20

93 8 0
                                    

20

Mereka tidak pernah menemukannya.

Maka, ketika hari berganti minggu, ketika minggu berganti bulan, lalu bulan berganti tahun, dan saat mereka tidak pernah menemukan tubuh Helios, Ruby berhenti berharap. Keluarga Helios berhenti berharap. Mereka semua mulai menyadari satu fakta yang selama ini mereka sembunyikan: Helios tidak akan pernah kembali pada mereka.

Tubuhnya pasti ada di sana. Di suatu tempat.

Mungkin, Helios yang menyembunyikan diri, agar dirinya yang penuh luka tak lagi menyakiti hati orang-orang terkasihnya.

Maka dari itu, di tahun ketiga, mereka berhenti percaya.

Mereka merelakan.

Mereka berhenti berusaha.

"Hai, sudah siap? Jangan lupa kunci mobilmu, Ruby," Lia mengingatkan. Ia, dengan dress hitam selututnya, memeluk singkat sahabatnya, Ruby Jinnie yang sudah jarang ditemuinya.

Ruby balas memeluk, tersenyum. "Aku merindukanmu, kenapa kamu jarang sekali pulang ke Pandawa?"

"Suamiku memiliki terlalu banyak pekerjaan yang menahannya di kantor," jawab Lia.

Ruby mengangguk mengerti. Ia lalu mengunci pintu apartemennya setelah membawa satu kunci hitam di nakas, dan sebuah novel berjudul Voler Haut. Ia berjalan pelan bersama Lia, menaiki lift yang membawa mereka ke lantai dasar. Dari kejauhan, Ruby melihat dua mobil hitam lain di tower sebelah gedung apartemennya. Ruby melambai pada mereka.

"Jaevano akan sedikit terlambat," kata Lia.

"Ada apa?"

"Katherine baru kembali ke Pandawa."

Sedetik kemudian, Ruby mengerti, menyunggingkan senyum kecil. "Yah, pasangan remaja yang tengah dimabuk cinta kembali bertemu. Tentu saja mereka akan terlambat. Ayo."

Lia lebih dulu keluar dari pelataran parkir bawah tanah dengan mobil putihnya, disusul Ruby yang mengendarai mobil sedan hitamnya sendiri. Lia membunyikan kelakson dua kali, memberi isyarat pada Mark dan Gabriel yang berada di mobil lain.

Empat mobil itu akhirnya melaju, pelan, namun pasti, pada satu tujuan.

Cuaca hari itu cerah. Bunga bermekaran, pusat-pusat kota padat, alunan lagu bersenandung di sepanjang jalan pertokoan, bahkan ada festival bersepeda di Alun-Alun Kota. Pandawa berubah, tapi rasanya tetap sama. Hangat. Hangat yang sama menyelimuti Ruby ketika mengingat kencan konyolnya dengan Helios. Ruby masih ingat bagaimana Helios menggenggam tangannya dan memasukkannya ke saku jaket laki-laki itu agar tidak kedinginan.

Kehangatan itu...takkan pernah bisa tergantikan.

Mobil berbelok arah, memutar beberapa persimpangan jalan hingga mereka mulai memasuki jalan yang menanjak. Lia mengemudi di paling depan, penunjuk jalan. Dalam lima menit, mobil itu kembali berbelok dan berhenti seutuhnya.

Mereka telah sampai.

Ruby menarik tuas. Ditatapnya sekeliling. Tidak begitu ramai.

Dengan susah payah, ia mencoba bernapas. Semua akan baik-baik saja.

Mark keluar dari mobil bersama Mire. Lalu, di mobil jeep hitam, Gabriel keluar bersama Jaenuary dan Snow. Tak lama, satu mobil lain terparkir di samping mobil Mark. Di sana, Jaevano keluar bersama Katherine Kharsa. Semuanya lengkap.

Mereka berjalan bersama, menyusuri area pemakaman. Mengunjungi sahabat tercinta, Helios Romanov.

"Kami datang," Mire meletakkan bunga di bawah sebuah pohon besar yang diikat dengan satu tali hitam dengan papan nama bertuliskan 'Helios Romanov'. Selanjutnya, Katherine dan Lia juga berjongkok, meletakkan bunga cantik berwarna kuning bercampur putih.

Voler Haut | Haechan X RyujinWhere stories live. Discover now