13 - sifat yang menurun

7.1K 657 54
                                    

Nama tokoh, tempat kejadian dan konflik cerita ini hanya fiktif belaka.

.

.

.

.

Rival menghela napas panjang, ini sudah ketiga kalinya ia memasuki kamar Tarendra untuk membangunkan Jesher dan anak itu masih saja dalam posisi yang sama

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Rival menghela napas panjang, ini sudah ketiga kalinya ia memasuki kamar Tarendra untuk membangunkan Jesher dan anak itu masih saja dalam posisi yang sama. Meringkuk seperti bayi dengan satu tangan terselip di bawah kepalanya.

Langkahnya pelan, mendekati tempat tidur berniat membangunkan Jesher yang sudah ia biarkan sampai jam 10 pagi. Tapi sekarang benar-benar harus dibangunkan sebab Tama baru saja menelpon untuk memastikan putra Tarendra itu meminum obatnya.

"Jesher," panggil Rival mengguncang pelan bahu yang tidur membelakanginya.

"Bangun." Kali ini ditambah sedikit tepukan dipipi hingga si empunya mulai terusik. "Udah siang, lo harus minum obat."

"Hem? Udah gue minum buat sampe siang, Sat."

"Lo ngatain gue bangsat?" Tanya Rival dengan wajah kaget, tidak terima anak itu mulai berkata pasar padanya. Lalu ketika detik berganti, ia menyadari satu hal aneh dari yang Jesher katakan. "Lo minum obat buat sampe siang? Maksudnya apa? Lo minum nggak sesuai dosis?!"

Jesher mendesis pelan tatkala suara Rival yang nyaring mendobrak gendang telinganya. Juga lelaki itu terus mengguncang bahunya dengan brutal. Terpaksa ia membuka mata dan mulai mengumpulkan kesadarannya.

"Gue kira Satya," gumam Jesher masih dengan mata setengah terbuka. Mungkin karena pengaruh obat ia jadi terjebak dalam rasa kantuk, jangankan untuk bangun, sedikit membuka mata saja butuh perjuangan keras.

"Gue tanya, maksudnya apa lo minum obat buat sampe siang?" Tanya Rival lagi.

"Ya gue minum 2 biji semuanya."

"APA?!"

Kedua mata Jesher terbuka sempurna, jantungnya berdebar kencang hingga membuat kesadarannya kembali seratus persen karena pekikan Rival.

"Kapan lo minum?! Masih bisa dimuntahin nggak?!" Dengan panik Rival mendudukkan tubuh lemas Jesher dalam satu tarikan, lalu menangkup wajah anak itu memaksanya membuka mulut.

Tapi Jesher segera menepis dan menjauh dari jangkauan lelaki itu. "Udah dari tadi. Emang kenapa? Gue nggak apa-apa kok. Aman aja."

Sejenak raut wajah Rival terlihat kesal, rahangnya mengeras dengan sorot tajam. "Kalo overdosis gimana?!"

Anak itu malah terkekeh merespon kekhawatiran orang dihadapannya, dengan wajah tanpa dosa ia mengibaskan tangan. "Ga bakal. Santai aja."

Namun hal itu tak cukup untuk sekedar memudarkan cemas yang tergambar nyata diwajah tampannya. Jelas-jelas Tama mengatakan bahwa Jesher hanya perlu mengonsumsi satu dari masing-masing obat yang diberikan. Rival yakin anak itu pasti mengerti karena Tama menjelaskan sampai 3 kali.

STRANGERWhere stories live. Discover now