02 - bersama Satya

7.5K 628 15
                                    

Nama tokoh, tempat kejadian dan konflik cerita ini hanya fiktif belaka.

.

.

.

.

"Gue jamin aman!" Tandas lelaki bertubuh tinggi yang sudah jengah melihat kawannya memeriksa situasi sejak tadi

Deze afbeelding leeft onze inhoudsrichtlijnen niet na. Verwijder de afbeelding of upload een andere om verder te gaan met publiceren.


"Gue jamin aman!" Tandas lelaki bertubuh tinggi yang sudah jengah melihat kawannya memeriksa situasi sejak tadi.

"Iya deh. Kayaknya emang aman," Jesher akhirnya menghela napas panjang setelah memastikan kondisi ditempat tinggal barunya. "Sat, lo ada makanan 'kan?"

Satya yang baru membuka pintu kamar kosannya langsung mendengus. Ternyata bocah dibelakangnya tidak pernah berubah sama sekali, yang dia pikirkan hanya makan, makan dan makan. Bahkan disituasi genting sekalipun Jesher akan selalu meminta makan.

"Ada, udah tenang aja!" Kata Satya lalu masuk lebih dulu.

Jesher lantas meletakkan tasnya dan berbaring di atas kasur tipis di sudut kamar. Membiarkan Satya menyiapkan makanan untuknya yang sudah kelaparan sejak kemarin.

"Sat, lo kerja apa sekarang?" Tanya Jesher memandangi punggung sahabatnya yang sibuk berkutat di depan kompor.

"Gue kerja di toko. Sampingannya, sama kayak dulu." Satya tersenyum miring membayangkan reaksi Jesher setelah ini.

"Buset! Lo udah kabur tapi masih kerja begituan?!" Remaja itu langsung terduduk, sangat menyayangkan keputusan Satya yang memilih tetap terjerumus dalam kubangan kotor itu. "Lo gimana sih!"

Lelaki yang 5 tahun lebih tua dari Jesher itu berbalik, memasang wajah pasrah. "Ya mau gimana lagi. Gue butuh duit."

Nyatanya hidup sendiri di ibu kota tidak semudah yang dibayangkan. Disaat terpuruk mau tak mau ia harus melakukan pekerjaan itu lagi setelah mendapat tawaran yang cukup menggiurkan dikasus pertamanya. Lalu hal itu terus berlanjut hingga sekarang.

"Lo bilang sama gue lo mau pergi buat cari kehidupan baru. Terus apa bedanya lo yang dulu sama yang sekarang?" Jesher tak henti-hentinya menyerang Satya. Namun dalam hati ia merasa takut akan berakhir seperti lelaki itu juga.

Satya tak membalas sama sekali. Ia mengacuhkan omelan Jesher untuk beberapa saat hingga makanan yang ia buat selesai. Hanya telur dadar dengan saos bergambar pisau ia letakkan tepat di atas nasi yang masih mengepul.

Sederhana, tapi inilah makanan kesukaan Jesher sejauh Satya mengenalnya.

"Tumben. Biasanya gambar pistol," celoteh Jesher lalu melakukan suapan pertamanya. Begitu lidahnya merasakan kenikmatan masakan Satya, ia langsung mengacungkan jempol.

Hal itu membuat Satya terkekeh. Ia beralih mengambil rokok dan menikmati gulungan tembakau itu dalam hening.

"Sat, lo beneran masih kerja buat bunuh orang?" Jesher bertanya dengan suara sepelan mungkin. Ia bahkan merapatkan tubuhnya pada Satya agar lelaki itu bisa mendengarnya.

STRANGERWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu