Serangan Kejutan

165 23 0
                                    


Li Lianhua yang masih duduk sambil memegangi pelipisnya mendengar suara ketukan dari pintu. "Masuklah."

Dia merapikan baju dan berusaha untuk tersenyum demi menyembunyikan rasa khawatirnya.

Yun Lin, Feiyu dan Haoyu masuk beriringan, kemudian memberi salam pada Li Lianhua.

"Kalian sudah makan siang?" tanya Li Lianhua.

Mereka bertiga mengangguk dan Li Lianhua meminta mereka untuk duduk.

"Paman Li, mereka memang berniat untuk menculik Nona Yue dan berniat menjadikannya senjata biologis paling mematikan. Sayangnya, kami tidak mendengar detailnya, orang suruhan Zhang Rui hanya menyuruh kami menculik Yun Lin. Kami juga tidak diizinkan memasuki Lembah Bu Gui dan hanya boleh mengantar Yun Lin sampai gerbang lembah. Setelah itu, mereka menyuruh kami untuk menunggu perintah selanjutnya. Kami baru dipanggil kembali setelah Yun Lin selesai mengerjakan tugasnya." Feiyu adalah orang pertama yang berbicara.

"Kau memasang perangkap di Lembah Bu Gui?" tanya Li Lianhua.

"Aku tidak yakin. Aku hanya bisa melihat tempat itu saat aku bekerja. Sebelum dan setelahnya, mereka selalu menutup kepalaku menggunakan kain hitam. Apakah ada tempat di Lembah Bu Gui yang penuh sinar matahari dan udaranya bersih?" tanya Yun Lin.

Li Lianhua mengingat-ingat waktu terakhir kali dia pergi ke Lembah Bu Gui. Tempat itu sangat tidak menyenangkan, gelap, pengap, penuh dengan burung gagak dan tanahnya sangat berlumpur.

Haoyu menginjak kaki Yun Lin, mengisyaratkan agar dia memberi tahu Li Lianhua mengenai semua jebakan yang dia pasang.

***

"Xiao Lanhua!" teriak Xiaoyi, yang akhirnya membuka mata setelah sehari semalam tidak sadarkan diri.

"Xiaoyi, nak," panggil Fang Xiaobao dengan perasaan lega.

"Aku harus menyelamatkan Lanhua!" ujar Xiaoyi berusaha untuk bangun, tapi rasa sakit menyebar ke seluruh tubuhnya dan membuatnya tersungkur.

"Xiaoyi, tenangkan dirimu!" bentak Fang Xiaobao sambil memegangi kedua bahu putranya yang masih histeris.

"Ayah, aku tidak berguna. Aku tidak bisa menjaga Lanhua!" ujar Xiaoyi sambil membuka genggaman tangannya. Di sana ada gelang milik Lanhua yang terputus dan ternoda oleh darah.

"Ini bukan salahmu! Siapapun tidak akan bisa menang melawan musuh yang jumlahnya tiga kali lipat, ditambah dengan medan perang yang tidak menguntungkan. Apa kau pikir dengan keadaanmu yang seperti ini kau akan bisa menyelamatkan Lanhua? Yang ada kau akan terbunuh sebelum melihatnya lagi," balas Fang Xiaobao.

Memori ketika mereka terkepung dan kewalahan menangkis anak panah yang datang dari segala arah seketika memenuhi pikiran Xiaoyi. Lanhua masih melontarkan pedang cambuknya kesana kemari, sementara Xiaoyi berusaha keras untuk mencegah darah di pinggangnya terus keluar. Dia akan terus bergerak agar tidak ada yang bisa melukai Lanhua.

"Ugh!"

Xiaoyi segera berbalik saat suara Lanhua yang lirih terdengar di telinganya. Tepat ketika dia melihat Lanhua memuntahkan darah karena tusukan belati di perutnya, anak panah mengenai bahu serta paha Xiaoyi. Pemuda itu ambruk dengan darah segar yang keluar dari sela bibirnya. Dalam keadaan mengenaskan seperti itu, Xiaoyi masih merangkak menuju Lanhua yang mulai tersedak oleh darah. Tangan mereka baru menyentuh satu sama lain selama beberapa detik, ketika beberapa orang membawa Lanhua dengan paksa. Xiaoyi memegangi pergelangan Lanhua erat-erat sebelum salah seorang dari bandit itu menginjak tangannya hingga terlepas dari tangan Lanhua. Hanya gelang merah Lanhua yang berhasil dia pertahankan. Itu pun sudah putus karena Xiaoyi menariknya terlalu kuat hingga melukai tangannya sendiri.

"Xiao Lanhua!" teriaknya dengan suara parau untuk terakhir kalinya sebelum pandangannya berubah menjadi gelap.

Tiba-tiba saja Xiaoyi memuntahkan darah dan kembali tidak sadarkan diri. Fang Xiaobao membawa putranya kembali ke ranjang dan memanggil Guan Hemeng.

***

"Jadi apa rencana Ketua Sekte Li?" tanya Yun Biqiu saat mereka semua berkumpul di ruang utama.

"Bisakah kau berhenti memanggilku Ketua Sekte Li? Aneh sekali rasanya tiap kali mendengar panggilan itu. Yun Biqiu, aku memang pernah menyelamatkan nyawamu, tapi kau tidak perlu seperti itu padaku," protes Li Lianhua.

"Tapi Anda memang ketua sekte ini kan sekarang?" tanya Yun Biqiu lagi.

Fang Xiaobao tertawa dan menepuk-nepuk bahu Li Lianhua. "Sudahlah. Jadi, bagaimana rencananya?"

"Aku dan Li Lianhua akan pergi ke Lembah Bu Gui untuk mencari Lanhua. Kami juga ingin meminta tolong padamu untuk menjaga sekte ini selama kami pergi. Apa kau bersedia?" ujar Di Feisheng.

"Apa kalian tidak perlu bantuan Balai Baichuan?" tanya Yun Biqiu.

"Ini masalah kami, tidak ada kaitannya dengan siapapun. Jadi, tidak perlu," balas Li Lianhua.

Tiba-tiba saja terdengar keributan di luar. "Ada yang melemparkan bom asap beracun di halaman tengah!" teriak Yun Lin.

"Fang Xiaobao, tolong evakuasi semua murid sekte melalui pintu rahasia. Bawa mereka ke rumah Lanhua terlebih dulu. Aku dan Ah Fei akan membereskan masalah yang ada di sini," ujar Li Lianhua menutup separuh wajahnya menggunakan kain sutera.

"Biarkan kami membantu," kata Haoyu.

Di Feisheng tersenyum, kemudian menepuk-nepuk kepala bocah di hadapannya. "Kalian masih kecil, sudah menjadi tugas kami orang dewasa untuk melindungi kalian. Bantu saja Paman Fang menyelamatkan adik-adik yang ada di sini."

Li Lianhua tersenyum, lalu bersama Di Feisheng melesat menuju halaman tengah.

Tanpa diduga, sudah ada puluhan bandit berdiri berjajar di halaman yang cukup luas itu. Tentu saja Zhang Rui juga ada di sana untuk memimpin mereka.

"Apa perlu kau menyakiti anak-anak tak berdosa hanya untuk membunuhku? Dasar keparat!" ujar Di Feisheng.

"Bukankah tidak akan menyenangkan kalau aku langsung membunuhmu? Serang!" teriak Zhang Rui dengan senyum psikopatnya.

Melawan orang sebanyak itu bukanlah masalah besar bagi pendekar hebat seperti Li Lianhua dan Di Feisheng, tapi akan cukup memakan banyak waktu karena jumlah lawan yang cukup banyak. Keduanya mengira mereka akan bisa dengan cepat menyelesaikan pertarungan di tempat ini. Nyatanya tidak, Zhang Rui justru baru mengeluarkan para pendekar berkemampuan khusus di akhir untuk menggantikan para bandit yang hampir tak bersisa. Itu artinya, waktu yang akan mereka habiskan di tempat ini akan semakin banyak.

Ketika sabit tajam itu hampir mengenai leher Li Lianhua, Fang Xiaobao sudah lebih dulu memutus rantai senjata yang mengarahkan sabit itu dari jauh. Li Lianhua terkekeh melihat kemampuan murid kecilnya yang masih sigap seperti dulu.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Fang Duobing.

"Ada kau. Apa yang harus aku khawatirkan? Ah Fei, kalau aku terus bertarung bersamamu di sini. Maka waktu pencarian Lanhua akan semakin sedikit. Mau tidak mau kita harus berpencar. Apa kau tidak keberatan?" kata Li Lianhua sambil menendang pria berjenggot putih yang mencoba meninjunya.

"Apa kau yakin? Tempat itu penuh dengan perangkap dan jebakan," balas Di Feisheng yang baru saja menebas leher lawan hingga kepalanya terlepas dari tubuhnya.

"Yun Lin dan Yun Biqiu sudah memberi tahuku kelemahan dari perangkap-perangkap itu, bagiku tidak masalah. Fang Xiaobao, apa semua murid sudah berada di tempat yang aman?" kata Li Lianhua sambil melemparkan pedangnya hingga menembus dada lawan.

"Ya, Xiaoyi dan Wei Qi sudah mengurus segalanya dengan baik. Makanya aku bisa kembali ke sini," balas Fang Xiaobao mengusap darah yang mengenai wajahnya.

"Kalau begitu bantu Ah Fei, aku akan pergi ke Lembah Bu Gui. Jika sampai besok pagi aku belum kembali, susul aku," kata Li Lianhua menarik pedangnya dari mayat yang tergeletak dengan mata terbuka.

"Hati-hati," balas Di Feisheng.

Li Lianhua mengangguk dan menghilang dari keramaian.

Keluarga Li LianhuaWhere stories live. Discover now