19

39 7 0
                                    

19

Para tentara datang ketika fajar telah menyingsing. Saat mentari mulanya malu-malu menampakkan diri, saat itulah regu penyelamat yang terdiri atas kepolisian Pandawa dan beberapa penembak jitu tiba di Desa Bima. Mereka mendobrak pintu kayu yang nyaris reyot dengan sekali tendangan.

Perintah demi perintah dilontarkan oleh komandan mereka.

Satu demi satu anak buah mulai memasuki bangunan, namun sia-sia. Hanya kekosongan semata.

"Kapten!" seru seseorang. "Jalan setapak..."

Para tentara akhirnya berpencar, terbagi dalam beberapa formasi menyusuri hutan yang lebat. Beberapa di antara mereka membawa seekor anjing yang dirantai, sebagai pelacak. Dua hingga tiga orang membawa teropong. Satu regu dengan tujuh anggota mengintai dari kejauhan. Namun usaha mereka, usaha Rhae, dan usaha semua anggota Komunitas Maerda tetap sia-sia. Tidak berguna.

Karena Helios Romanov tidak ada.

***

Ruby tahu bahwa mereka akan berangkat ke Desa Bima.

Ruby tahu bahwa para tentara telah berbondong-bondong menenteng senjata.

Ruby tahu bahwa Rhae telah mencoba mengoordinasikan pasukannya.

Ruby juga tahu bahwa Jaevano dan semua sahabat-sahabatnya telah berusaha sabar dengan dirinya dan berusaha sekuat tenaga menemukan Helios Romanov, untuknya.

Namun pagi itu, ketika mobil mereka sampai di gapura tinggi yang menjulang dengan ditutupi ilalang, Ruby tak dapat menahan perasaan sesaknya. Ia tidak bisa menangis. Ia tidak bisa mendengar apapun. Ia tidak dapat melihat apa yang terjadi, ia tidak bisa bernapas, dan tiba-tiba pandangannya gelap.

Mire mengatakan bahwa ketika mereka sampai di markas darurat milik tentara Pandawa, Ruby jatuh, kejang-kejang, lalu pingsan. Maerda memutuskan membawa Ruby ke rumah sakit terdekat untuk ditangani. Mulanya, Ruby didiagnosa kelelahan dan kurang asupan gizi. Tetapi, dokter spesialis jantung juga tidak dapat menentukan apa penyebab kejang-kejangnya. Tenaga medis menyampaikan bahwa tubuhnya normal. Sangat sehat.

Tetapi ia tahu satu hal.

Ketika ia tidak sadarkan diri, Ruby bermimpi sesuatu.

"Helios..." Ruby menemukannya. Tidak dalam kehidupan nyata, tapi dalam mimpinya. Mimpi itu terlampau nyata bagi Ruby untuk bisa melupakannya. Ia menjulang dalam bentuk cahaya. Ruby merasakan tubuhnya melayang-layang, hingga ia terduduk di satu tempat, di mana Helios terbaring lemah.

Ruby melihatnya.

Ruby memeluknya.

Ruby mengecupnya.

Dan Ruby merelakannya.

Ketika ia membuka mata, mendengar informasi bahwa tubuh Helios belum ditemukan, hanya genangan darah yang nyaris mengering, Ruby hanya mampu terdiam, menarik napas, dan menangis.

***

"Bajingan!"

Pondok tempat Zavier beristirahat berada tidak jauh dari bangunan tempatnya menyandera Helios. Setiap malam, ia dan beberapa anak buahnya akan bergantian mengamati Helios. Memastikan anak laki-laki itu tidak bergerak barang satu inci dari tempatnya berada. Hal ini sudah dilakukannya selama hampir satu tahun.

Zavier tidak pernah mengendurkan penjagaan.

Namun entah mengapa, malam itu, ia lengah.

Ia membiarkan anak buahnya meminum banyak alkohol saat mereka berpesta. Ia tidak tahu bahwa malam itu, adalah malam terakhir dirinya akan hidup tenang.

Voler Haut | Haechan X RyujinWhere stories live. Discover now