14 - pelakunya

6.4K 691 74
                                    

Nama tokoh, tempat kejadian dan konflik cerita ini hanya fiktif belaka.

.

.

.

.

"Coba jelasin sama saya apa yang semalam terjadi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Coba jelasin sama saya apa yang semalam terjadi."

Jesher yang bahkan belum semenit mendudukkan diri dikamarnya jadi bingung saat Tarendra langsung menodongkan pertanyaan tidak jelas.

"Emang semalam kenapa?" Tanyanya dengan alis bertaut. Jesher tidak mengingat apa yang terjadi semalam, atau mungkinkah Tarendra sedang mencoba membahas kembali alasan dirinya keluar sendiri diruang tengah?

"Sebelumnya kamu emang punya serangan panik?" Bersandar pada pintu lemari dengan tangan bersedekap, Tarendra menatap lamat putra sematawayangnya.

Mata anak itu bergulir memindai setiap objek dalam kamar, mencoba menggapai ingatan yang hilang perihal apa yang terjadi semalam sampai Tarendra menanyakan hal itu. Dan setelah beberapa detik berlalu, potongan kejadian kala dirinya terbangun dan mendapati Tarendra dengan wajah cemas adalah jawabannya.

"Iya."

"Udah berapa lama? Sering kamu kayak gitu?"

Jesher mengangkat wajah sebentar lalu kembali menunduk. "Enggak juga," cicitnya. Rasa gelisah yang merayap masuk membuatnya tanpa sadar memilin ujung kaos yang dikenakan.

"Kamu tau penyebabnya?"

Ah, sebenarnya ini bukan pembahasan yang ia suka, bahkan terbilang ia hindari. Sebab kembali mengingatnya bisa menghadirkan luka lama yang berusaha keras ia lupakan. Tapi sepertinya di sana Tarendra sangat ingin mendengarkan jawaban hingga lelaki itu bertanya dua kali.

"Kamu tahu penyebabnya?" Tarendra sedikit memiringkan kepala tanpa mengalihkan tatapan dari sang anak.

"Gara-gara dijual ke rentenir sama Ibu. Kalo ingat itu emang suka kumat," dusta Jesher dengan lancar. Untuk alasan sebenarnya tentu akan tetap ia rahasiakan dan mungkin akan ia beritahu pada Tarendra saat lelaki itu telah mengetahui identitas aslinya.

Kendati demikian, Tarendra justru merasa lega dengan jawaban yang Jesher beri. Fakta bahwa penyebab serangan panik yang Jesher alami bukan karena kejadian malam itu terasa cukup membuat dadanya terasa lapang setelah seharian ini seperti dihimpit batu besar.

"Saya udah minta Ellie buat jadwalin kamu ketemu sama psikiater—"

"Nggak usah. Udah pernah, udah ada obatnya juga." Jesher buru-buru menyela, menolak permintaan Ayahnya untuk menemui seorang ahli yang bisa membantu masalah mentalnya.

Lebih dari itu, ia sebenarnya hanya takut jika sampai melakukan konseling lalu semua rahasia yang ia sembunyikan terbongkar. Bukannya sembuh, mungkin dia malah mendapat masalah baru.

STRANGERWhere stories live. Discover now