24 - ada Ayah

8K 1K 109
                                    

Nama tokoh, tempat kejadian dan konflik cerita ini hanya fiktif belaka.

.

.

.

.

----------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

----------

Malam telah kembali menyapa, setelah seharian penuh Tarendra disibukkan dengan masalah diperusahaan yang menjadi dampak dari keputusan yang ia ambil.

Lelah sudah pasti, bahkan jika bisa memilih Tarendra ingin segera berbaring di atas tempat tidurnya yang empuk dan melupakan semua yang terjadi. Tapi hal itu tentunya tidak bisa ia lakukan selama putranya masih berada di rumah sakit. Alih-alih pulang dikediamannya, Tarendra lebih suka menemani Jesher malam ini.

Sudah lima belas jam berlalu setelah Jesher mendapat penanganan oleh dokter namun sampai sekarang dia belum juga sadar. Berkali-kali Tarendra bertanya pada Tama tapi sahabatnya itu selalu menjawab dengan santai, bahwa katanya Jesher hanya sedang tertidur. Kondisinya sudah membaik, demamnya juga turun, hanya saja kaki kanannya harus dipasangi gips karena cedera yang cukup serius.

Tarendra menggenggam tangan putranya yang terbebas dari infus, mengusap dan memainkan jemari yang dingin itu sejak beberapa menit yang lalu. Sembari merapalkan doa dalam hati agar Tuhan mengangkat semua sakit yang mendiami tubuh sang anak.

Hingga akhirnya penantiannya berbalas saat mata indah itu terbuka, mengerjap tatkala silau dari cahaya lampu menusuk langsung kedua netra cokelatnya.

"Jesh?" Tarendra mendekatkan diri, menatap wajah Jesher lamat-lamat, mengamati bagaimana remaja itu membuka mata dengan sempurna dan menoleh kepadanya.

"Ayah?" Jesher nampak bingung melihat kehadiran Tarendra yang tak ia duga. Tangan kirinya hendak ia gerakan tetapi tertahan karena genggaman erat dari lelaki itu. "Mimpi nggak sih?"

Tawa sumbang Tarendra mengudara, namun hati kecilnya meringis diwaktu yang sama.

Seburuk itu kah sikapnya selama ini sampai-sampai Jesher mengira kehadirannya hanya ada di dalam mimpi?

"Kenapa ketawa? Ini aku serius loh," sungut Jesher tak terima. Kedua alisnya menukik tajam merasa kesal karena Tarendra malah menertawakannya. "Ini beneran Ayah 'kan?"

"Iya." Tarendra mengangguk tanpa melunturkan senyum teduhnya.

"Terus ini dimana? Di rumah sakit ya? Aku nggak apa-apa?"

Pertanyaan dibarengi wajah polos itu lagi-lagi membuat Tarendra merasa tergelitik. Melihat putranya kebingungan mengamati sekitar dan menanyakan keadaannya sendiri terlihat benar-benar menggemaskan.

"Lumayan. Muka bengkak, tulang rusuk retak, badan memar-memar, pergelangan kaki kamu geser jadi harus pake gips dulu," telunjuknya bergerak menunjuk satu persatu bagian tubuh putranya yang ia maksud. Lalu sebelum Jesher menyahuti ia kembali menambahkan. "Kamu tidurnya 15 jam. Ngantuk banget ya?"

STRANGERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang