EP 25. Never Give Up

367 43 10
                                    


EP 25. Never Give Up

Happy reading, gaes.

Ohh iya. Yang mau beli buku fisiknya "Menjadi Dia" masih tersedia, yes. (Bagi yang minat, sih. Hihi)

**********

Reegan mengurai pelukannya tanpa mengikis jarak di antara mereka. Dia menangkup kedua sisi wajah Reina, memandangnya penuh permohonan.

"Mau, ya, membuka lembaran baru sama aku?" Pinta Reegan. Reina masih bergeming dengan tatapan yang sulit diartikan. "Please. . . ."

"Gan, udah." Perlahan, Reina melepaskan tangkupan tangan Reegan dari wajahnya. "Jawaban aku tetap sama."

"Kalo gitu kasih aku alasan! Alasan yang masuk akal kamu nggak mau menerima aku." Seru Reegan, membuat Reina seketika gelagapan untuk menjawabnya.

"Ya-karena. . . , aku emang nggak mau aja. Aku nggak cinta sama kamu."

"Aku tahu kamu bohong!"

Reina menelan ludah--takut dengan Reegan yang menatap tajam dirinya, namun sebisa mungkin dia mengendalikan diri agar tetap tenang.

"Kamu jangan kegeeran. Udah deh, Gan. Lagian kamu udah mau nikah. Ngapain masih ngejar-ngejar yang nggak pas-"

"Harus berapa kali aku bilang kalo mudah buat aku ngebatalin semuanya!" Sela Reegan gregetan.

"Kamu jangan gila!"

"Aku bisa segila itu kalo berhubungan sama kamu."

"Gan!" Protes Reina, tak tahu harus berkata apa lagi.

"Apa? Untuk kamu, aku rela ngelakuin apa aja. Apa itu masih nggak cukup membuat kamu sedikit aja mempertimbangkan untuk mau menerima aku?"

Reina mendesah--lelah. "Kamu buat aku susah tahu, nggak, Gan?"

"Aku?" Sambar Reegan mendengus keras. "Kamu yang membuat diri kamu sendiri kesulitan dengan berusaha menolak aku, padahal jelas hati kamu nggak mau ngelakuin itu."

Reina bungkam seakan tertohok dengan ucapan Reegan.

"A-aku nggak ngerti kamu ngomong apa, Gan."

"Kamu nggak sebodoh itu, Rei." Reegan terus membuat Reina terintimidasi baik dengan ucapan maupun tatapannya hingga membuat Reina tak berani balas menatap mata kelam Reegan secara terang-terangan.

"Gan, udah cukup! Kamu nggak akan dapat jawaban yang kamu mau, karena aku lagi mau fokus sama diri sendiri, nyelesain sekolah, dan ngewujudin mimpi-mimpi yang nggak bisa aku capai sebelumnya."

Reegan meraih satu tangan Reina untuk digenggamnya seraya berusaha menjangkau mata Reina yang terus melarikan diri dari pandangannya. "Kalo gitu aku akan tunggu kamu. Aku bisa nunggu sampai kapan pun itu."

"Jangan buang-buang waktu kamu, Gan." Kata Reina sembari menarik tangannya dari genggaman tangan Reegan.

"Aku akan terus nunggu kamu sampai kamu nyerah." Balas Reegan tak mengindahkan ucapan Reina.

"Aku yakin kamu nggak akan sanggup! Maka dari itu, kamu harus berhenti sekarang dan lanjutin hidup kamu dengan bahagia sama Kak Anya." Sahut Reina tak mau kalah sebelum kemudian melangkah pergi ke kamarnya.

"Kamu nggak berhak ngatur hidup aku untuk bahagia sama siapa, Rei. . . ." Teriak Reegan sebelum tubuh Reina hilang di balik pintu kamar. "Karena bahagia aku itu kamu. . . ." Tambahnya terdengar putus asa.

**********

Jam 12 malam, Reina berguling-guling di tempat tidurnya tanpa membuka mata. Berulang kali dia mengubah posisi tidurnya dengan telentang, telungkup, serta menyamping ke kiri dan ke kanan, tapi tak membuatnya bisa benar-benar tertidur lelap.

Rewrite The StarsWhere stories live. Discover now