"Dimana, Taerae?! "

88 10 5
                                    

"Aku ingin pulang"

"Iya Ricky, secepatnya. Sekarang istirahat lah dan jika pulih aku janji akan segera mengantar mu ke asrama. "

Seorang dokter yang sedang magang di klinik desa menghibur Ricky yang masih terbaring di ranjangnya. Dokter itu prihatin melihat tubuh Ricky yang masih ada bekas pukulan terlebih saat ini Ricky dalam kondisi kurang gizi.

Tiba-tiba Pak Jay datang menghampiri kliniknya.

"Permisi, Pak Kamden. Bagaimana kondisi Ricky? Apakah sudah ada kemajuan? "

"Sudah ada kemajuan Pak Jay, Ricky hanya butuh makanan bergizi dan aku rasa dia mengalami kekerasan fisik dan juga mental di sekolahnya."

Pak Jay menghela nafas mendengarnya. Kemarin Han Yujin juga sakit parah sampai akhirnya bisa dibawa ke klinik desa oleh Jiwoong dan uang berobatnya pun juga Jiwoong yang mencarinya. Anak-anak di asrama segan meminta bantuan kepada orang lain dan mereka berusaha mencari uangnya sendiri selagi bisa daripada meminta bantuan kepada warga sekitar.

"Aku tahu, hidup anak-anak ini begitu sulit, bahkan di usianya mereka rata-rata sudah bekerja karena rata-rata mereka anak yatim piatu yang dititipkan ke sekolah asrama itu. "

Sementara ditempat lain, Pak Parhan mendesak Pak Kepala untuk menjawab dimana Taerae berada.

"Aku benar-benar kecewa terhadapmu, Pak. Seharusnya kau fokus saja untuk mengajar di sini dengan baik dan jangan mencampuri urusan yang bukan wewenangmu. Soal anak itu, dia harus kuberi hukuman agar patuh kepada aturan yang ada disini. "

"Sebagai guru, aku juga berhak tahu dimana keberadaan muridku! " balas Pak Parhan.

"Oh, anda berani Pak Parhan? Kau tahu, jika bukan atas izinku kau tidak bisa mengajar di sekolah ini! "

"Aku,, aku sama sekali tidak takut dengan ancamanmu itu, Pak Kepala. "

Pak Kepala tersenyum licik mendengar ucapan Pak Parhan barusan.

" Benarkah? Aku ada penawaran bagus, jika kau ingin Taerae kukembalikan maka esok pagi kau bisa kembali ke Seoul. Kau akan kunilai tidak layak untuk mengajar di sekolah ini! "

Pak Parhan terkejut dengan jawaban yang dilontarkan Pak Kepala tersebut. Namun siapa sangka Pak Parhan akhirnya memberi balasan yang tak terduga.

"Baiklah, aku menyetujuinya. Kembalikan Taerae ke asramanya maka aku akan segera mengemasi barangku dan pergi esok pagi dari sekolah ini. "

"Tidak! Tidak!"

Siapa sangka dari balik pintu Matthew berlari ke arah Pak Parhan. Disusul dengan anak-anak lain yang menangis meronta-ronta meminta Pak Parhan tidak pergi dari sekolah.

"Pak, jangan tinggalkan aku. Kami baru beberapa hari bahagia atas kedatanganmu. Terlebih Bapak sudah membelikan kami selimut baru! " Peluk Matthew dengan erat kepada Pak Parhan.

Hanbin marah melihat apa yang terjadi dihadapannya. Semuanya terasa sangat kacau. Keberadaan Taerae, Ricky yang sakit, dan sekarang guru kesayangannya juga akan meninggalkannya di sekolah.

"Aku tidak membiarkan ini. Par Parhan tidak bisa meninggalkan sekolah ini begitu saja. Dia sudah ditugaskan mengajar disini. Dan menurut ku Bapak Kepala tidak bisa seenaknya mengancam. Terlebih tentang Taerae. Bagaimana keberadaan Taerae dijadikan ancaman! "

Suasana di kantor kepala dimalam itu semakin menegangkan. Sementara Taerae di gudang yang sangat gelap merasa kedinginan sambil mengenggam tangannya seraya berdoa kepada Tuhan.

"Tuhan, aku tidak apa. Tapi tolong selamatkan Ricky dan tolong jaga teman-teman ku jika aku sudah tidak ada lagi di dunia ini. "

Taerae menghela nafas karena sesak dengan gudang yang gelap dan begitu dingin. Dia teringat hal-hal yang indah yang terjadi didalam hidupnya. Teman-temannya, terutama Sung Hanbin yang bagaikan malaikat penyelamat dalam hidupnya. Dia bisa merasakan persahabatan setelah beberapa mengenalnya. Terutama setelah dia menangisi kepergian Bleki, anjing kesayangannya dulu. Bleki, dia teringat dengan Bleki. Apakah Bleki masih ingat kepadanya?

Di saat kondisinya yang begitu lemah Taerae menyebut nama anjing kesayangannya.

Ditempat lain, di dalam sebuah perjalanan pulang seorang pemuda bernama Keita tiba-tiba kaget ketika anjingnya mengonggong tidak karuan.

"Guk guk"

"Hei, ada apa anjingku. Kenapa kau tiba-tiba kacau begini? "

Tak lama, dengan cepat anjing itu berlari meninggalkan Keita. Dengan cepat Keita ikut menyusul anjingnya itu.

Anjing itu mengonggong sampai membuat suasana malam yang sunyi menjadi berisik karena gonggongannya. Dan sampailah Keita dan anjingnya di sebuah bangunan kayu dibelakang sekolah.

Anjing itu mengonggong tak karuan. Hanbin yang sedang marah-marah seketika berhenti ketika mendengar suara ribut dari luar. Seketika ruang kantor yang awalnya ribut dengan tangisan dan kemarahan terhenti ketika mendengar suara ribut dari luar.

"Hei, ada apa ini. Kenapa ada suara anjing dari luar! "

Pak Kepala dengan marah keluar segera tanpa mempedulikan orang-orang yang ada disekitarnya. Pak Parhan dan murid-murid nya ikut menyusul.

Sung Hanbin kaget melihat Anjing hitam yang mengonggong di balik pagar belakang sekolah. Dia mengarah ke arah gudang bersama seorang pria.

"Jangan-jangan itu anjing yang pernah ditolong oleh Taerae. Taerae aku akan menyelamatkanmu! "

The Savior (End) [SUNG HANBIN]Where stories live. Discover now