Extra | Cakra's Story 4

31 2 0
                                    

4

Kerusuhan di Sekolah Keperawatan adalah peristiwa yang membuat Cakra kehilangan semua respect terhadap Ayahnya. Apa yang sebenarnya Ayah pikirkan? Dia membunuh warga sipil. Ayah menghancurkan Sekolah Keperawatan. Ayah membuat demonstrasi palsu. Ayah bahkan menculik dan menyiksa orang-orang yang dianggap bersalah dengan brutal.

Sejak saat Sekolah Keperawatan, Cakra tidak pulang ke rumah. Dia berada di bangunan pribadinya. Ia juga tidak dapat menemui Panji.

Cakrawala Corrado Djahrir saat itu membawa Panji ke rumah Jaevano bersama anggota Maerda yang lainnya. Panji terluka cukup parah. Ayah dan Ibu Jaevano membantu mengobati Panji. Cakra sangat panik, sehingga ia menangis.

Namun, tentara patroli Ayahnya tiba-tiba menerobos masuk ke rumah Jaevano. Insting Cakra yang pertama adalah melindungi adiknya, saudara kembarnya, dan satu-satunya keluarga yang dikasihinya. Namun, mereka membawa Panji. Mereka menghajarnya, dan memporak-porandakan rumah Jaevano.

Tidak ada pilihan lain.

Akhirnya, Cakra bersembunyi di ruangan lain di rumah Jaevano untuk menelepon Ayahnya.

Dan...Ayah menjawab panggilannya.

"Apa yang kau mau?" tanya Ayahnya.

"Jangan sakiti saudaraku," katanya parau. "Aku akan melakukan apapun, asal jangan sakiti Panji. Berhenti menyakiti warga sipil. Tarik semua tentara patroli Ayah."

Ayahnya tidak menjawab. Ayahnya menutup telepon.

Saat itulah emosinya benar-benar pecah. Cakra memukul-mukul kepalanya dan ia menahan jeritannya. Cakra tidak tahu bahwa Ayah Jaevano sudah lebih dulu mengikutinya. Dan...Cakra tahu bahwa Ayah Jaevano mendengar semuanya.

Tidak ada lagi tempat untuknya di Maerda.

Cakra membahayakan Maerda.

Cakra membahayakan keluarga Jaevano.

Anak laki-laki itu tersenyum singkat, "Maaf." Lalu ia melangkah pergi dan tak pernah ditemukan bertahun-tahun setelahnya.

***

Sebagai Wali Kota Pandawa yang berkuasa dengan semena-mena, Ayahnya memiliki cukup banyak bangunan yang dibeli atas banyak nama samaran. Cakra tahu beberapa di antaranya. Ia melangkahkan kakinya ke salah satu pondok mewah yang cukup terpencil.

Ada puluhan penjaga di luar, serba berpakaian hitam.

Ketika melihat tubuh linglung Cakra memasuki halaman utama, mereka menghentikannya. Mereka memeriksa seluruh inci tubuhnya jika saja ada senjata rahasia. Namun, tidak ada. Cakrawala datang ke sana dengan tangan kosong, hanya berharap untuk menemui kembarannya.

Salah satu penjaga mendorongnya ke belakang. "Jauhi tempat ini!"

"Aku mau menemui Jura Djahrir," ujar Cakra datar, menyebut nama sosok yang dulu ia sebut 'Ayah'.

"Cih!" penjaga lain mengacungkan senapannya, "Siapa kau anak kecil mau menemui Penguasa Pandawa?"

Cakra tersenyum mengejek, "Aku Cakrawala Corrado Djahrir akan menemui Ayahku. Minggir."

Hening tiba-tiba menyelimuti. Dari kejauhan, Cakra bisa melihat Pak Wisnu melangkah pelan ke arahnya. Ia tersenyum mengangguk pada Cakra. Mempersilakannya masuk. Dan penjaga-penjaga itu tak ada lagi yang berani menatap matanya.

"Kami sudah menunggumu sejak lama. Kenapa baru datang?" tanya Pak Wisnu.

Cakra mengekor di belakang sekretaris Ayahnya itu. "Mencoba mati."

Pak Wisnu terkekeh, "Panji selalu menyebut-nyebut namamu. Dia ingin bertemu denganmu. Pak Djahrir tidak melarang jika kau mau menemuinya. Dia juga sudah menunggumu. Ada banyak pertanyaan di benaknya."

Voler Haut | Haechan X RyujinWhere stories live. Discover now