26 - main

6.8K 1K 122
                                    

Nama tokoh, tempat kejadian dan konflik cerita ini hanya fiktif belaka.

.

.

.

.

*****

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

*****

"Aku liat Mas kayaknya udah happy sekarang."

Tarendra menoleh pada sosok disampingnya. Pada wanita cantik dengan balutan hijab yang tersenyum cerah seolah ikut merasakan kebahagiaan yang belakangan ini mengisi harinya. Wanita itu tak lain adalah seseorang yang mengemban tugas mulia untuk menjadi ibu bagi anak-anak di panti. Usianya juga tak lagi muda, namun kecantikan yang terpancar tak pudar sedikitpun dari sejak pertama kali Tarendra bertemu dengannya.

Suara lembut itu kembali terdengar. Kali ini diakhiri dengan kekehan ringan. "Aku masih nggak nyangka kalau Mas beneran punya anak bujang."

"Ternyata nggak gampang ngurusin anak. Padahal cuma satu tapi kalah sama kamu yang ngurus segini banyaknya." Tarendra turut menarik sudut bibirnya, tatapannya lurus menyorot kedua mata indah yang berseri diterpa cahaya matahari sore itu. Ia memang tak pernah menyembunyikan kekagumannya pada Yasmin. Bahkan selalu memuji betapa sabarnya wanita itu dalam menghadapi segala tingkah pongah anak-anak panti yang terkadang menguras emosi. "Coba aja aku bisa kalem kayak kamu."

"Tapi dia bener-bener mirip loh Mas sama kamu," balas Yasmin memandang jauh di luar rumah.

Tarendra ikut mengalihkan pandangannya. Dari pintu yang terbuka lebar di ruang tamu tempat mereka bercengkerama sekarang, bisa ia lihat putra semata wayangnya berdiri di sudut taman seorang diri. Berteduh di bawah pohon rindang sembari mengamati permainan dari anak panti yang riuhnya terdengar sampai di dalam rumah.

Tadinya Tarendra menyuruh Jesher untuk keluar agar bisa bermain dengan anak-anak dihalaman rumah yang memang cukup luas. Tapi ia tak pernah mengira bahwa Jesher malah menarik diri dari keramaian, terlalu menyedihkan jika dilihat dari jauh.

"Pasti nggak gampang buat hidup sendiri dilingkungan yang buruk tanpa keluarga. Apalagi waktu itu dia masih kecil, wajar kalau dia ngerasa susah buat bergaul sama anak-anak, atau dia bahkan nggak tahu gimana caranya berteman," gumam Yasmin.

Wajah sendu Tarendra mudah terbaca olehnya, bahwa lelaki itu sedang mengkhawatirkan buah hatinya yang mungkin sebelum ini menjalani hari-hari yang begitu berat. Apalagi setelah mendengar sedikit cerita tentang Jesher dari mulut Tarendra, ia merasa ikut prihatin dengan nasib anak itu. Betapa teganya Renata menjual putranya sendiri disaat Jesher bahkan belum sempat merasakan kasih sayang yang sewajarnya diberikan oleh para orang dewasa.

"Kamu harus berterima kasih sama dia, Mas. Bilang terima kasih karena udah bertahan dan berusaha buat nemuin kamu."

Untuk kesekian kalinya wanita itu berhasil mneyentil hati nurani seorang Tarendra. Lelaki itu langsung mengangguk setuju, dia sudah sadar sepenuhnya bahwa dia berhutang begitu banyak kata maaf kepada Jesher.

STRANGERWhere stories live. Discover now