18. Mengusahakan Topik (2)

16 4 1
                                    

Rama Hakmani:
"Na? Kenapa malah diam?"

"Ayo, tanya aku lagi. Usahakan lebih banyak topik lagi untuk kita, Na."

"Aku sedang ingin banyak bicara malam ini."

Aku tidak punya alasan kenapa pipiku merona saat membaca pesan Rama yang terakhir itu. Aku bahkan tidak tau harus membalas dengan apa. Awalnya aku sedikit kaget dan malu karena ternyata sedari tadi Rama menyadari usahaku mencari topik, tapi dengan dia memintaku melakukannya lagi ... bukankah tidak salah jika aku menyimpulkan bahwa antara aku dan dia keduanya sudah sama-sama nyaman?

Tapi jika itu benar, maka ini adalah sejarah. Kali pertama dimana seorang Raina Genna Eldirah dibuat nyaman oleh lelaki dalam jangka waktu yang kurang dari satu bulan.

Sekarang aku malah membawa tanganku untuk menutup aplikasi WhatssApp. Maafkan aku, Rama. Aku tidak bermaksud membalasmu dalam berlaku cuek, aku hanya tidak tau harus meresponimu seperti apa. Daripada semakin banyak yang kau tau tentang kegelisahanku akan dirimu, aku lebih baik menghindar sekali-kali. Aku tidak mau kau tau alasan kenapa aku gelisah, kenapa aku uring-uringan setiap kali menunggumu membalas pesanku, aku tidak mau kau tau jawabannya.

Aku tidak berani menunjukkan secara langsung bahwa kau sudah menempati kapasitas ruang yang lebih besar di kepalaku. Aku tidak mau kau menyadari alasan dari kegelisahanku, sebab aku sendiri pun belum berani menemukan jawaban tentang apa yang tengah terjadi atas diriku semenjak mengenalmu.

Tanganku memang tengah menggulir layar ponsel dalam aplikasi TokTik, namun otakku malah lebih fokus tentang Rama, Rama dan Rama. Bahkan beberapa video yang kutemui di TokTik, selalu saja membawaku untuk berujung mengingat Rama lagi. Misalnya sekarang ini, ada sebuah video yang menuturkan contoh-contoh topik yang seru untuk dibahas bersama gebetan. Katanya, membahas pandemi Covid 19 yang tengah mewabah sekarang ini adalah topik seru yang akan terus berkelanjutan. Tapi masalahnya, aku tidak yakin apakah harus membawa topik ini kepada Rama karena sebenarnya aku masih bingung. Apa benar Rama itu gebetanku? Bukankah sejak awal aku sudah sepakat dengan diriku, bahkan kepada teman-temanku bahwa aku dan dia hanya berteman? Kenapa semuanya malah terlihat membingungkan begini?

Aku masih sibuk menggulir layar dalam aplikasi TokTik dengan pemikiran yang masih berujung kepada Rama. Bagian yang paling mengusikku semenjak mengenal Rama adalah kegelisahan ini, sebuah kegelisahan yang hanya timbul ketika aku berhenti berinteraksi dengan dia. Aku seperti terus mau, mau dan mau lagi punya obrolan dengan dia. Aku tidak ingin egois terhadap diriku sendiri, aku jelas-jelas harus mengikuti apa yang sedari tadi diingini hatiku.

Menghubungi Rama lagi. Mencari topik kembali.

Raina Genna Eldirah:
"Aku sudah temukan topiknya."

"Ayo mengobrol lagi."

Mataku langsung terpejam, kulepas ponsel dari tanganku dengan degup jantung yang di luar batas normal—sampai akhirnya ponselku berdering nyaring.

Tunggu, Rama meneleponku?! Oh, ayolah Rama! Apa kau benar-benar ingin membuktikan bahwa sebenarnya aku tidak pernah kuat kalau harus bicara kepadamu di luar dari pesan teks? Apa kau benar-benar ingin membuatku semakin gelisah? Kalau dengan mengobrol lewat teks bisa membuat jantungku merasa lebih aman, kenapa kau malah lebih memilih menelepon, bajingan?!

Kuberanikan diriku meraih ponsel, berniat untuk menjawab telepon itu. Tetapi ...

"Lah, kenapa malah Andre yang menelepon? Tadi kukira Rama!" decakku sedikit kecewa, meski tetap saja aku memilih untuk menjawab teleponnya.

FWB: Friends With BittersweetWhere stories live. Discover now