EP. 6. Slow But Sure

497 43 2
                                    

EP. 6. Slow But Sure

**********

Tiga tahun adalah waktu yang cukup singkat bagi Reegan yang urakan dan sangat tidak meyakinkan di awal. Reegan sendiri pun tidak percaya jika dirinya bisa meraih posisi Senior Associate di firma hukum milik Om Riza dalam waktu secepat ini. Dan itu berarti, sedikitnya dia bisa membuktikan keahliannya yang mumpuni.

"Jangan bangga dulu, perjalanan kamu masih jauh. Ini belum seberapa." Ujar Om Riza.

Laki-laki paruh baya itu berdiri menatap langit pagi kota Amsterdam dari jendela kaca besar ruangan baru Reegan yang kini berada di lantai paling atas gedung firma hukum itu, dan tentu saja jauh lebih besar dari ruang kerja sebelumnya.

"Aku tahu, makasih karena Om selalu ngingetin aku untuk jangan cepat puas." Sahut Reegan berjalan mendekati Om Riza dengan dua cangkir teh herbal di tangannya, kemudian menyerahkannya satu pada Om Riza. "Makasih juga untuk semua perhatian Om yang selalu ada di setiap langkah aku. Sebenarnya Om itu so sweet banget, aku jadi lumayan sayang."

Om Riza bergidik. Kalimat terakhir Reegan benar-benar menggelikan. "Jangan ge-er. Saya bukan perhatian, tapi ngawasin semua yang kamu lakuin. Kamu, kan, agak bandel. Kalau saya lengah sedikit, bisa-bisa kamu ngancurin perusahaan."

"Tapi buktinya aku bisa sampai di sini dalam waktu singkat. Kemampuan aku diakui. Dan Om tahu? Sekarang aku udah bisa setara sama para pengacara terkenal dan ditakuti." Ucap Reegan tersenyum bangga.

"Baru juga dibilangin, sudah merasa paling di atas awan saja kamu. Kebanting lagi baru tahu rasa." Om Riza memukul pelan lengan bahu Reegan hingga membuat teh di tangannya sedikit tumpah.

"Aku becanda, Om. Nggak usah sambil pukul-pukul, dong. Kan tehnya jadi tumpah." Ucap Reegan. Om Riza hanya mengedikkan bahunya tak peduli seraya kembali memalingkan pandangan ke arah luar jendela.

Sejenak, tidak ada percakapan lagi di antara mereka. Keduanya sama-sama menikmati teh, tenggelam dalam pikiran masing-masing. Sesekali Reegan melirik Om Riza yang terlihat sudah lebih baik dari sebelumnya.

Sudah dua bulan Om Riza kembali bekerja. Reegan tahu masalah Reina belum selesai. Tapi dengan kembalinya Om Riza ke perusahaan, menandakan jika beberapa hal sudah teratasi.

Sedikit banyak, Reegan mendapat informasi tentang Reina dari Mrs. Alene setiap harinya. Reina menjalani perawatan dan masih membatasi diri dengan orang lain dan lingkungan, bahkan setelah lebih dari dua bulan berlalu.

Selama itu pula, Reegan selalu mengawasinya diam-diam. Terkadang datang ke rumahnya dengan alasan membahas pekerjaan bersama Om Riza, padahal mengambil kesempatan untuk melihat Reina mengurung diri di studio lukisnya. Atau, dia mengikuti mobil Reina dari belakang ketika akan pergi ke rumah sakit. Hanya sebatas itu, tapi Reegan cukup puas.

Reegan bukannya tidak memiliki keberanian untuk mendekati Reina. Hanya saja, dia merasa ini bukan saatnya. Reina masih harus mengambil waktu untuk dirinya sendiri.

Perlahan tapi pasti, waktu akan memberi kesempatan untuknya bisa masuk ke dalam kehidupan Reina. Reegan yakin itu. Terlebih saat dia mendengar kabar keputusan Reina untuk mengakhiri pernikahannya, bahkan membantu Tante Anggra menyiapkan berkas-berkas perceraian yang akan dibawa ke Indonesia.

Sidang perceraian Reina dan Nathan sudah berjalan, mungkin hanya tinggal menunggu sekurang-kurangnya satu bulan lagi untuk sidang keputusan. Entah Reegan boleh senang atau tidak. Tapi jujur, hatinya tidak bisa berbohong jika hal ini sangat menggembirakan.

Bolehkah? Bolehkan Reegan merasa bahagia di atas penderitaan orang lain? Bolehkah dia bersikap jahat untuk hal ini?

"Ohh iya, Gan. . . ."

Rewrite The StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang