EP. 3. Over dan Over Again

538 47 4
                                    

EP. 3. Over dan Over Again

**********

I never get too lonely with my imaginary friends

I gote everyone around me throwing a party in my head

And even on the worst of days, I count on them to keep the sane

Can't fucking trust nobody like my imaginary friends

Alunan lagu Imaginary Friends dari Hey Violet, Reegan biarkan menyusup di telinganya. Dari jendela kaca besar tempatnya berdiri, dia bisa melihat pemandangan sore kota Amsterdam. Banyak orang yang bersepeda di bawah sana, membuatnya ingin melakukan itu juga, tapi tidak hari ini sebab pekerjaannya belum selesai.

Reegan menghembuskan napas lega, lalu menyesap es kopi yang otomatis seakan membuat energinya kembali penuh di cuaca panas sore itu. Kopi memang minuman ajaib dan bisa membuat segalanya lebih baik bahkan setelah lelah seharian bekerja. Reegan berpikir dia akan membuka kedai kopi kalau gagal menjadi pengacara.

Tiga bulan berlalu setelah hari pernikahan Reina. Rasanya jauh lebih lega jika bisa berdamai dengan kenyataan, meski rasa itu masih ada. Reegan juga penasaran dengan kabar Reina yang sekarang tinggal di Indonesia, tapi lebih memilih untuk tidak mencari tahu sebab hal tersebut hanya akan menyakiti dirinya.

Selalu ada hal baik di setiap kejadian. Tak jarang, kejadian yang kita anggap sebagai nasib buruk sebenarnya adalah nasib baik. Manusia tidak pernah tahu semesta akan membawanya ke mana. Seperti halnya cinta tak berbalas Reegan. Dia tidak ingin menyalahkan dirinya yang sudah salah menjatuhkan hati atau semesta sekali pun.

Tidak ada salahnya mengambil sisi baik dari kejadian yang dianggap buruk. Reegan menganggap jika cinta tak terbalasnya ini adalah tanda bahwa Tuhan sedang memberinya kesempatan untuk mencintai dan mengenal diri sendiri terlebih dahulu.

Reegan sungguh-sungguh tentang ingin menata ulang hidupnya untuk menjadi lebih baik. Terbukti, Om Riza mulai mempercayainya untuk menangani beberapa kasus besar. Tak tanggung-tanggung Reegan juga memenangkan perkara di pengadilan dalam setiap kasus yang ditanganinya sehingga namanya mulai dikenal baik.

"Reegan. . . ."

Reegan segera melepas earphone dan mematikan musiknya saat menyadari Om Riza masuk ke ruangannya. Dengan segera dia menghampiri Om Riza yang sudah lebih dulu duduk di sofa tanpa dipersilahkan.

"Tante Anggra bilang kamu menang lagi di persidangan?" Tanya Om Riza sembari meletakkan buket bunga anggrek bulan ke atas meja.

"Gitu, deh, Om." Jawab Reegan malu-malu sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Tapi Om nggak usah ngasih-ngasih aku bunga terus. Geli, tahu, Om? Masa cowok dikasih bunga sama cowok? Lagian ke depannya aku yakin bisa lebih maju." Sambungnya melihat ke arah buket bunga di atas meja.

"Ihh, geer. Ini dari Tante Anggra." Om Riza mengelak. Sementara Reegan mencebik tak percaya.

Meski menyebalkan, Reegan akui Om Riza adalah sosok ayah yang selalu mendukung penuh anaknya. Reegan merasakan sendiri Om Riza selalu menghadiahinya bunga sebagai bentuk pujian atas pencapaiannya. Begitu pun saat Reegan mengalami kegagalan, Om Riza tidak pernah ketinggalan memberinya semangat agar tidak menyerah meski dengan cara yang menyebalkan.

"Tante Anggra ngasih ini buat kamu. Habis gagal, kan? Kamu tiup-tiupin tuh bunga buat hiburan. Awas aja pergi ke klub malam, Om pecat kamu!"

Masih teringat jelas dalam ingatan Reegan tiga bulan lalu, saat dirinya pertama kali menangani kasus yang cukup berat dan kalah di persidangan. Om Riza datang memberinya sebuket bunga dandelion.

Rewrite The StarsWhere stories live. Discover now