4 - hasil

6.7K 584 8
                                    

Nama tokoh, tempat kejadian dan konflik cerita ini hanya fiktif belaka.

.

.

.

.

Sudah beberapa hari berlalu setelah pertemuan pertama Jesher dengan Tarendra dan hingga saat ini ia belum mendapat kabar apapun

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Sudah beberapa hari berlalu setelah pertemuan pertama Jesher dengan Tarendra dan hingga saat ini ia belum mendapat kabar apapun. Karena itu Jesher berencana mengunjungi kembali kediaman Tarendra malam ini, menanyakan bagaimana hasil tes DNA yang mereka lakukan tempo hari.

Namun tiba-tiba saja pagi tadi Satya memberinya misi untuk membuntuti seorang lelaki yang dicurigai sedang berselingkuh oleh istrinya yang menjadi klien mereka saat ini. Lalu setelah membuntutinya seharian ini, rasanya Jesher ingin tertawa melihat bagaimana lelaki berwajah opet itu membawa dua wanita ke apartemen.

Sekarang ia sedang diperjalanan pulang, saat ponsel dalam saku celananya bergetar. Dengan cepat Jesher mengambil HP jadulnya dan mengangkat telpon dari Satya.

"Lo dimana? Mau gue jemput?"

"Nggak usah. Udah deket," balas Jesher sebelum langkahnya memasuki gang sempit yang terlihat gelap dengan pencahayaan yang minim.

Tidak ada lagi sahutan dari lelaki diseberang sana. Jadi Jesher memutuskan panggilan sepihak dan melanjutkan perjalanannya untuk pulang.

Dan diantara langkah cepatnya, ia bisa merasakan seseorang tengah membuntutinya dari jarak beberapa meter. Insting tajam Jesher tidak pernah salah, ia sudah bergelung dengan dunia gelap ini selama bertahun-tahun dan ini bukan hal baru bagi remaja tujuh belas tahun itu.

Maka saat menemukan persimpangan, ia segera berbelok ke kiri dan bersandar pada tembok, menunggu sosok itu melewati jalan yang sama sembari satu tangannya merogoh saku jaket, mengambil satu pisau lipat yang memang selalu ia bawa kemana-mana.

Derap langkah semakin jelas terdengar, seiring bayangan laki-laki tadi yang mendekat kearahnya. Jesher berusaha mengatur napas agar tidak mengeluarkan suara apapun sementara tubuhnya sudah bersiap untuk melakukan serangan.

Lalu saat lelaki jangkung itu ikut berbelok ke arah yang sama, Jesher langsung menariknya, membenturkan tubuh itu ke tembok dan menodongkan pisau dari belakang tepat ke lehernya.

"Saya utusan Pak Tarendra," ungkap lelaki itu secepatnya sebelum Jesher bertindak lebih jauh.

Anak itu diam, berpikir sejenak sebelum akhirnya menarik diri. "Hasil tesnya sudah keluar?"

Lelaki berjaket kulit itu akhirnya membalikkan tubuh, memandang penuh pada remaja yang tingginya hanya sebatas hidungnya. Kemudian pandangannya turun, mulai memindai penampilan Jesher yang nampak berantakan.

Sepatu kets berwarna putih yang sudah lusuh, celana jeans yang robek dibagian lutut dan hoodie dengan warna hitam yang sudah terlihat usang. Ditambah rambutnya yang acak-acakan dan aroma keringat seperti bocil-bocil yang pulang setelah sehari bermain di luar rumah.

STRANGERWhere stories live. Discover now