EP 27. Affair

853 48 19
                                    

EP 27. Affair

**********

Suasana malam di London sedikit ramai, mungkin karena ini akhir pekan. Reina memandang ke luar jendela kaca bus yang ditumpanginya, memperhatikan orang-orang di luar sana baik yang berjalan atau turun naik bus setiap melewati halte.

Sudut bibirnya tertarik sedikit. Pilihannya untuk melanjutkan studi di Inggris ternyata tidak buruk. Reina sangat menyukai London, terutama bagian naik bis. Reina sangat menyukainya sebab halte maupun terminal di sini ternyata bisa menjadi tempat yang mengasyikan karena penataan ruang dan desainnya.

Naik bis benar-benar menyegarkan pikirannya. Reina bisa melihat banyak hal. Atau, mungkin juga karena ini pengalaman barunya bepergian naik bis ke mana-mana, sehingga ada antusiasme tersendiri bagi Reina.

Entahlah, tapi ini benar-benar menyenangkan dibanding naik taksi atau mobil pribadi ke mana-mana.

Reina turun dari bus, tapi baru saja kakinya menapak, dia dikejutkan oleh kilatan cahaya sesaat yang menyilaukan, disusul dengan suara menggelegar, sehingga membuatnya berjengit kaget. Sepertinya akan hujan, pantas saja udara terasa panas.

Dan benar saja, beberapa saat kemudian hujan turun deras, Reina segera menepi dan duduk di kursi halte. Menghembuskan napas, pipinya mengembung lucu, dia menatap hujan dengan sedikit perasaan kesal. Padahal, sebentar lagi dia akan sampai di apartemennya. Tak sampai lima menit. Sayang sekali Reina juga tidak membawa payung.

"Maksa, jangan, maksa, jangan. . . ." Reina bergumam dalam hati sambil melipat jemarinya satu per satu––bimbang. Masalahnya, sudah jam setengah sembilan malam dan hujan belum juga mereda atau ada tanda-tanda untuk itu.

Reina memejamkan mata erat sambil mengangguk, meyakinkan diri untuk menerobos derasnya hujan. Lantas dengan keyakinan penuh Reina berdiri, namun baru saja membuat ancang-ancang untuk berlari, seseorang memayunginya hingga membuat dia mendongak, kemudian berbalik.

Di bawah naungan payung berwarna kuning mustardnya, Reegan tersenyum hangat seakan mengalahkan dinginnya hujan malam itu. Reina tertegun, pesona Reegan memang tak bisa tersamarkan bahkan di keremangan malam.

"Lain kali, sedia payung sebelum hujan." Kata Reegan dengan suara teduhnya. Duhh, ini, kan, sudah malam. Ditambah seluruh persendian sudah lemas dan udara dingin akibat hujan. Bisa-bisa suara Reegan meninabobokan Reina.

"Kamu ngapain ke sini?"

Reegan mendengus. "Ya terserah aku, dong. Emang London punya kamu?"

"Ish." Reina memukul lengan Reegan pelan. Laki-laki itu tergelak pelan.

"Udah, ahh. Ayok!" Seru Reegan sembari merangkul pundak Reina, kemudian membimbingnya berjalan menembus derasnya hujan.

Kehangatan langsung menjalar di seluruh tubuh Reina, terlebih ketika Reegan semakin merapatkan diri, membuat Reina tak bisa berpikir. Ditambah aroma parfum maskulin Reegan, semakin membuat Reina merasa nyaman berada di dekatnya.

Rasanya Reina tak mampu mengendalikan diri saat ini hingga sepanjang perjalanan hanya diam mengikuti langkah Reegan.

"Akhirnya nyampe juga." Seru Reegan lega sambil menutup payungnya. Sementara Reina masih bergeming menatap wajah Reegan, merasakan jantungnya yang mengalami percepatan gila-gilaan.

"Kenapa ngelihatin aku kayak gitu? Ganteng, ya?" Tanya Reegan usil, membuat Reina tersadar dan segera mengalihkan atensinya dari wajah tampan di hadapannya. Duhh, kenapa dia sampai tidak sadar sejak tadi memperhatikan Reegan, sih?

"Apaan, sih? Pede banget." Reina menyikut pelan lengan Reegan. "Ya udah, kalo gitu aku masuk dulu. Makasih, ya, Gan." Katanya kemudian sambil beranjak masuk, meninggalkan Reegan yang mendengus sebal.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 28 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Rewrite The StarsWhere stories live. Discover now