Kediaman Di Lanhua

321 39 5
                                    

Karena besok ada festival lampion, mereka memutuskan untuk menginap di rumah Lanhua daripada kembali ke Vila Bambu yang lumayan jauh dari kota. Malam itu Xiaoyi dan kedua orang tuanya juga ikut menginap. Lanhua tak keberatan, bagaimanapun juga rumah itu kan pemberian ayah Xiaoyi untuknya dan kediaman itu cukup luas dengan 4 bagian rumah utama yang sama-sama besar. Satu kamar untuk para orang tua dan satu kamar untuk Lanhua dan Xiaoyi. Kediaman itu juga terus dijaga dan dibersihkan oleh orang suruhan keluarga Fang. Jadi, mereka bisa menempatinya kapanpun mereka mau.

Malam itu, Lanhua tidak bisa tidur. Jadi, dia memutuskan untuk mencari angin segar di luar. Kemudian dia duduk di bangku panjang yang ada di bawah pohon persik sambil menatap langit yang lumayan cerah, meskipun tanpa bulan. Kejadian beberapa hari lalu bagaikan mimpi baginya. Dia masih tak percaya kalau darahnya benar-benar bisa menawar segala racun. Bahkan, dia juga berhasil mengembalikan suara Wei Qi.  Dia sempat berpikir untuk pergi ke kamar Xiaoyi dan menyeretnya ke sini bersamanya, namun dia hanya bisa menghela napasnya dengan berat. Xiaoyi mungkin akan menemaninya, tapi itu hanya karena dia bersikap sopan pada putri dari kedua gurunya. Entah kenapa hidungnya kini terasa perih.

"Eh, kenapa kau belum tidur. Ini sudah hampir tengah malam," kata Fang Xiaobao.

"Paman Fang? Kenapa paman ada di sini? Apa kau habis minum-minum dengan ayah?" tanya Lanhua memicingkan mata.

Fang Xiaobao tertawa, kemudian duduk di samping Lanhua. "Kenapa kau memanggilku Paman Fang lagi?"

Lanhua ikut tertawa, kemudian memeluk lengan Fang Xiaobao dan menyandar pada bahunya yang kokoh. "Bagaimana kalau aku benar-benar tidak bisa menjadi menantumu?"

"Bicaralah, aku mendengarkan," kata Fang Xiaobao.

"Aku sangat menyukai Yi Ge, hanya saja dia selalu keberatan tiap kali aku memanggilnya suamiku di depan orang banyak. Bahkan saat Yun Lin dan Guan Ming menggodanya, dia selalu saja menggerutu. Bukankah itu artinya Yi Ge tidak menganggapku lebih dari sekedar adik? Paman, ada begitu banyak penyakit yang bisa disembuhkan di dunia ini, tapi tidak dengan rasa sakitnya patah hati. Sekali dua kali patah hati, aku masih baik-baik saja. Tapi ketika terlalu sering, rasanya hatiku sudah berubah menjadi serpihan yang tak bisa disatukan kembali. Ada baiknya aku berhenti menempel pada Yi Ge dan mulai mencari kesibukan sendiri."

Fang Xiaobao menghela napas, lalu menepuk-nepuk jemari gadis itu. Dia tak mengatakan apa-apa.

"Ah, mungkin paman akan segera mendapat menantu baru," kata Lanhua menegakkan punggungnya sambil tersenyum.

"Siapa?" tanya Fang Xiabao.

"Xiao Xiuying, kudengar dia menyukai Yi Ge. Bahkan dia menahan Xiaoyi di Balai Baichuan untuk merayakan ulang tahunnya. Paman tenang saja, paman tidak usah melamar. Aku yakin Xiao Xiuying yang akan datang sambil membawa mahar," lanjut Lanhua membuat Fang Xiaobao tertawa.

"Kurasa Qing'er tidak akan menyukai menantu kasar seperti itu. Apa lukamu sudah sembuh?" tanya Fang Xiaobao kemudian.

"Sudah, bibi Xiao Yong juga sudah memberiku salep untuk menghilangkan bekas luka. Paman, sebaiknya kau segera kembali ke kamar. Nanti bibi Qing'er mencarimu sambil membawa pedang," kata Lanhua.

"Baiklah, baiklah." Fang Xiaobao berdiri, kemudian memakaikan mantel yang sedari tadi tersampir di lengan kanannya pada Lanhua. Tadinya dia berniat mencari Xiaoyi yang tidak ada di kamarnya, tapi malah bertemu dengan Lanhua.

Dia pun menepuk-nepuk kepala gadis itu sebelum akhirnya pergi.

Ssrak!

"Aduh!"

"Siapa itu?" teriak Fang Xiaobao.

"Ini aku," balas pemuda itu sambil memegangi pinggangnya.

Fang Xiaobao berkacak pinggang sambil menatap putranya dari atas sampai bawah. "Jadi sedari tadi kau menguping pembicaraan kami ya? Aku tak menyangka kalau kebiasaan buruk Ah Fei ini akan diwariskan padamu."

"Tadinya aku cuma minum arak teratai di atas kamar Lanhua, tapi dia malah keluar. Jadi, aku hanya bisa menyembunyikan diri," balas Xiaoyi.

"Oh, jadi kau berniat mengintipnya juga? Kau memang harus dihukum!" Fang Xiaobao menarik kuping Xiaoyi sekuat tenaga hingga pemuda itu menjerit kesakitan dan minta ampun.

Tak lama kemudian mereka mendengar langkah tergesa-gesa dari kejauhan. "Ya ampun, kalian ini. Ini sudah lewat tengah malam. Kenapa kalian malah berkelahi di sini?" tanya wanita tampak cemas sekaligus lega.

"Lihat, gara-gara teriakanmu itu, ibumu sampai datang kemari tanpa menggunakan alas kaki!" omel Xiaobao lagi.

"Aku tidak akan menjerit kalau ayah tidak menarik telingaku sampai mau putus!" balas Xiaoyi masih mengusap telinganya yang semerah udang rebus.

"Sudahlah, sudahlah. Karena kau sudah menemukan Xiaoyi, ada baiknya kita istirahat," balas Qing Er membelai wajah Xiaoyi penuh kasih.

"Ayah mencariku? Ya ampun perhatian sekali," kata Xiaoyi menyenggol lengan ayahnya dengan gaya centil.

Qing Er tak bisa menahan tawa saat melihat tingkah dua orang kesayangannya. Saat dia dan Xiaobao berniat untuk kembali ke kamar mereka, tiba-tiba Xiaoyi mengatakan sesuatu yang membuat mereka tercengang.

***

Paginya....

"Ayah, kau harus menenangkan Ayah Di, jangan sampai dia membunuh keluarga Xiao," bisik Lanhua pada Li Lianhua.

Li Lianhua tertawa kecil dan menyuruh putrinya untuk tidak khawatir.

Hari ini Wanmian dan keluarganya akan datang untuk meminta maaf pada Lanhua secara pribadi atas kejadian beberapa hari lalu.

"Wah, hao mei ya (kau cantik sekali)" puji Fang Xiaobao begitu melihat Lanhua dengan gaun ungu pastelnya.

"Bibi Qing'er yang memberiku gaun ini, tentu saja cantik," balas Lanhua dengan gembira. Kemudian dia menuangkan teh hitam untuk Xiaobao yang baru saja datang.

"Eh, apa kalian tidak melihat Xiaoyi?" tanya Xiaobao.

"Tentu saja putramu itu sudah kabur duluan sebelum putri Xiao Zijin melamarnya," balas Li Lianhua membuat Lanhua terbahak. Untung saja dia sedang tidak minum teh, kalau iya, pasti wajah Fang Xiaobao di hadapannya sudah basah terkena semburannya.

Tiba-tiba saja Di Feisheng muncul dengan Tsing Yi hijau tuanya. Dia dan Li Lianhua saling bertukar pandang. "Kau," ujar mereka berdua bersamaan.

"Kenapa kau memakai baju yang warnanya sama denganku?" tanya Li Lianhua. Meskipun mengomel, dia tetap menuangkan untuk Di Feisheng.

"Mana aku tahu kalau kau juga akan memakai baju dengan warna ini. Yang penting Xiaohua kita cantik, bahkan harus lebih cantik daripada anak si brengsek Xiao Zijin itu," balas Di Feisheng sambil meneguk teh di hadapannya.

"Ayah!" tegur Lanhua. Sudah berkali-kali dia mengingatkan Di Feisheng untuk tidak bertindak ataupun berbicara kasar khusus untuk hari ini saja. Tapi masih saja ayahnya ini mengeluarkan kata-kata pedas seperti itu.

"Dia sudah melukaimu, kau bahkan saat itu tidak melawan, tapi dia menyerangmu tanpa ampun. Seharusnya dia yang ayahmu bilang brengsek, bukan ayahnya," kata Di Feisheng lagi.

Melihat Lanhua tampak kesal, Li Lianhua meremas bahu Ah Fei dan tersenyum mengingatkan. Saat itu juga Di Feisheng tak lagi bicara.

"Hei, jangan marah begitu. Tidak ada ayah yang tidak kesal jika melihat pelaku kekerasan terhadap putrinya," kata Fang Xiaobao mencubit dagu Lanhua. Kalau dilihat-lihat sekarang, gadis itu lebih mirip putrinya daripada putri dua pria di hadapannya. Qing Er tampaknya sengaja membuat baju mereka dari bahan yang sama.

Saat itu Di Feisheng mengeluarkan sesuatu dari sakunya, kemudian menarik jemari Li Lianhua dan memasangkan sebuah gelang di tangannya. Di Lanhua dan Fang Xiaobao berdehem, kemudian mereka pura-pura membahas cuaca pagi ini, sementara Li Lianhua dan Di Feisheng tersenyum satu sama lain.

"Tehnya sudah habis, aku akan mengisinya kembali sambil membawa cemilan untuk kalian," kata Di Lanhua buru-buru mengambil teko dari atas meja dan berlari. Fang Xiaobao berteriak agar Di Lanhua berhati-hati dengan langkahnya, lalu pergi untuk menjemput istrinya.

Keluarga Li LianhuaWhere stories live. Discover now