EP. 15. Just for Fun

440 45 4
                                    

EP. 15. Just for Fun

See you tomorrow, gaes. . . .

Enjoy. 

Cerita ini nggak akan lebih dari 53 episode, yes.

**********

Begitu turun dari mobil, Reina langsung berlari memasuki lobby apartemen Reegan guna menghindari udara dingin agar tak terlalu lama bersentuhan dengan tubuhnya. Matanya tak cukup awas hingga dia menabrak seseorang dan tas berisi makanan yang ditenteng di sebelah tangannya nyaris saja jatuh, beruntung Reina sigap menyelamatkannya.

"Sorry." Sesal Reina ketika menengadahkan kepala. Seorang perempuan dengan mini dress dan rambut panjang bak model iklan shampoo, menatapnya tak ramah dengan wajah masam.

Perempuan itu mendengus keras sembari mengusap-usap bahunya yang tak sengaja bertubrukan dengan Reina tadi, kemudian melenggang pergi dengan angkuh tanpa ingin menanggapi permintaan maaf Reina.

Reina memutar tumitnya, memandangi perempuan tinggi dan langsing itu dengan kening mengernyit. Tapi bukan sikap tak ramah perempuan itu yang mengganggu Reina, melainkan pakaian seksi yang dikenakannya di tengah udara dingin. Reina sedikit terganggu, malah agak khawatir bagaimana jika dress perempuan itu tersingkap oleh angin yang saat ini sedang kencang-kencangnya.

"Dia nggak kedinginan apa, ya?" Reina bergidik dengan seulas senyum geli tersungging di salah satu sudut bibirnya.

Tak ingin berlarut memikirkannya, Reina lantas berbalik dan memasuki lift yang akan membawanya ke lantai di mana unit apartemen Reegan berada.

Sejenak Reina mematung di depan pintu apartemen. Jantungnya berdegup, perasaannya bergejolak lagi. Padahal, ini adalah apartemen yang berbeda dan bukan kali pertama pula dia datang ke sana. Tapi apartemen itu seakan mengantarnya pada kenangan lain tentang––Nathan.

Sebenarnya. . . .

Reina benci apartemen. Di tempat yang bernama apartemen itulah hidupnya dibuat berantakan.

Otaknya seakan membeku dalam keraguan untuk menekan bel. Berulang kali telunjuknya terulur untuk menekan bel, tapi selalu diurungkan. Reina menghabiskan menit-menit lebih lama menatapi pintu besar di depannya. Ketakutan itu muncul lagi, selalu seperti ini. Dan kenangan tentang Nathan otomatis berputar di benaknya seolah Reina membawa rekamannya ke mana-mana.

"Rei?" Reegan terlihat antusias melihat Reina. Sementara perempuan itu terperanjat karena Reegan tiba-tiba saja membuka pintu dan berdiri tepat di hadapannya.

"Eh?"

"Ayo masuk, Rei." Reegan mempersilahkan Reina untuk melewati pintu, tapi Reina tetap bergeming.

"Rei!"

"Haa? Iya?"

"Kamu tegang banget. Kenapa, sih?" Reegan membuat Reina tersenyum kaku, lalu menggeleng pelan. "Ayo masuk! Kayak orang nggak pernah ke sini aja."

Reegan meraih pergelangan tangan Reina untuk membimbingnya masuk. Seketika Reina merasakan kehangatan menjalar dari satu tangannya, lalu ke seluruh tubuh. Sentuhan itu berhasil membuat Reina merasa sedikit tenang di tengah kepalanya yang berisik oleh masa lalu yang tiba-tiba menghantuinya.

"Perasaan aku belum pencet bel. Kok kamu tahu?" Tanya Reina setelah berhasil menguasai dirinya.

"Aku bisa tahu keberadaan kamu meskipun dari jarak sepuluh meter. Bahkan berkilo-kilo meter aja kayaknya aku juga bisa tahu."

Reina mendengus seraya melepaskan lengannya dari genggaman tangan Reegan. Kemudian melangkah lebih dulu ke arah meja makan tanpa ingin menanggapi ucapan laki-laki itu. Lantas, Reina mengeluarkan isi dari tas makanan yang ditentengnya, membuka tutup wadah satu per satu. Reegan sendiri bergerak duduk menghadap Reina dengan senyum kecil yang tak menyurut sejak tadi.

Rewrite The StarsDär berättelser lever. Upptäck nu