20 - flashback

6K 806 101
                                    

Nama tokoh, tempat kejadian dan konflik cerita ini hanya fiktif belaka.

.

.

.

.

Gerimis yang tersisa siang ini memaksa Jesher harus pulang dengan kondisi seragam yang sedikit basah, kedua kaki kecilnya setengah berlari menyusuri jalan menuju rumahnya dengan tas di atas kepala sebagai pengganti payung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Gerimis yang tersisa siang ini memaksa Jesher harus pulang dengan kondisi seragam yang sedikit basah, kedua kaki kecilnya setengah berlari menyusuri jalan menuju rumahnya dengan tas di atas kepala sebagai pengganti payung.

Setelah sampai ia langsung mendudukkan diri diteras rumah, beristirahat sejenak sebelum akhirnya melepas sepatu dan meletakkannya dengan rapih pada rak yang berada tak jauh dari pintu. Merasa sudah cukup kedinginan, ia segera membawa langkahnya masuk ke dalam rumah.

Namun siang itu ada yang sedikit berbeda, ada suara Renata yang terdengar berasal dari dalam kamar tengah memaki habis-habisan. Karena penasaran ia mengendap-endap ke kamar sang Ibu yang rupanya sedang berbicara melalui telepon. Jesher tidak begitu tahu apa yang mereka sedang ributkan, yang bisa ia tangkap hanya beberapa nama binatang yang wanita itu sebut dengan suara tinggi.

Tak mau tertangkap basah sedang mengintip, Jesher segera beranjak pergi ke kamarnya sendiri yang terletak didekat dapur. Ia menaruh tasnya di atas meja belajar dan meraih handuk untuk segera mandi kemudian berganti pakaian. Tapi saat tubuh kedinginan itu berbalik, rupanya Renata sudah berdiri diambang pintu.

Sontak saja Jesher mengulas senyum, senang karena sang Ibu akhirnya pulang setelah berhari-hari pergi entah kemana.

"Jesh, kamu mau 'kan bantuin Ibu?" Tanya Renata dengan gurat wajah lelah. Rambut yang biasa terurai lurus nampak begitu berantakan, pun pakaian yang nampak tak serapih biasanya.

Jesher yang melihat itu sampai tertegun, tidak biasanya wanita itu kembali dengan keadaan sekacau ini.

"Bantuin apa Bu?" tanya balik Jesher dengan lugunya. Anak itu mengerjap lucu kemudian menyampirkan kembali handuknya dikursi.

Lebih dulu Renata menghela panjang, membawa langkah menghampiri anak satu-satunya. Dengan senyum yang begitu dipaksakan ia berlutut dihadapan Jesher, meraih kedua tangan yang terasa begitu dingin dalam genggaman.

"Ibu ada utang sama orang, mereka bentar lagi datang ke sini. Tapi Ibu masih belum punya uang buat bayar Jesh, jadi ...." Renata menggantungkan ucapannya, fokus melihat reaksi anak itu yang sepertinya masih belum paham dengan apa yang sedang ia ceritakan. "Mau nggak kamu ikut sama orang itu? Kalo kamu ikut mereka, utang Ibu lunas."

Jesher terdiam, otaknya masih mencoba mencerna maksud dari perminataan sang Ibu yang dikatakan dengan penuh nada kesusahan, membuatnya lantas mengangguk saja karena tak mau Renata memarahinya.

"Tapi Bu, aku mau ngapain kalo ikut mereka?"

"Nggak ngapa-ngapain. Ikut aja dulu, nanti kalo Ibu udah ada uang, Ibu bakal jemput kamu."

STRANGERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang