolongku disaat aku sendirian di sekolah ini. Kau benar-benar penyelamatku Hanbin! "
Taerae ikut bersuara sambil mengusap darah yang masih keluar dari hidung Hanbin. "

"Terima kasih, Hanbin. Kau adalah sahabat sejatiku. Bahkan di pertemuan pertama kita, aku tahu kau akan menolongku disaat aku kesulitan menjual daganganku. Kau adalah malaikat yang dikirim Tuhan untuk menyelamatkan Yujin yang sedang sakit parah. Kumohon bertahanlah, Hanbin! "
Matthew memegang tangan Hanbin dengan erat. Ia melihat Hanbin masih kesakitan, namun terukir senyum di wajahnya.

Senyuman itu membuat Matthew mengenggam tangan Hanbin lebih erat lagi.

The Savior (End) [SUNG HANBIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang