19 - Aku Butuh Kamu, Nis

159 5 0
                                    

"Kalian masih mau kerja, nggak?" bentak Elang sambil menggebrak meja.

"Masih, Pak ...." Keempat orang di depan Elang hanya bisa menjawab lirih sambil tertunduk. Mereka kenal betul orang seperti apa bos mereka ini. Lebih baik diam daripada berusaha berpendapat tapi ujung-ujungnya hanya memperkeruh keadaan. Elang kalau sudah marah, hal benar pun tetap salah di matanya.

"Ini yang terakhir. Kalau sampai ada komplainan lagi, saya punya banyak cadangan yang siap menggantikan kalian!"

Mereka hanya menghela napas sabar. Memang begini nasib bawahan, terlebih kalau atasannya modelan Elang.

"Pulang dari sini, segera usut penyebab komplainan kemarin. Kalau memang ada unsur kesengajaan dari luar, segera laporkan ke saya beserta bukti-bukti yang terperinci. Kalau ini murni kecerobohan tim kalian, orang yang bersangkutan langsung cut! 2 x 24 jam saya tidak menerima laporan apa pun, kalian nggak usah kerja sama saya lagi!"

"Baik, Pak." Salah seorang dari mereka menjawab sambil membalas sejenak tatapan runcing Elang.

"Ya sudah, kalian boleh pergi."

"Terima kasih, Pak. Kami pasti akan bertanggung jawab untuk masalah ini." Mereka pun keluar dari ruangan Elang sambil menghela napas lega. Rasanya seperti baru saja terbebas dari cengkeraman singa.

Tak lama setelah para manajer itu pergi, emosi Elang kembali meluap-luap saat tidak sengaja melihat postingan seseakun di Instagram yang mengulik masalah kompalinan itu. Nama perusahaannya memang tidak ditulis utuh, tapi orang-orang tetap tahu kalau itu Belanga Grup.

"Aaarrrggghhh!!!" Elang teriak sambil membanting ponselnya. Benda seharga puluhan juta itu pun berserak di lantai dan pasti tidak bisa digunakan lagi.

Untung orang-orang tadi sudah pergi. Hampir saja.

Dengan napas memburu, Elang meraih gagang interkom dan menekan nomor Kikan. "Ke ruangan saya sekarang!"

Tak lama kemudian Kikan pun tiba di ruangan itu. "Ada yang bisa saya bantu, Pak?" tanyanya sopan. Kalau di mode seperti ini, dia benar-benar terlihat sangat profesional.

"Batalkan semua janji saya hari ini," titah Elang sambil berdiri.

"Loh, memangnya kenapa, Pak?" Wajar kalau Kikan kaget, mengingat ada janji penting hari ini.

"Saya lagi nggak mood kerja, butuh sedikit alkohol," jawab Elang sambil melangkah keluar.

Bohlam di kepala Kikan langsung menyala. "Mau saya temani, Pak?"

Elang tidak menjawab, dan Kikan mengartikan itu sebagai lampu hijau. Tentu saja dia tidak akan menyia-nyiakan celah ini.

🍁🍁🍁

Assalamualaikum.

Mohon maaf sebelumnya, bab ini hanya berupa cuplikan. Kalau kamu penasaran dengan kelanjutan rumah tangga Anisa dan Elang, silakan baca di:

* KBM App
* KaryaKarsa

Di semua platform nama akunku sama (Ansar Siri). Ketik aja di kolom pencarian. Kalau akunku udah ketemu, silakan pilih cerita yang ingin kamu baca.

Cara gampangnya, langsung aja klik link yang aku sematkan di halaman depan Wattpad-ku ini.

Aku tunggu di sana, ya.

Makasih.

Salam santun 😊🙏

Rahasia Suami DinginkuWhere stories live. Discover now