Balai Baichuan

368 44 13
                                    


"Sepertinya di sini," ujar gadis itu saat melihat tembok pekarangan belakang yang tak begitu tinggi. Pintu belakang utamanya tertutup, tapi bukan itu yang dia cari. Dia menyentuh dinding halus itu dan menekan ukiran kecil seperti yang dideskripsikan oleh ayahnya.

Klik!

Di Lanhua tersenyum ketika mendapati pintu rahasia itu terbuka.

Sayangnya, saat dia melangkah masuk. Ujung pedang berkilauan itu terarah ke dagunya. Saat dia menoleh untuk melihat siapa pemiliknya, dia menemukan gadis berpakaian merah muda tengah menatapnya dengan sinis.

"Jie-jie, sebaiknya turunkan pedangmu. Aku bukan orang jahat," kata Lanhua sambil menunjukkan cengirannya.

Tapi gadis dihadapannya malah menekankan ujung runcing itu ke lehernya. "Kalau kau bukan orang jahat, lantas kenapa kau masuk dari pintu rahasia yang hanya diketahui oleh orang-orang kami? Kau pasti penyusup."

Tepat ketika gadis itu menghunus pedangnya ke depan, Lanhua segera melengkungkan tubuhnya ke belakang dan menendang pergelangan tangan gadis itu hingga mundur beberapa langkah. Dia berniat untuk buru-buru kabur dan menemukan Xiaoyi.

Ssrrt!

"Ah!" ujarnya saat sebagian lengan bajunya terjatuh dan darah segar mengalir dari lengan atasnya. Lanhua menggeram sambil menarik pedang cambuknya, kemudian dia melontarkan besi lentur itu ke depan dengan gerakan berputar. Suara pedang mereka cukup bising, sehingga menarik perhatian orang-orang yang berada tak jauh dari sana. Lanhua sebenarnya bisa saja melilit tubuh gadis itu menggunakan pedangnya dan mencacahnya seperti daging cincang, tapi dilihat dari penampilannya, gadis pemarah itu pasti bukan hanya sekedar murid sekte atau anggota Balai Baichuan.

Lanhua mengubah bentuk pedangnya menjadi pedang biasa, kemudian melesat ke depan. Dia tidak menghunus ujung pedangnya, melainkan memukul gadis itu menggunakan gagang pedangnya yang cukup kokoh, sehingga gadis itu mengaduh dan berlutut.

Melihat orang-orang sekitar berbisik-bisik, rasa tersaingi lawan Lanhua semakin meronta-ronta. Dia pun kembali menyerang Lanhua, meskipun kemampuannya masih kalah darinya. Lanhua sudah cukup pening karena kehilangan darah. Kalau kedua ayahnya tahu, habislah gadis ini. Ditambah lagi dengan terik matahari, tatapannya menjadi semakin kabur.

Zing!

"Xiao Hua!" seru pemuda yang baru saja menampik pedang yang mengarah pada Di Lanhua.

"Suamiku!" ujar Lanhua sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, berusaha untuk tetap fokus.

"Xiaoyi, dia terluka!" ujar Yun Lin panik.

"Yun gege," panggil Lanhua pelan.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Xiaoyi memegangi kedua bahu Lanhua.

Sayang sekali, bukan anggukan yang Xiaoyi dapat, melainkan tubuh lemah Lanhua yang ambruk ke dalam pelukannya.

"Kalian mengenalnya?" tanya gadis berpakaian merah muda itu tampak cemburu karena kedua mereka berdua mengenalinya.

"Dia tunangan Xiaoyi!" balas Yun Lin kesal.

"Heh! Jangan asal bicara!" balas Xiaoyi mengalungkan kedua tangan Lanhua di lehernya dan menggendongnya ala tuan putri.

"Xiuying, apa yang terjadi? Darah siapa ini? Apa kau terluka?" tanya pria paruh baya itu dengan panik.

"Justru Nona Xiao yang sudah melukai nona itu hingga pingsan, Ketua Xiao. Kalau tidak salah tadi Tuan Muda Yun bilang,  kalau nona tadi adalah tunangan dari Tuan Muda Fang, " jelas salah satu pelayan yang menonton.

"Kenapa kau malah menonton? Bukankah seharusnya kau mengurus Aula?" kata Xiao Zijin dengan galak.

Pelayan itu langsung buru-buru undur diri.

Keluarga Li LianhuaWhere stories live. Discover now