EP 24. I'm Sorry

373 45 9
                                    

EP 24. I'm Sorry

**********

"Jadi kamu Reina yang sering Reegan ceritain?" Tanya perempuan bak model itu antusias. Mereka saat ini berada di kafe terdekat setelah Reina diobati dengan obat seadanya dari P3K di mobil yang Reegan sewa.

Reina masih bergeming dalam keterkejutannya. Jelas. Tiba-tiba Reegan ada di Inggris dan bersama seseorang dengan panggilan mesra satu sama lain.

Jujur. Reina merasa. . . . sedikit cemburu.

Reina buru-buru menggeleng dan seolah baru mendapatkan udara lagi.

"Shifanya. Panggil aja Anya. Kakak juga boleh. Reegan bilang kamu udah dia anggap adik. Gitu, kan, Beb?" Anya mengulurkan tangan ke arah Reina yang masih terlihat linglung. Lantas tanpa sadar menatap Reegan seolah minta penjelasan.

"Dia tunangan aku yang pernah aku ceritain."

Kali ini, hatinya benar-benar berdenyut nyeri. Reina tidak menyangka Reegan ternyata serius menerima perjodohan itu. Dan sekarang, apa katanya tadi? Tunangan?

Benar-benar sudah sejauh itu?

Reina mana rela! Tapi, dia bisa apa? Dia sendiri yang berusaha menolak di saat laki-laki itu menawarkan cintanya dulu.

Sial. Reina malah terjebak dengan perasaannya sendiri sekarang.

"Rei?" Anya menggerakkan tangan, berharap Reina segera menyambutnya.

"Eh-ohh. Reina." Balas Reina tersenyum kaku. "Dan dia Riska , teman aku." Tambahnya memperkenalkan Riska yang duduk di sebelahnya. Dia dan Reegan masih saling melemparkan tatapan tajam ketika pandangan mereka bertemu.

"Pff. Jiwa Riska, fisik Riski. . . ." Ledek Reegan sambil menahan tawa. Ucapannya itu sontak membuat Riska langsung melayangkan sendok kopi dan tepat mengenai kepalanya.

"Ternyata kamu beneran kayak anak anjing, ya. Tapi aslinya lebih cantik, kok." Kata Anya yang memandang gemas Reina. "Heran aja kamu bilang mirip anak anjing, Beb." Tambahnya sambil memukul pelan bahu Reegan.

"Ya emang mirip, Yang." Sahut Reegan dengan penekanan penuh pada panggilan sayangnya, membuat dada Reina memanas.

Reina nyengir kaku. Berusaha mengabaikan ledekan Reegan. "Kak Anya juga cantik. Cantik banget malah."

Reina jujur. Anya memang cantik dan modis. Tidak seperti dirinya yang bisa dibilang gayanya biasa saja.

Anya tersipu, membuat rona merah blush on di pipinya semakin memerah. "Ahh,bisa aja. Kamu yang cantik banget-banget."

"Euwh." Riska memutar bola matanya malas mendengar para perempuan suka saling memuji berlebihan––template sekali. "Semua cewek cantik. Stop saling memuji, nggak kelar-kelar entar." Celetuknya kemudian, membuat Reina langsung menyikut lengannya.

"Haha. Riska juga cantik." Anya beralih memuji Riska diiringi tawa kakunya.

"Hmm. Makasih."

"Nngng, by the way, kaian lagi liburan? Kebetulan banget bisa ketemu di sini." Tanya Reina yang sejak tadi memendam rasa penasarannya tentang ini. "Kebetulan yang nggak menyenangkan." Gerutunya dalam hati.

"Kebetulan aku lagi ada kerjaan di sini, terus sekalian bawa Anya buat liburan bareng. Yaaa, hitung-hitung latihan jadi suami istri. Ya, kan, Sayang?" Jelas Reegan sembari merangkul mesra pundak Anya yang terbuka.

"Uhuk-uhuk. . . ."

Reina merasa tenggorokannya sangat gatal dan hidungnya perih saat kopi yang dia minum naik ke sana. Tapi, hatinya jauh lebih sakit mendengar penuturan Reegan. Meski benar, tidak seharusnya Reegan membahas hal sensitif seperti ini di depan orang lain. Apa tujuannya, coba?

Rewrite The StarsWhere stories live. Discover now