EP 26. I Miss You

425 39 7
                                    

EP 26. I Miss You

Hai-hai, aku kembali. . . .

Cerita ini sampai 50 episode, yes. So, ikutin sampai akhir. Hee

Ohh iya. Kalian tahu kartu UNO GAMES, nggak? Seru banget loh main bareng keluarga atau teman tongkrongan. Sorry curcol. Wkwk

**********

Reegan melemparkan tubuhnya ke atas tempat tidur di kamar hotelnya tak bersemangat. Punggungnya sakit, mungkin karena semalaman tidur di sofa. Hembusan napas berat berulang kali terdengar dari bibirnya

Reina. . . , perempuan itu. . . ., sampai kapan dia akan menolaknya?

Reegan mengusap wajahnya kasar. Kenapa dia selalu tergila-gila kalau sudah jatuh cinta pada seseorang? Menyebalkan sekali.

Dan, lebih menyebalkan karena Reina meninggalkannya begitu saja saat dia terbangun tadi. Reina hanya meninggalkan sandwich untuk sarapan dan sederet tulisan di memo.

"Sarapan dulu dan jangan lupa cuci piringnya."

Reegan mendengus sebal. Siapa peduli dengan sarapan dan cuci piring? Tidak ada yang lebih dia inginkan selain Reina. Tidak tahukah Reina jika dia sangat merindukannya dan ingin menghabiskan waktu selama di London––hanya bersamanya?

"Oh my god! Babe?"

Reegan mendengus sebal, melirik tanpa minat pada Anya yang nyelonong masuk ke kamarnya, kemudian beranjak duduk seraya melemparkan bantal pada perempuan berkaus oversize yang sedang berjalan menghampirinya itu.

"Diem lo. Bab-beb-bab-beb."

"Wohooo, santai, dong. Kemarin aja lo manggilnya sayang-sayang sama gue." Seru Anya heboh dan berhasil menangkap bantal yang Reegan lemparkan. Lantas dia duduk bersila di sebelah laki-laki itu. Kaus oversizenya yang tersingkap membuat paha mulusnya terekspose begitu saja.

"Tapi. . . ."

BUGH. . . .

Tanpa aba-aba, Anya memukul keras kepala Reegan dengan bantal. Ekspresinya berubah garang. Sedangkan Reegan langsung mendelik kesal.

"Lo gila?"

"Elo yang gila! Ngapain waktu di bioskop pake cium-cium rambut gue segala? Lo ngambil kesempatan?" Oceh Anya sambil sekali lagi memukulkan bantal di kepala Reegan.

Reegan bergidik. "Najis banget gue cium-cium lo. Heeh. . . ." Lalu menoyor kepala Anya. "Waktu itu cuma hidung gue doang yang kena. Lo aja yang kegeeran."

Anya mengerjap, tapi tetap memasang tampang tak mau kalah. "Pokoknya, awas aja lain kali ngambil kesempatan lagi. Inget, ya. Seluruh tubuh gue ini cuma Albi yang boleh sentuh."

"Terserah." Reegan memutar bola matanya malas. "Kalo bukan karena mau bikin Rei jealous, males banget gue deket-deket sama lo."

"Yeee. Lo pikir gue enggak? Ogaaah. Dan kayaknya pulang dari sini gue harus mandi tanah buat bersihin najisnya."

"Lo kira gue anjing?"

Anya tertawa menyeringai. "Ha-ha. Lo pikir kenapa Reina nggak mau?"

"Sialan! Lo, tuh, kucing garong." Reegan balas mengejek.

Anya melebarkan jemarinya, memperlihatkan kuku panjangnya yang dihias nail art  warna hitam seolah kucing mengeluarkan cakar. "Miaaaw."

Reegan hanya mendengus geli sekaligus jengkel dengan kelakuan temannya ini.

Anya menghembuskan napas panjang sembari merebahkan dirinya di kasur, menatap langit-langit kamar.

"Gue cantik, berpendidikan, karir gue menter, dan punya banyak uang." Anya melipat jarinya satu per satu. "Tapi kenapa nggak ada cowok yang mau?"

Rewrite The StarsWhere stories live. Discover now