5

55 5 0
                                    

5

Kepala Mark terasa berdenyut nyeri. Begitu pun Jaevano yang terkekeh di sebelahnya. "Jadi, maksud dari kau akan menemukan caramu sendiri adalah dengan mengambil hati orang tua Ruby?"

Kedua anak laki-laki itu kembali saling memandang dan tertawa kecil. Kecuali Helios yang tengah duduk dan menatap kedua sahabatnya dengan kesal.

"Jadi, kau sekarang akan lebih banyak menghabiskan waktumu di rumah Ruby?" tanya Mark, penasaran.

Kedua netra Helios menatap jengah. "Ya, memang seperti itu rencanaku. Tidak ada perempuan yang akan menolak calon yang disukai kedua orang tuanya. Jadi, aku pasti bisa mendapatkan hati Ruby."

Pernyataan Helios sungguh menghibur. Mark dan Jaevano lantas mengangguk-angguk setuju. Baru kali ini mereka melihat Helios berpikir dengan logis dan masuk akal. Akhirnya, keduanya menepuk pundak Helios dengan pelan sembari memberikan senyum paling tulus yang bisa ditunjukkan.

"Lios, aku bangga padamu."

"Aku juga," sahut Jaevano.

Helios menjawab, "Sudah seharusnya. Aku ini pintar, tahu?"

"Pintar pantatmu!" Dan kedua sahabatnya melengos pergi meninggalkan Helios.

***

Hari masih sangat pagi saat Gabriel Wang—ketua Komunitas Maerda—bersama dengan Shaidan, anak laki-laki yang kemarin telah memperkenalkan dirinya memasuki ruangan gelap yang belum disinari cahaya.

Langkah kaki Gabriel berhenti di ujung ruangan dan menyalakan sakelar lampu. Sekarang, ruangan dengan meja besar di tengah dapat terlihat dengan lebih jelas. Gabriel lantas menyuruh anak laki-laki itu duduk dan memberikannya satu botol air mineral. "Duduk, Shaidan."

"Baiklah."

"Nama kamu hanya Shaidan?"

Anak laki-laki yang diajak bicara menggeleng, "Shaidan Arjuan."

Gabriel mengambil satu lembar kertas formulir dan memberikannya pada Shaidan, menyuruh ia untuk mengisinya secara lengkap. Lembaran itu adalah formulir pendaftaran yang memang disediakan oleh Komunitas Maerda. Lima menit berlalu, Shaidan terlihat begitu fokus mengisi lembaran tersebut seakan ia memang sangat berminat mengikutinya.

"Shaidan Arjuan, sembilan belas tahun, pindahan dari Kota Kurawa, mahasiswa baru Fakultas Hukum di Universitas Pandawa. Memiliki pengalaman di bidang fotografi karena mengikuti ekstrakurikuler tersebut saat SMP hingga SMA," Gabriel Wang membaca dengan teliti formulir milik Shaidan yang baru saja diserahkan padanya. "Tinggal dengan paman dan bibi di beberapa blok di sekitar Alun-Alun Kota, tidak memiliki keluarga lain."

Shaidan tersenyum mendengarnya.

"Alasan ingin bergabung dengan komunitas ini karena merupakan satu-satunya komunitas yang memiliki program kerja sesuai minatnya, dan tidak dikekang oleh waktu."

Beberapa saat, Gabriel hanya fokus melihat lembaran tersebut dan mengabaikan Shaidan yang menunggu dengan tenang di hadapannya. "Oh maaf," ujar Gabriel. "Aku hanya terlalu fokus membaca. Biasanya tidak ada yang tertarik dengan komunitas ini sampai datang ke ruangan kami hanya untuk mendaftar menjadi bagian dari komunitas."

Shaidan menggeleng, "Tidak apa-apa."

"Jadi...bagaimana kamu bisa mendengar tentang komunitas ini?"

"Gerakan Zebra 10," jawab Shaidan tenang. Namun, kini justru Gabriel yang menegang. "Aku sangat mengagumi kalian yang dapat membentuk dan bekerja sama dalam gerakan tersebut tahun lalu. Jangan terlalu rendah hati, kak, komunitas ini sudah santer terdengar sampai di beberapa penjuru kota."

Voler Haut | Haechan X RyujinWhere stories live. Discover now