29 - liburan

6.3K 986 187
                                    

Nama tokoh, tempat kejadian dan konflik cerita ini hanya fiktif belaka.

.

.

.

.

*****

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

*****

"Ayah nggak jadi ke luar kota."

Sebait kalimat itu semakin menambah tebal lapisan penyesalan Jesher hari ini. Tak lain karena alasan dibalik Tarendra mengambil keputusan tersebut disebabkan oleh ulah nakalnya.

"Siapa yang mau repot-repot pergi kunjungan kalo tangannya sakit begini?"

"Ayah jadi nggak bisa jabat tangan sama orang gara-gara kamu."

"Ngetik susah, nyetir susah, makan juga susah!"

Semua keluhan yang semata-mata ditujukan untuknya terus terngiang-ngiang ditelinga, mengiringi langkah Jesher yang kini sedang menuju ruang kerja Ayahnya. Dengan nampan berisikan cookies dan kopi hitam ia menerobos masuk dan menghampiri sosok itu.

"Kata Kak Ellie ini yang terakhir. Ayah nggak boleh minta kopi lagi malam ini," tutur Jesher lemah meletakkan nampannya di sudut meja. Ia hanya mengulangi apa yang Ellie tekankan beberapa menit lalu.

Tapi Tarendra seolah menulikan telinganya. Ia tak merespon ucapan Jesher atau bahkan sekedar menerima tatapan memelasnya.

"Ayah butuh sesuatu lagi nggak?" Tawar Jesher sebelum meninggalkan ruangan.

Ya, sampai tangan Tarendra sembuh dia siap menjadi babu untuk sementara. Setelah membantunya berganti pakaian, mengambilkan beberapa barang, menggeser benda-benda yang mengganggu, bahkan hingga menutup jendela pun Jesher yang harus melakukannya.

Tarendra benar-benar tak menggunakan tangan kanannya sejak dia menginjakkan kaki di rumah. Semua yang biasanya ia lakukan sendiri sekarang harus membutuhkan tangan Jesher. Walau terkadang ia masih harus mendesis karena anak itu yang tak bergerak cepat dan sesuai keinginannya.

"Kalo nggak ada aku keluar dulu." Baru saja Jesher berbalik suara Tarendra malah mengudara, memerintahnya dengan santai.

"Ambil kursi, duduk di sini," ujar Tarendra menunjuk sisi kanannya.

Mendengar itu Jesher spontan memajukan tubuhnya, terkejut dengan apa yang lelaki itu minta. "Duduk disamping Ayah?"

Tarendra hanya menghela dan melayangkan tatapan kesal membuat Jesher buru-buru memindahkan kursi dari sudut ruangan ke tempat yang ia perintahkan.

Setelah memastikan putranya duduk tenang, Tarendra mengambil iPad yang tergeletak di atas meja dan menyerahkannya pada sang anak. "Terserah mau nonton, main game, atau ngapain aja. Duduk disitu! Jangan kemana-mana."

STRANGERWhere stories live. Discover now