17. Mengusahakan Topik (1)

18 3 0
                                    

Aku tiba di rumah saat jam sudah hampir menunjukkan pukul dua siang karena sebelumnya sempat melipir dulu ke kantor ekspedisi pengiriman barang. Kepada kurir pengantar, aku meminta agar paket milikku tidak usah diantarkan ke rumah, aku sedang ada niatan untuk menjemput paketku sendiri di kantor tanpa perlu mereka yang repot-repot mengantarkan ke rumahku. Jumlahnya ada empat paket novel yang sebelumnya kubeli lewat online, perihal apakah akan dibaca atau tidak biarkanlah nanti suasana hati dan moodku yang akan menentukan.

Sepanjang perjalanan, di kantor ekspedisi, bahkan saat sudah duduk di kursi kerja yang ada di kamarku, aku masih terbayang-bayang kejadian memalukan yang terjadi di kafe tadi. Jangan tanya kenapa Rama bisa sesering itu muncul di kepalaku, sebab aku juga sampai sekarang belum menemukan alasan jelasnya. Mungkin aku hanya sedang senang karena sudah berhasil membuka diri setelah menutup ruang terlalu lama. Mungkin juga karena belum pernah kutemukan manusia semenyenangkan Rama. Atau mungkin sebenarnya Rama itu pribadi yang biasa, hanya saja aku terlalu suka dengan netra cokelatnya yang bagiku selalu memaksa untuk dilihat.

Sambil tetap berusaha menggali pikiran untuk menyimpulkan segala kemungkinan yang ada, aku memilih untuk meraih ponsel—menyalakannya, lantas tanpa sengaja kembali mencari keberadaan Rama di sana.

Aku tersenyum tiba-tiba, karena manusia yang sedari tadi kupikirkan tumben-tumbennya langsung muncul tanpa perlu kutunggu dan kucari lagi.

Rama Hakmani:
"Kau sudah tiba di rumah?"

Raina Genna Eldirah:
"Iya."

Rama Hakmani:
"Mau lihat kejutan kecil?"

Raina Genna Eldirah:
"Apa?"

Rama mengirim sebuah gambar, lantas kubuka tanpa menduga apa isinya. Di luar dugaanku, gambar itu malah membuat tawaku langsung meledak begitu saja. Dia mengirim gambar wajahnya yang sedang menyengir memamerkan gigi.

Raina Genna Eldirah:
"HAHAHA"

"Kau pasang kawat gigi?"

"Lucunya ..."

Rama Hakmani:
"Aku tau kau sedang meledekku."

"Berhenti sebelum kubalas dengan lebih menjengkelkan."

Lucu sekali dia. Kalau tidak ingin aku tertawa, kenapa tetap dirikim?

Raina Genna Eldirah:
"Aku tidak bisa berhenti tertawa, Rama. Maaf😭"

"Lagian kenapa, sih? Untuk apa kau pakai kawat gigi? Gigimu rapi, kok."

Rama Hakmani:
"Ini bukan untuk gaya-gayaan, tau."

"Anjuran dokter."

"Katanya ada salah satu gigi yang harus dicabut karena berpotensi melukai dinding mulutku. Tapi daripada harus kehilangan satu gigi dan jadi lelaki bergigi ompong, aku lebih memilih untuk menjadi lelaki tampan berkawat gigi."

Raina Genna Eldirah:
"Lantas kenapa hanya di gigi atas saja? Yang di bawah juga tidak sekalian?"

Rama Hakmani:
"Kata dokternya biar nanti bulan depan saja."

"Baru kupasang di atas saja aku sudah kesakitan sekali mengunyah. Bagaimana nanti kalau sudah kupasang lagi di gigi bawah."

FWB: Friends With BittersweetWhere stories live. Discover now